2) Pangeran keberuntungan

536 103 15
                                    



"Pangeran keberuntunganku"

"Hah? Kau bilang apa barusan?" Suara berat itu membuat Jeongyeon refleks membelalakkan matanya. "Eh? Tak ada, aku tak mengatakan apa-apa" jawabnya gugup sambil menggigit bibir bawahnya.

Sementara pemuda di depannya hanya mengerutkan keningnya heran. Ia yakin sekali kalau gadis itu tadi mengatakan sesuatu. "Oh yasudah, lain kali hati-hati ya" ujarnya lalu melesat pergi meninggalkan Jeongyeon. Sedangkan Jeongyeon masih dengan senyum kecil yang tersungging di bibirnya, ia yakin pemuda tadi adalah awal mula terlepasnya kesialan-kesialan yang menimpanya. Tapi kalau dipikir lagi, Jeongyeon belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya, beruntung ia sempat melirik name tag pemuda itu tadi.

"Murid baru pasti," pikirnya

***

"Oh Kim Taehyung, taulah.." jawab Nayeon saat Jeongyeon menanyakan perihal Kim Taehyung padanya, "..dia kan murid baru di kelas kita, Jeongyeon"

"Eh serius? Kok aku tak tau?"

"Ya kan tadi kau memang belum masuk kelas karena telat, memangnya kenapa?" Tanya Nayeon yang merasa bingung, tiba-tiba sekali Jeongyeon menanyakan perihal cowok padanya.

Teman Nayeon satu itu adalah seorang gadis cuek yang tak pernah mau pusing memikirkan cowok. Setampan apapun cowok itu, tak pernah bisa mempengaruhi Jeongyeon. Makanya saat gadis itu tiba-tiba menanyakan Taehyung, Nayeon merasa aneh.

"Dia pangeran keberuntunganku.." jawab Jeongyeon dengan netranya yang berbinar menatap kedepan, "..kurasa dia adalah orang yang dibicarakan nenek itu"

Kedua alis Nayeon semakin bertaut, tak mengerti apa yang dibicarakan Jeongyeon. Paham dengan kebingungan Nayeon, Jeongyeon pun memutuskan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi disini.

"Jadi gini, aku sudah pernah cerita tentang nenek-nenek yang aku tabrak di taman komplek kan?" Hingga mengalirlah cerita Jeongyeon tentang Taehyung yang mencegah piring jajangmyeonnya tumpah ke seragamnya. Sementara Nayeon mendengarkannya dengan wajah serius.

"Memangnya kau yakin kalau dia orang yang dimaksud nenek itu? Bisa saja cuma kebetulan kan?" ujar Nayeon dengan wajah sedikit tak setuju dengan Jeongyeon yang  langsung mengklaim.

"Yakinlah, firasatku yang bilang"

"Heleh, sok sok bilang firasat kamu"

***

Netra Jeongyeon kini benar-benar tak membiarkan sosok pemuda yang duduk di bangku ujung sana lepas dari pandangannya. Saking fokusnya ia, telinganya seolah menuli, suara-suara sekitar terdengar teredam bahkan suara guru mate-matikanya yang sedari tadi memanggil dirinya, ia abaikan.

Eh?

Pandangan Jeongyeon langsung teralih kedepan dan mendapati Miss Yoona kini memerhatikannya dengan kedua tangan yang dilipatnya di depan dada.

"Maaf nona Jeongyeon, saya yang mengajar mate-matika hari ini, bukan pemuda tampan disebelah sana. Sepertinya kau lebih tertarik memperhatikannya ya.." ujar Yoona sambil tangannya yang menunjuk Taehyung. Seisi kelas langsung menjadi heboh, sibuk meledek Jeongyeon karena terus memperhatikan murid baru di kelas mereka itu. Sementara Jeongyeon hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah menahan malu, dengan ujung matanya ia bisa melihat Taehyung juga sedang menatapnya saat ini.

"..kalian bisa berkenalan nanti saat istrahat kedua" lanjut Yoona sedikit menggoda, membuat seisi kelas semakin gencar meledek Jeongyeon. Bahkan Nayeon yang duduk disebelahnya tak bisa berhenti menertawakannya.

