Bagian 1• Pertemuan

7.4K 179 0
                                    

Vanya Adiguna. Gadis berparas cantik yang memiliki rambut pendek itu kini sedang melaksanakan olahraga. Gadis itu mengeluh kesal saat namanya disebut untuk melakukan tes, pasalnya ia tak bisa apa-apa dalam bidang olahraga kecuali lari.

"Gue? Ya allah, gue kan gak bisa main apa-apa kecuali lari." Gadis itu bergumam, namun gumamannya terdengar oleh teman yang berada di sampingnya. "Tenang, lo pasti bisa kok. Gue yakin itu," ucap Lisa. Teman sebangku sekaligus sahabatnya yang selalu mendengar keluh kesahnya dan selalu menyemangati Vanya dalam keadaan apapun.

"Oke, gue bakal coba." Kini, Vanya maju ke tengah lapangan bersama teman-temannya untuk melakukan tes permainan bola volly. Vanya berdoa dalam hati semoga ia di lancarkan dalam melakukan tesnya ini. Mereka pun memulainya setelah terdengar suara peluit dari Pak Edo, guru olahraganya.

Mereka bermain dengan lancar, sampai suatu ketika Vanya melempar bola itu terlalu kencang dan akhirnya meleset ke arah lain. Dan bola itu mengenai kepala seseorang.

"Mampus gue," gumam Vanya.

Seketika semua orang mulai mengerubungi lapangan, Vanya pun ikut melihat seseorang yang terkena bola volly itu. Betapa terkejutnya saat ia melihat orang itu, pasalnya orang itu adalah most wanted sekolahan dan terkenal dengan sifat recehnya. Dia adalah Kalvin Alvero Pamungkas.

Dan untungnya, saat ia melihat Kalvin. Keadaannya baik-baik saja, lelaki itu tidak pingsan. Hanya sedikit luka di bagian kepalanya.

"Ya ampun, Vanya. Kamu ini bagaimana sih? Melempar bola saja tidak bisa, lihat sekarang Kalvin dia kesakitan akibat ulah kamu. Kamu minta maaf sama Kalvin, lalu antar dia ke UKS. Kalau tidak nilai kamu yang akan jadi taruhannya," ancam Pak Edo.

"ba ... Baik, pak." Vanya membangungkan Kalvin dari duduknya, lalu ia mengantarkan Kalvin ke UKS. Kalau saja tadi ia melempar bolanya benar, tak sudi ia mengantarkan Kalvin ke UKS. Mengapa? Karena ia merasa risih di lihat oleh fans-fans fanatiknya Kalvin.

Sesampainya di UKS, Vanya mulai mengobati luka yang ada di kepala Kalvin. Dari tadi Kalvin tidak bersuara apapun, ia hanya berdiam seperti patung yang berada di toko baju. Mungkin karena terlalu syok, jadi ia seperti itu. Setelah selesai mengobati lelaki itu, Vanya pun membereskan obat-obat yang tadi ia keluarkan.

"Gue minta maaf," ucap Vanya dengan wajah yang memelas.

Kalvin menoleh ke arah Vanya. "Oke, gue maafin tapi dengan satu syarat."

Vanya memutar bola matanya malas, mengapa harus pake syarat-syarat segala. Kalau karena bukan nilainya yang terancam ia tidak akan melakukan ini. "Syarat? Kenapa harus pake syarat segala sih?"

"Mau gue maafin atau enggak?"

"Yaudah, oke. Apa syaratnya?" ucap Vanya dengan nada terpaksa.

"Lo, harus jadi pacar gue."

My Possesive Boyfriend | #book1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang