****
Dengan mempertimbangkan perkataan ibunya, akhirnya Rukmana kembali menekuni adat yang mengikatnya selama ini.
Dengan menyiapkan bahan-bahan, Rukmana mulai membuat sesajen.
Nasi tumpeng lengkap dengan telur rebus, beberapa potong ayam yang telah diolah, beberapa iris kue dan tidak lupa dengan kemenyan yang telah ia siapkan.
Semuanya Rukmana letakkan di atas satu tampah (alat untuk menampi beras). Tak luput beberapa mainan Delisa ia letakkan di atas tampah tersebut.
****
Pukul 18.00 WIB di Desa A
Rukmana memberanikan diri untuk berangkat ke tempat tujuannya.
Dengan membawah tampah yang telah ia hiasi dengan sesajen, Rukmana keluar dari rumahnya.
“Mah,, mama mau kemana ?” panggil Delisa.
Rukmana tersentak kaget mendengar suara Delisa yang memanggilnya dari belakang.
“Ini, mama mau ke rumah tetangga dulu sayang. Delisa di rumah sama eyang putri ya.” jelas Rukmana dengan sedikit tenang.
“Loh kok bawah itu. Itu untuk tetangga juga ya Mah ?” tanya Delisa polos.
Mendengar pertanyaan Delisa, dengan sigap Rukmana menutupi mainan Delisa yang ia bawah menggunakan helaian selendangnya.
“Ah iya. Ini untuk tetangga kita juga nak. Delisa makan sama eyang putri dulu ya, mama sudah siapkan makanannya di atas meja. Ok sayang.” bujuk Rukmana lembut.
“Ok mah..”
Delisa pun masuk menghampiri eyangnya di meja makan.
“Eyang. Emang mama mau kemana sih ? Kok bawah-bawah makanan, banyak lagi.” tanya Delisa yang tak yakin dengan jawaban dari Rukmana.
“Emang mamamu bawah makanan apa sayang ?” tanya eyang putri memperjelas.
“Itu, tadi mama bawah nasi, telur sama ayam sama apalagi yaa..” Delisa coba mengingat.
Mendengar perkataan Delisa, nampak senyum tipis di bibir eyang putri.
Dengan mengangkat salah satu alisnya, eyang putri mengalihkan pertanyaan Delisa dengan menyajikan makanan ke piringnya dan menyuruhnya lekas makan.
“Ayoo sayang, makan dulu yang banyak. Biar Delisa cepet besarnya.” senyum eyang ramah.
“Baik eyang.”
“Bagus. Seharusnya dari dulu Rukmana melakukan itu. Karena keras kepalanya lah, semua ini terjadi. Takdir yang telah menimpahnya pada waktu itu sudah mempermalukan keluarga, seharusnya ia sudah tidak membantah perintahku lagi..” eyang putri dalam pikirannya.
****
*Tok.. Tok.. Tok.. (suara ketukan pintu)
“Delisa lanjutin nontonnya dulu ya. Eyang keluar sebentar bukain pintu.” mengusap lembut rambut Delisa.
Delisa mengangguk..
Eyang berjalan pelan menuju pintu, sembari melihat arah jam dinding dan berfikir siapa gerangan yang datang bertamu di jam seperti ini.
*Cekreeett (suara pintu terbuka)
Tatapan fokus eyang putri layangkan ke arah pintu yang sedang terbuka, berusaha menemukan siapa yang sedang membuka pintu.
“Ibuu.. Ibu ada disini ?”
Suara itu tak asing lagi, mungkinkah..
.
.
.
“Damar..”
.
Bersambung~~.
.
.
Mohon bantuan dan dukungannya yaa ^_^
.
#Jangan lupa tekan Bintangnya
.
#Saran dan Kritik yang membangun juga sangat saya butuhkan ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
[ DIA ADA ] ||HOROR||
HorrorHati-Hati Dengan Jantung Anda. Segala Hal Yang Terjadi, Diluar Tanggung Jawab Penulis.. ^_^ .