"Maafkan aku, ssaem" ujar Jeongyeon sambil berdiri lalu membungkukkan badannya sembilan puluh derajat.

Kring!!

Bel pergantian jam berbunyi, membuat Jeongyeon tanpa sadar menghembuskan nafas lega karena selain pelajaran dengan banyak angka itu kini telah berlalu, ledekan teman-temannya juga akan berakhir.

"Baiklah semuanya, pertemuan kita sampai disini. Untuk oleh-oleh kalian dirumah, kerjakan halaman 56-65. Permisi ya" ujar Yoona lalu berlalu meninggalkan kelas itu.

Netra Jeongyeon kini dengan berani kembali melirik Taehyung. Pemuda itu terlihat memasukkan buku mate-matika nya kedalam tas. Gadis itu kini tengah berpikir keras, pokoknya ia harus menempeli Taehyung kemanapun pemuda itu pergi, hanya pemuda itu yang bisa mengurangi frekuensi kesialan yang terjadi padanya.

"Jeongyeon, temani aku ke toilet dong" ujar Nayeon tiba-tiba sambil menepuk pundaknya. Jeongyeon sedikit terlonjak kaget kemudian menganggukkan kepalanya pelan, "yasudah ayo"

Ketika Jeongyeon dan Nayeon hendak keluar kelas, dari arah berlawan salah satu teman mereka berlari memasuki kelas dan menabrak kedua gadis itu. Sialnya Jeongyeon tertabrak cukup keras hingga membuatnya mundur beberapa langkah dan terjungkal ke belakang.

Alih-alih merasakan dinginnya lantai, punggungnya malah menabrak dada bidang seseorang dengan sebuah genggaman di lengannya.

Jeongyeon mendongakkan wajahnya ke belakang. Seperti dugaannya, dada bidang itu milik Taehyung. Sang pangeran keberuntungan.

"Kau ini benar-benar gadis yang ceroboh ya" ujar Taehyung lalu melepas genggamannya pada lengan Jeongyeon.

"Terima kasih"

"Baiklah, tapi kau benar-benar harus berhati-hati.." ujar Taehyung lalu matanya melirik name tag di seragam gadis itu, "..Yoo Jeongyeon"

"Jeongyeon-ah, cepatlah!" Teriak Nayeon di ambang pintu.

Benar-benar perusak suasana anak itu.

"Iya sebentar!"ujar Jeongyeon pada Nayeon lalu kembali menghadap Taehyung "aku duluan ya, sekali lagi terima kasih" lalu gadis itu langsung ngacir mengikuti Nayeon yang sudah keluar kelas lebih dulu.

"Kau lihat yang barusan kan? Dia menyelamatkanku.." ujar Jeongyeon pada Nayeon. Kini mereka sedang diperjalanan menuju toilet "..kalau tak ada dia tadi, bokongku yang tepos ini akan semakin tepos karena mencium lantai"

Nayeon sudah masuk di salah satu bilik toilet, "aku belum percaya ah, kebetulan kali itu" ujar Nayeon dari dalam bilik. Saat itu di toilet hanya ada mereka berdua, jadi mereka bisa dengan bebas berbicara tanpa khawatir orang lain mendengar.

"Yang pertama mungkin kebetulan, tapi yang kedua?"

"Aku baru akan percaya kalau yang ketiga juga terjadi hari ini" ujar Nayeon yang baru keluar dari bilik toilet, telah selesai membuang sisa metabolisme tubuhnya.

"Wah Im Nayeon, kau benar-benar senang menantangku ya" ujar Jeongyeon menatap Nayeon lewat kaca besar pada westafel di depannya.

"Baiklah, kalau yang ketiga benar terjadi hari ini kau harus membantuku untuk bisa menempel padanya, aku tau kau ahli dalam hal itu. Deal?" lanjut Jeongyeon yang kini telah menghadap Nayeon, tangannya yang ia ulurkan langsung disambut tangan besar Nayeon.

"Oke, Deal!"

•••
11-06-19
Wah senang banget ternyata banyak yang suka❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, biar tambah semangat buat lanjutin. Makasih semua

Fortuna PrincepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang