Chapter 2

1.4K 145 10
                                    

Kalaupun demi cintamu, Aku harus berkorban

Akan kulakukan, akan kulakukan

Karena aku sangat mencintaimu.

.

.

.

"Begini Nona Seokjin, aku ingin menawarkan sejumlah uang kepada keluargamu supaya kalian semua menjauhi Jimin."

Seokjin membelalakkan matanya mendengar kata-kata Namjoon. Sejenak dia mencoba mencerna apa yang barusan di dengarnya lagi, berharap ada kemungkinan dia salah dengar. Tetapi kemudian ketika dia menyadari bahwa apa yang dikatakan Namjoon itu benar-benar seperti yang dimaksudkannya, wajahnya merah padam oleh kemarahan bercampur rasa terhina.

"Saya tidak tahu kenapa anda melakukan penghinaan yang begitu besar kepada kami. Tapi yang perlu anda tahu, kami tidak butuh uang atau pemberian apapun dari anda, coba anda tanyakan ini ke Yoongi dan mungkin dia akan menghajar anda."

Namjoon hanya diam di sana dan mengamati Seokjin tajam, seolah-olah ingin menelanjangi seluruh isi hatinya. Lama kemudian namja itu tampaknya telah mengambil kesimpulan dan tersenyum.

"Oke, jangan marah. Kata-kataku tadi hanyalah ujian, aku memang mengatakannya kepada siapapun, yang dekat dengan Jimin."

Seokjin mengernyit, "Mwo?"

"Kau tahu, kata-kata itu tadi, bahwa aku akan membayar mereka dengan timbal balik mereka harus meninggalkan Jimin." wajah Namjoon mengeras,

"Kau akan terkejut mengetahui berapa banyak yang setuju untuk menyambar umpanku mentah-mentah."

"Tidak semua orang miskin tidak punya harga diri," sela Seokjin sinis.

Namjoon menatap Seokjin lagi,

"Benarkah?" pertanyaan itu sepertinya tidak perlu jawaban, hanya sebuah retorika yang menyindir.

Seokjin menyadari bahwa berdasarkan pengalamannya, namja itu punya pandangan negatif kepada orang-orang tidak mampu. Dia tadi bilang banyak orang lain yang mau menerima penawarannya mentah-mentah.

"Apakah urusan kita sudah selesai?" Seokjin melirik gelisah ke lorong TK yang sepi.

Namja ini membuatnya tidak nyaman, entah kenapa. Namjoon menegakkan tubuhnya yang sedari tadi bersandar santai di pilar.

"Belum." Gumamnya tenang,

"Dan aku bersikeras untuk mengajakmu ke suatu tempat, dengarkan dulu," serunya ketika melihat Seokjin akan membantah keras kata-katanya,

"Kau adalah noona Yoongi, namjachingu dongsaengku. Aku berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu, demi dongsaengku. Dan memang aku tidak punya niat buruk sama sekali, aku hanya ingin bicara."

"Bukankah saya bilang anda bisa membicarakan semua yang perlu anda bicarakan di sini?"

"Tolong jangan pakai istilah anda dan saya." Namjoon mengerutkan alisnya,

"Itu terlalu formal dan mengganggu.  Aku ingin berbicara tentang Jimin, penting."

Seokjin menatap wajah Namjoon. Namja itu tampak serius. Benar-benar serius. Sejenak dia ragu. Beranikah dia mempercayakan dirinya untuk pergi bersama namja ini?

Seokjin menghela napas, "Baiklah, tetapi hanya sebentar, kalau lebih dari jam dua siang aku belum pulang, orang rumah akan bertanya-tanya."

Namjoon mengangguk, "Hanya sebentar, kita bicara di café langgananku di dekat-dekat sini."

Perjanjian Hati (REMAKE NAMJIN VERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang