Merasa bersalah

23 3 0
                                    

Aku terus mencari dia dari sudut ke sudut yang ada di sekolah. Bahkan, semua tempat yang pernah dia datangi aku tidak menemukan dia berada disana.

Aku tau dia pasti kecewa karena sikapku beberapa hari yang lalu. Aku juga merasa bersalah sikap ku benar-benar membuat dia sedih.  Seperti nya...

Aku lelah,

Aku tidak menemu kan dia di mana pun! Kemana dia?

Aku pun melangkahkan kaki dengan gontai. Ke tempat favorit ku untuk menenangkan diri.

Rooftop!

Di tempat itu lah aku sekarang. Aku berjalan menuju pagar pembatas. Ku rentang kan tangan ku membiarkan angin berhembus sepoi-sepoi menerpa wajah ku yang lesu.

"Kamu suka tempat ini?" aku pun menoleh ke asal suara.

Tangan ku sibuk mengusap mata ku beberapa kali dan mengerjap-ngerjap kan mata untuk memastikan benarkah apa yang ku lihat? Atau imajinasi ku saja? Atau khayalan ku? Atau karena aku merindukan nya?

Eitts tunggu, benarkah aku merindukan nya?
Itu tidak mungkin!

"Kamu," ucapku datar.

"Hm," jawabnya gak kalah singkat.

"Aku minta maaf ya masalah waktu di ruangan kosong!" ucapku tulus.

"Aku sudah melupakan nya! Jangan di bahas,"

"Aku tetap merasa bersalah!"

"Tapi itu lah aku kenyataan nya!"

Aku pun menoleh ke arah nya yang sibuk dengan pandangan nya yang jauh di depan sana. "Maksudnya?" tanyaku penasaran.

"Kamu mencari ku ya?" bukannya menjawab gadis itu malah balik bertanya.

"Aku merasa bersalah mangkanya aku mencari mu!"

Dia pun menoleh ke arah ku. "Apa cuma itu?"

Pertanyaan nya membuat ku bingung. Aku pun menoleh ke arah nya. Menatap manik mata milik nya. "Maksudnya?"

Dia pun membuang wajah nya ke sembarang arah. Aku sadar maksud dari ucapan gadis itu.

"Aku ingin menjadi teman mu," dia kembali menoleh ke arah ku. Ku perhatikan wajah nya dengan seksama Manis.

"Orang kayak kamu gak pantas berteman sama aku, gadis aneh yang penuh kekurangan," jelas gadis itu.

"Aku gak peduli seberapa jelek orang memandang mu! Yang pasti aku akan menjadi teman mu," jawabku tersenyum ke arah nya. Dia pun perlahan melengkungkan bulan sabit di bibirnya meski belum sepenuhnya. Senyum nya tipis banget.

"Terimakasih! Semoga apa yang kamu ucapkan sesuai dengan perbuatan mu!" aku mencerna setiap kata yang di ucapkan nya penuh misteri.

"Oiya nama kamu siapa?" akhirnya aku mengalihkan pembicaraan.

"Yara,"

"Waw, nama kamu bagus ya!" dia pun menoleh ke arah ku memasang wajah datar penuh misterius nya.

"Oiya nama aku Alif," jawabku mencoba mencairkan suasana.

"Udah tau,"

"Kok bisa?" tanyaku bingung.

"Kamu pelupa ya! Kan kamu yang bilang nama kamu Alif waktu di perpus,"

Aku hanya terkekeh mendengar ucapan gadis itu. Ia masih terus memasang wajah datar nya. Tidak ada senyuman bahkan terlihat  wajah nya seperti ada sesuatu yang sulit di jelaskan.

"Kamu kenapa lihatin aku terus?" pertanyaan Yara membuat ku mengalihkan pandangan ku ke segala arah.

"Lif, kamu panggil aku Ara aja!"

"Kenapa Ra?"

"Itu panggilan dari orang-orang yang terdekat dengan ku," aku pun menoleh ke arah nya yang masih sibuk sendiri memandang ke depan.

"Iya," jawabku singkat.

Dia sangat dingin sekali. Cuaca yang panas mendadak dingin karena kecanggungan antara aku dan Yara.

_oOo_

Inilah pertama kali aku bisa melihat mu dengan jelas! melihat senyum tipis mu. Aku tidak pernah menyesal untuk hal itu.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang