3) Tahap Pertama

449 87 11
                                    


"Nayeon lama sekali" gumam Jeongyeon sambil matanya yang terus melirik ke arah kantin, berharap Nayeon segera keluar dari sana.

Saat ini Jeongyeon sedang duduk di bangku pinggir lapangan, menunggu Nayeon selesai membelikan minuman untuk mereka berdua. Saat istrahat pertama tadi mereka sudah makan lumayan banyak, jadi pada istrahat kedua kali ini kedua gadis itu memilih membeli minuman saja.

Jeongyeon sengaja tak ingin ikut masuk karena suasana kantin yang ramai membuat potensi dirinya kena sial juga makin besar. Dan karena Nayeon yang selalu mengeluarkan gunting ketika suit, Jeongyeon tinggal mengeluarkan batu dan ia tak perlu ikut masuk ke dalam kantin.

"Yah Im Nayeon!" teriak Jeongyeon saat matanya telah menangkap Nayeon yang baru keluar dari kantin.

Nayeon yang awalnya berjalan dengan tenang menuju Jeongyeon, tiba-tiba berubah panik saat melihat bola basket dari arah lapangan melesat dengan cepat menuju Jeongyeon.

"Jeongyeon awas bola!"

"Hah mana?!" Refleks tangan Jeongyeon bergerak melindungi kepalanya, matanya pun ia pejamkan dengan erat.

Namun sebelum bola itu mengenai Jeongyeon. Bola basket lain yang entah dari mana asalnya tiba-tiba datang dari arah samping dan tepat mengenai bola yang akan mengenai Jeongyeon tadi, membuat bola itu terpental ke arah lain sehingga tak jadi menghantam tubuh Jeongyeon.

Jeongyeon yang merasa aneh karena bola itu tak kunjung menghantam dirinya akhirnya membuka mata. Bola basket tadi sudah menggelinding menjauh. Nayeon juga kini telah berada di sampingnya, kedua tangan gadis itu memegang dua Jus Mangga untuk mereka berdua dengan wajah yang sedikit shock.

"Yah, kau tak apa?" ujar Taehyung yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan Jeongyeon dengan sebuah bola basket di tangan kanannya.

Jeongyeon kini mulai mengerti apa yang terjadi. "Eh iya, terima kasih lagi ya, Taehyung" ujar Jeongyeon sambil tersenyum simpul pada Taehyung.

Kringg!!!

Dering bel tanda masuk itu menginterupsi pembicaraan mereka. "Kita duluan ke kelas ya. Bye Taehyung!" ujar Nayeon sambil melambaikan tangannya kecil lalu menyeret Jeongyeon menjauh. Sedangkan Taehyung hanya menggeleng kecil lalu beranjak menuju ruang alat untuk mengembalikan bola basketnya.

Nayeon melirik kebelakang, memastikan Taehyung tidak ada di sekitar mereka. "Daebak! tadi itu benar-benar keren, sayang sekali kau tak melihatnya.." ujar Nayeon antusias "..apa kau tau? ketika bola itu hampir mengenaimu, Taehyung juga langsung melempar bolanya untuk menghadang bola itu .." Nayeon menggunakan tangannya mengilustrasikan kejadian tadi.

"..dan PPAKK!!! Benar-benar tepat sasaran" Nayeon ikut berteriak sambil menepuk kedua tangannya keras, membuat Jeongyeon sedikit terlonjak kaget. Anak itu memang terlalu menghayati ceritanya sendiri.

"Sudah kubilang, dia itu pangeran keberuntunganku"

"Yah baiklah baiklah, kali ini aku percaya padamu"

"Jadi?"

"Jadi apa?"

Jeongyeon menghembuskan nafasnya malas. Ia tau Nayeon orang yang pelupa, tapi mereka baru membicarakan hal itu satu jam yang lalu. "Tak usah pura-pura lupa. Tadi kau sudah berjanji akan membantuku jika yang ketiga terjadi hari ini"

"Oh yang itu. Tenang aku pasti membantumu" ujar Nayeon sambil menepuk dadanya.

"Baiklah, jadi aku harus mulai dari mana?"

"Pertama, kau harus punya nomor handphone-nya dulu"

"Caranya?"

"Cobalah pikirkan sendiri"

"Ayolah, Nayeon-ah. Aku benar tidak tau yang seperti ini" ujar Jeongyeon sambil bergelayutan manja di lengan Nayeon.

"Aigoo, kau benar-benar butuh bimbinganku ya, Yoo Jeongyeon. Baiklah, kita akan mulai besok"

***
Keesokan harinya.

"Pergilah, pasti akan berhasil" Nayeon sedikit mendorong pundak Jeongyeon agar gadis itu mau menghampiri Taehyung di bangkunya.

Semalam mereka sudah membicarakan rencana agar Jeongyeon bisa mendapatkan nomor ponsel Taehyung. Rencana mereka terbilang mudah dan kemungkinan besar akan berhasil, Jeongyeon juga sangat yakin ia bisa melakukannya. Tapi setelah pemuda itu di depan matanya, keberaniannya tiba-tiba menghilang entah kemana.

"Yah ini benar-benar memalukan"

"Tidak akan memalukan. Kau punya alibi, ingat?" ujar Nayeon mencoba meyakinkan Jeongyeon. "Cepatlah nanti bel masuk"

Jeongyeon akhirnya beranjak dari bangkunya. Jika mengingat rangkaian kesialan yang terus menyiksanya selama ini, keberaniannya perlahan kembali. Kakinya melangkah mantap mendekati Taehyung yang sedang memainkan ponselnya.

"Oh Jeongyeon, ada apa"

Jeongyeon membasahi tenggorokannya yang terasa kering lalu duduk di bangku sebelah Taehyung. "Kau belum masuk grup kelas kan" tanya Jeongyeon pada Taehyung yang kini telah duduk menghadap dirinya.

"Belum"

"Baiklah, berikan nomormu padaku dan aku akan memasukkanmu dalam grup kelas kita"

"Oke"

Taehyung mulai membacakan nomornya yang langsung dicatat Jeongyeon pada ponselnya.

Iya memang semudah itu
***

Jeongyeon menatap layar ponselnya yang kini menampilkan kontak Taehyung. Tangannya mulai mengetikkan sesuatu, berniat mengirim pesan di whats up.

Hai Taehyung
Ini aku Jeongyeon, save back

Jeongyeon kini dengan gugup menunggu balasan pemuda itu. Degup jantungnya yang sedari tadi sudah tak karuan. Ia tak mengerti mengapa bisa segugup ini hanya karena menunggu balasan dari seseorang.

Hingga sebuah notifikasi muncul. Benar saja, itu dari Taehyung.

Oh hai Jeongyeon.
Tentu aku juga akan menyimpan nomormu.

Jeongyeon baru saja akan mengetikkan balasan, tapi Taehyung kembali mengiriminya pesan.

Kau sedang apa?

Tanpa sadar senyum simpul terulas di bibir gadis itu. Jeongyeon rasa tahap pertamanya sudah berjalan dengan baik.

***
26-06-2019
Maafkan ke-gaje-an part ini ya wkwk

Fortuna PrincepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang