Awal mengenalnya

27 4 0
                                    

Aku berjalan beriringan dengan Yara menuju kelas. Meski kelas kami berbeda tapi kelas kami se-arah. Aku merasa semua mata tertuju kepada aku dan Ara. Apa yang salah? Semua berbisik-bisik tidak jelas.

"Kok semua orang lihatin kita kayak gitu ya Ra?" tanya ku bingung kepada Ara.

"Itu karena kamu mau berteman dengan ku!" jawaban nya membuat dahi ku berkerut.

"Lif, aku bukan manusia normal semua orang menatap ku aneh," Ara menundukkan kepala nya. Aku bingung berada di keadaan seperti ini.

"Ra jangan sedih, ada aku!"

Deg

Apa yang ku ucapkan barusan? Kok aku jadi lebay gini sih. Aku heran dengan sikap ku saat bersama dengan Ara. Apa yang aku lakukan salah?

Ara mendongak kan kepala. "Makasih Lif!" aku tersenyum dan mengangguk.

"Yaudah kita pisah disini ya! Aku mau ke kelas," Ara mengangguk tanpa senyuman sedikit pun.

Aku melanjut kan langkah kaki ku menuju kelas. Aku bersiul-siul kecil seraya memasukkan tangan di saku celana ku.

"Lif?" panggilan itu membuat ku membalikkan badan 180 derajat ke arah nya.

"Aku mohon! Jauhi gadis aneh itu," ucapan nya membuat ku muak.

"Maksud lu gadis aneh itu siapa?" tanya ku mencoba menahan emosi ku.

"Yara, jauhi dia!" ucapnya lagi.

"Enggak akan!" jawabku cuek.

"Lif, mending kamu sama aku dari pada gadis aneh itu,"

"Mending aku sama Ara dari pada sama lu," jawabku sambil tersenyum bangga. Dia kelihatan kesal kepada ku.

"Lu keterlaluan Lif!" ujar gadis itu kembali masuk ke dalam kelas nya. Chika gadis yang suka tebar pesona di depan siapa pun dia selalu ngejar-ngejar Alif dan mencoba mendekati Alif.

Alif mengedikkan bahu nya dan melanjutkan kembali langkah kaki nya menuju kelas.

"Gimana berhasil?" tanya Daffa saat aku sudah duduk di samping nya.

"Berhasil donk! Alif gitu lo," jawab ku tersenyum bangga. "Daff, ingat sesuai perjanjian,"

Daffa mendesah berat. Wajahnya kelihatan lesu ia menundukkan kepala. "iya tapi gak sekarang ya Lif! Butuh waktu,"

Aku pun mengangguk dan tersenyum. Mencoba mengerti keadaan padahal aku tidak mengerti sama sekali.

"Lu tadi alpa!" aku tidak kaget dengan ucapan Daffa karena itu sudah pasti.

"Iya gakpapa!" Daffa memukul lengan ku dengan kasar. "apa sih Daff?" tanya ku bingung menatap ke arah nya, wajah nya sudah seperti harimau yang ingin menerkam.

"Lu santai aja alpa! Gila lu Lif, gue aduin Om Lian nanti," kali ini aku melotot mendengar ucapan Daffa.

"Yaelah! Lu kalo punya hobby itu jangan tukang ngadu kali Daff. Mending lu ganti hobby lu deh baca, masak, mancing atau tidur deh kan lebih bermanfaat!" aku melihat ke arah Daffa mata nya sudah seperti mau keluar aja. Pikirku

"Bodo amat! Kalau lu macem-macem lagi Lif. Gue gak akan segan-segan ngaduin lu sama om Lian!" aku menunduk lesu.

"Mentang lu kepercayaan papa, jadi seenak nya!" jawabku ketus.

Daffa hanya tertawa penuh kemenangan. Om Lian yang di maksud Daffa adalah papa ku. Memang benar Daffa adalah kepercayaan papa.

Alif masih diam memikirkan kejadian di atas rooftop tadi. Melihat Ara lebih dekat adalah keberuntungan bagi Alif. Dia senyum-senyum memikirkan Ara.

Alif semakin penasaran! Ia harus lebih usaha untuk mendapatkan kepercayaan dari gadis itu.

Pukk

Sebuah serangan dadakan tepat berada di kepala nya. Ia sadar itu perbuatan Daffa. "Apaan sih Daff?"

"Sinting lu Lif! Dari tadi senyum-senyum sendiri, kesambet lu?"

Alif lebih baik memilih diam dari pada berdebat dengan Daffa saat ini.

_oOo_

Aku tidak menyesal,
Meski semua memandang aneh kepada ku.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang