Aku dan Ara melangkahkan kaki menuju tempat favorit kami yaitu Rooftop. Seperti biasa aku dan Ara akan melakukan hal yang sama merentangkan tangan seraya merasakan hembusan angin menerpa wajah.
"Ra boleh aku tau sesuatu?" tanya ku masih berada di posisi yang sama.
"Tidak menjebak?" pertanyaan Ara benar-benar membuat dahi ku berkerut.
"Emang selama ini ucapan ku menjebak?" Ara diam tidak menjawab ucapan ku.
"Kamu belum percaya ya sama ku? Gakpapa kok Ra! Aku tidak akan memaksa mu,"
Ara tetap diam. "udah Ra jangan di pikirin! Aku tau pasti ada masa nya kamu mau terbuka sama ku,"
Aku pun menurunkan rentangan tangan ku dan menoleh kesamping ternyata Ara sudah tidak berada di situ. Ku putar badan ku 180 derajat dan mendapati Ara yang sedang duduk termenung.
Aku pun mendekati nya. "Ra, jangan di pikirin! Aku gak maksa buat kamu cerita," ucap ku.
"Lif maaf ya selama ini kamu udah terbuka sama aku. Sedangkan aku belum mencerita kan apa pun tentang ku!" ucapnya.
Alif pun tersenyum ketika Ara menatap nya. "gakpapa Ra! Aku tau berat buat kamu terbuka sama ku,"
"Lif apa kamu akan menjauhi ku jika tau kebenaran yang terjadi tentang ku?"
Alif bingung dengan pertanyaan Ara. Kebenaran apa yang di maksud Ara?
"Lif kamu bakal menjauh ya? Apa kamu mendekati ku karena cuma ingin tau rahasia ku?" sekali lagi Alif kaget mendengar ucapan Ara. Rahasia apa yang di maksud gadis ini?
"Maksud kamu apa Ra? Aku berteman dengan mu tidak ada maksud tertentu kok," jawabku.
"Aku kira karena kamu mencari tau tentang ku," Ara pun menunduk kan kepala nya.
"Ya gakpapa Ra aku ngerti kok!"
Hening,
Tidak ada percakapan antara aku dan Ara. Tidak ada yang mau membuka suara. Aku juga sudah bingung apa yang harus aku kata kan.
Kecewa? Benarkah aku kecewa karena ucapan Ara seakan-akan dia menganggap ku tokoh antagonis di sini. Aku mempercayai tapi ini lah balasan nya!
Ahh sudah lah! Aku tidak ingin berpikir buruk tentang Ara. Dia gadis baik selama aku mengenalnya.
"Lif?"
Alif pun menoleh 90 derajat. "apa Ra?"
"Aku bisa melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat," aku kaget mendengar ucapan Ara. Benarkah yang ia katakan?
"Aku bisa merasa kan keberadaan mereka Lif," tambah Ara, karena ia tau aku tidak percaya dengan apa yang ia katakan.
"Kamu gak bohong kan?" tanya Alif ragu.
"Aku tau Lif kamu penakut kan?" ucapan Ara membuat ku malu.
"Aku bukan penakut cuma gak berani aja Ra," ucapku cengengesan.
"Sama aja!"
"Ra terus gimana? Kok kamu bisa lihat? Kamu gak takut ya?" pertanyaan bertubi-tubu dari ku pun membuat Ara mendesah kecil.
"Aku indigo," ucapnya jujur. Alif melotot tidak percaya.
"Sejak kapan?" tanya Alif.
"Aku juga tidak tau sejak kapan Lif, yang aku tau aku mulai merasa risih waktu aku masuk sd," jelas Ara. Aku lebih memilih diam mendengar kan apa yang ia ucapkan.
"Semua orang memandang aku aneh Lif, aku suka ngomong sendiri. Sd, smp bahkan sampai saat ini pandangan aneh masih tertuju untuk ku Lif! Aku juga gak mau kaya gini, aku mau berubah Lif! Aku mau hidup normal sebagaimana manusia biasa," Ara menundukkan kepala nya. Aku tau dia sedang manangis, ia menghapus air mata dengan punggung tangan nya.
"Maaf Ra, kalau tau ini buat kamu sedih aku gak bakal ngungkit masalah ini Ra," ucapku merasa kecewa karena sikap egois ku.
"Gakpapa Lif! Udah saatnya aku harus jujur sama kamu. Aku percaya kamu dapat menerima ku apa ada nya sebagai teman," Ara pun tersenyum menjawab ucapan ku.
Inilah hari dimana pertama kali aku melihat senyum nya.
"Gitu donk Ra, harus senyum! Jangan cemberut terus!" Ara memalingkan wajah nya dari pandangan ku.
"Lif kamu ingat gak?" tanya Ara dengan posisi yang sama membelakangi Alif.
"Apa?"
"Waktu kamu ngintipin aku lewat jendela,"
"Kamu lihat Ra?" tanyaku kaget. Gak nyangka aja itu kan kejadian di mana awal aku melihat nya.
"Lihat, kamu kaget kan?"
"Ya aku ingat Ra, kamu ngomong sendirian kan?"
"Karena kamu gak bisa lihat mereka Lif!" ucapan Ara membuat ku bergidik ngeri. "Terus kan Lif waktu kamu pertama kali datang ke perpus nemui aku, kan ada aku marah-marah,"
"Ya Ra, kamu nyuruh aku pergi kan," ucapku ketus. Mengingat kejadian di mana seorang Ara cuek dan dingin.
"Aku bukan marah sama kamu, bukan nyuruh kamu pergi Lif!"
Alif melotot kaget tak percaya. "jadi maksud kamu Ra? Ada yang lain gitu?"
"Iya Lif, kamu takut ya?" Ara tertawa melihat tingkah laku ku, dia terus menggoda dengan mengejek ku. Sedangkan aku masih menikmati tawa Ara yang lepas dengan senyuman nya.
"Jangan takut kan ada aku!" ucapnya.
Aku bahagia sekali bisa mengenal dan menjadi teman Ara. Meski semua orang me-mandang nya aneh, ternyata Ara juga tersiksa karena kemampuan nya. Aku mulai mencoba memahami dunia nya Ara. In shaa allah
_oOo_
Hari bahagia ku, ketika bisa melihat mu tertawa lepas!
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen Fiction"Ini terakhir kali nya! Aku tidak akan mengikuti mu lagi," _Alif Arelian "Sudah ku duga, aku sudah yakin. Setelah kamu mengetahui aku gadis aneh. Pasti kamu menjauhi ku sebagaimana yang lain, semua orang awalnya ingin berteman denganku sama seperti...