Chapter 9

1.7K 145 13
                                    

"Kadangkala cinta yang kau nanti, sudah ada dalam genggaman tanganmu.

Hanya saja kau belum menyadarinya."

.

.

.

Dengan panik Seokjin berusaha menjejak, menyadari dia sudah berada jauh di tengah sehingga pasir sudah tidak bisa digapai oleh kakinya. Seokjin mulai tenggelam dengan sebelah kaki kram dan sakit setengah mati. Tidak bisa berteriak.

Namjoon!

Teriaknya panik dalam hati sebelum kegelapan menelannya.

Seokjin merasakan napasnya sesak ketika air laut mulai menenggelamkannya, asin yang panas memasuki tubuhnya, membuatnya megap-megap mencoba meminta pertolongan untuk terakhir kalinya, lalu semuanya hampir terasa gelap.

Lalu lengan kuat itu mengangkatnya, menempelkan tubuh lemasnya ke dada telanjangnya yang keras. Aroma itu Aroma parfum yang sangat dikenalnya...

Namjoon? Seokjin tersenyum dalam hati, menyadari Namjoon telah menyelamatkannya. Lalu kesadarannya hilang.

***

Ketika terbangun, Seokjin ada di rumah sakit. Yang dirasakan pertama kali adalah pusing dan kehilangan orientasi, lalu dia mengenali wajah itu, eommanya dan Yoongi di belakangnya. Yang duduk di tepi ranjangnya dan menatapnya dengan cemas.

Dia terbangun dan langsung terbatuk-batuk, membersihkan tenggorokannya yang terasa panas, Eomma Seokjin berusaha menepuk-nepuk pundak Seokjin untuk membantunya, sementara Yoongi berlari keluar untuk memanggil dokter.

Seokjin menatap sekeliling ketika kesadarannya sudah kembali,

Dimana Namjoon?

Itu yang terpikir olehnya pertama kali.

Bukankah waktu itu Namjoon yang menyelamatkannya? Kenapa sekarang dia tidak ada? Tiba-tiba sebersit rasa kecewa memenuhi dirinya.

Yoongi masuk kembali dengan dokter dan Jimin yang mengikuti dengan cemas di belakangnya. Dokter memeriksa Seokjin sejenak lalu pergi dan tampak becakap-cakap dengan eomma Seokjin dan Yoongi, sementara Jimin duduk di tepi ranjang.

"Syukurlah, Eonni sudah sadar, kami cemas sekali menanti di sini."

Jimin duduk di pinggiran ranjang dan menggenggam tangan Seokjin. Seokjin tetap memandang ke sekeliling, masih susah berbicara.

Dimana Namjoon? pikirnya.

Jimin sepertinya menyadari apa yang ada di benak Seokjin, dia tersenyum.

"Namjoon Oppa sedang membeli kopi di bawah. Kami yang memaksanya supaya menyingkir karena seharian dia seperti orang gila, mondar mandir di koridor, keluar masuk kamar, menunggumu sadar."

Namjoon mencemaskannya sampai seperti itu? benarkah? Sejenak dada Seokjin membuncah oleh perasaan hangat.

Lalu dia teringat akan kejadian sebelum dia tenggelam, kedatangan Sowon, sikap acuh tak acuh Namjoon ketika Sowon terang-terangan menggodanya, dan kemudian kemarahan Seokjin yang kekanak-kanakan.

Astaga, kenapa dia marah? Kalau dia tidak mempunyai perasaan terhadap Namjoon, dia tidak perlu semarah itu. Omong kosong kalau Sowon memang tidak menghargai keberadaannya, seharusnya hal itu tidak akan mengganggunya kalau dia tidak mempunyai perasaan apa-apa kepada Namjoon.

Perjanjian Hati (REMAKE NAMJIN VERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang