Bagian 6• Menjauh?

3K 73 0
                                    

"Vanyaaaa!" Vanya yang sudah sampai di kelas dengan muka di tekuk pun, langsung kaget mendengar teriakan seseorang yang baru saja datang ke kelasnya.

Vanya menoleh ke arah seseorang itu, yang ia yakini dia adalah sahabatnya—— Lisa. "Apaan sih, Lis? Gak usah teriak-teriak bisa?" ucapnya dengan nada yang malas.

"Gue mau ngomong sama lo, PENTING!" ucap Lisa dengan sengaja menekan nada kalimat 'penting' nya.

"Ngomong apaan, di sini aja ya. Duduk dulu lo," ucapnya. Sebenarnya Vanya malas menanggapi sahabatnya, ia paling akan bertanya tentang Kalvin. Lisa duduk di bangkunya lalu menatap Vanya dengan penuh arti.

"Lo kemarin di anter pulang sama siapa?" tanya Lisa dengan nada yang serius.

"Kalvin."

"What? Kok bisa? Pantesan aja murid SMA Ganesha ngegosipin lo sama Kalvin, lo gak jadi nolak dia?"

Vanya memutar bola matanya, lalu berkata. "Gue nolak dia, dianya aja yang ngeklaim gue sebagai pacar dia. Gue mah enggak."

"Tap———" ucapan Lisa terpotong karena bel sekolah telah berbunyi menandakan bahwa seluruh murid SMA Ganesha akan melaksanakan KBM.

Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar, namun daritadi Vanya terlihat tidak fokus dengan apa yang di jelaskan oleh guru. Bel istirahat sudah berbunyi, semua berhamburan keluar kelas kecuali Vanya dan Lisa.

"Kantin yuk," ajak Lisa.

"Lo aja, gue lagi males."

"Daritadi gue perhatiin, lo gak fokus sama apa yang di terangin bu Retno. Lo kenapa, Van?" tanya Lisa.

"Gue gak kenapa-kenpa," jawabnya singkat.

"Lo lagi ada masalah? Soal Kalvin?"

"Jangan bahas dia, males gue. Denger namanya aja udah enek," ucapnya sambil memutar bola matanya malas.

"Tuh kan, gue yakin lo ada masalah sama Kalvin. Ya kan?"

"Oke, iya gue cerita. Jadi tadi tuh gue papasan sama dia pas mau ke kelas, dia bahas-bahas soal kemarin karena dia udah nganterin gue. Dan dia minta pamrih, dia gak ikhlas nganterin gue. Dan lo taulah ya pamrih apa yang dia minta dari gue? Dan dia gak mau nerima penolakan, kalau gue nolak dia bakal aduin gue ke pak Edo soal kemarin. Dia bakal memutar balikkan fakta seolah gue gak ngurus dia di UKS dan gak minta maaf sama dia, yaudah akhirnya gue terima dia."

"Oh, gitu. What? Bentar-bentar, lo terima dia. Akhirnyaa lo gak jomblo," ucapnya sambil tertawa pelan.

"Ih, gue nerima dia karena terpaksa. Kalau bukan nilai gue yang terancam, gak bakalan gue terima dia."

Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba mereka mendengar suara kegaduhan dari luar sana. Vanya dan Lisa memutuskan untuk keluar dari kelasnya untuk melihat apa yang terjadi di luar sana.

"Kalvin, mau ya lo jadi pacar gue." Seorang gadis mengemis-ngemis cinta dari Kalvin. Sebenarnya apa sih istimewanya Kalvin? Pikir Vanya.

Vanya menggelengkan kepalanya, lalu berkata. "Pantes aja rame, ternyata ada cewek yang ngemis cintanya cowok nyebelin itu. Udah yuk balik kelas."

Namun, saat hendak berbalik dan kembali ke kelas sebuah tangan mencengkram lengannya dengan kuat. Saat, Vanya melihat siapa yang melakukannya ternyata itu adalah Kalvin.

"Apaansih lo? Lepasin gak!" ucap Vanya dengan nada yang sedikit membentak.

Kalvin tak mempedulikan apa yang di katakan gadisnya, ia malah menunjuk seseorang yang sedang mengemis-ngemis cintanya dan memperkenalkan Vanya sebagai pacarnya. "Eh, lo. Dengerin ya, Bell. Gue udah punya pacar dan pacar gue adalah dia, jadi lo gak usah ganggu-ganggu gue lagi apalagi ngemis-ngemis cinta gue. Karena sekarang gue udah punya pacar," ucap Kalvin.

"Ish, bebeb Kalvin kok gitu. Liat aja, kamu bakal nyesel karena gak nerima gue." Gadis yang bernama Bella, yang mengemis cintanya Kalvin itu kini pergi meninggalkan lelaki itu.

"Kalian semua bubar!" teriak Kalvin. Seketika semua murid langsung bubar dan masuk ke kelasnya masing-masing.

🌹🌹🌹

"Lepasin!" Kini, Kalvin menarik lengan Vanya untuk pergi ke taman belakang dan mengobrol berdua. Kalvin begitu memaksa Vanya untuk menjadi kekasihnya, Vanya curiga kalau lelaki itu ingin menjadikan pacarnya hanya karena ia tak mau di kejar-kejar oleh gadis cabe-cabean.

"Maksud lo apa, bilang ke Bella kalo gue pacar lo hah?!" bentak Vanya.

"Gue cuma mau Bella menjauh dari gue," ucap Kalvin dengan santainya.

"Oh gue ngerti sekarang, tujuan lo maksa gue jadi pacar lo karena lo gak mau di kejar cewek cabe-cabean kayak Bella kan?" tanyanya masih dalam nada yang membentak.

Kalvin langsung mencekal tangan Vanya, lalu berkata. "Gue jadiin lo pacar karena pure gue suka sama lo, gak ada maksud untuk jadiin lo apa-apa. Jadi, lo jangan berpikir yang enggak-enggak tentang gue."

"Gue gak percaya!" ucap Vanya seraya tertawa.

"Bilang sama gue, apa yang harus gue buktiin supaya lo bener-bener percaya kalo gue cinta sama lo?"

Seketika Vanya terdiam, namun ia tak mau kalah berdebat dengan lelaki menyebalkan itu. Vanya pun langsung menjawab pertanyaan Kalvin. "Gak perlu, gue gak perlu bukti apa-apa. Gue hanya ingin lo menjauh dari gue," ucapnya.

"Oke, kalo itu yang lo mau. Gue bakal menjauh dari lo, gue gak akan ganggu lo lagi, dan gue akan kembali jika lo bener-bener sadar kalo gue yang lo butuhin suatu saat nanti." Lelaki itu langsung pergi dari hadapan Vanya dan melepaskan cekalannya dari tangan gadis itu. Vanya langsung terdiam seketika dengan raut wajah yang sedih.

"Eh, apaansih kok gue sedih gini! Gak, Vanya. Lo gak usah sedih, lo gak bakalan butuhin dia sampai kapanpun. Iya lo gak akan pernah butuh bantuan dia," gumamnya seraya berjalan untuk menuju kelasnya.

My Possesive Boyfriend | #book1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang