7) Menerka

255 63 20
                                    


"Kau tadi dari apartemen Taehyung?" Tanya Kim Do Joon pada wanita yang kini sedang menyusun makanan di meja. Wanita paruh baya tersebut hanya merespon dengan anggukan lemah tanpa menghentikan aktivitasnya.

Do Joon menghampiri Yeo Jin sambil mengendurkan dasi yang seharian mencekik lehernya. Istrinya—yang merangkap menjadi sekretarisnya—memang terkadang membawa bekal makan siang dari rumah untuk dirinya.

"Bagaimana?"

"Masih belum"

Do Joon menggenggam tangan istrinya sambil mengusapnya pelan, mencoba memberinya kekuatan. "Tak apa. Kau tau anak itu memang sangat keras kepala"

"Iya aku tau. Aku yakin tinggal sedikit lagi dan ia akan menerimaku"

"Benar. Sedikit lagi," bisik Yeo Jin mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri. Ia tak tau sedikit lagi itu berarti berapa lama. Setidaknya kata-kata ini selalu berhasil menguatkannya.

"Aku percaya padamu," balas Do Joon sambil membalas senyum istrinya. "Tapi kapan kita akan makan?"

Celetukan itu membuat Yeo Jin terkekeh pelan "Baiklah. Kita makan sekarang"

***

Koridor sekolah hari itu cukup lenggang. Gadis dengan rambut sebahu terlihat sibuk dengan ponselnya. Rambutnya yang ia urai  dibiarkan tersampir di belakang telinga. Saking sibuknya, ia tak menyadari bahwa sejak tadi Taehyung berjalan di belakangnya. Pemuda itu mengikutinya dalam diam, memperhatikan langkah Jeongyeon kalau saja gadis itu tersandung tali sepatunya sendiri.

Ceklek!

Tiba-tiba saat akan melewati ruang guru, pintu ruangan tersebut terbuka tepat di depan Jeongyeon. Butuh tiga detik untuk gadis itu sadar dengan apa yang sebentar lagi terjadi dengan dahinya. Namun, alih-alih merasakan kerasnya pintu kayu itu, ia malah merasakan tangan hangat nan lembut melindungi dahinya menabrak pintu itu.

"Apa yang kau lihat di ponselmu sampai tak memperhatikan jalan," ujar pemilik tangan itu.

Kini Jeongyeon berhadapan langsung dengan Taehyung. Netranya tepat bertemu dengan mata coklat gelap pemuda itu—yang kini telah masuk ke dalam list hal yang disukainya.

"Kau menyelamatkanku lagi," ucap Jeongyeon lalu tersenyum pada pemuda dihadapannya. "Terima kasih, Taehyung-ah."

"Kau ini benar-benar, ya." Taehyung menggeleng pelan sambil mengacak rambut gadis itu lalu kembali berjalan mendahului Jeongyeon. Namun, sedetik kemudian, pemuda itu kembali menoleh pada Jeongyeon yang terlihat sedang merapikan rambutnya.

"Kemarilah dan berjalan di sisiku...," ujar Taehyung lalu menarik pergelangan Jeongyeon untuk mendekat kearahnya. "...kalau tidak, mungkin kau bisa masuk ke selokan jika hilang semenit saja dari pandanganku"

Dan sepanjang perjalanan menuju kantin, Jeongyeon terus menahan senyumnya hingga membuat otot wajahnya sakit.

***

"Yah! Bagaimana hubunganmu dengan Taehyung?" tanya Nayeon sambil sedikit memajukan tubuhnya pada Jeongyeon. Matanya menatap Taehyung yang sedang bercengkrama dengan teman klub basketnya di meja yang cukup jauh dari mereka.

Tanpa menghentikan kegiatan makannya, Jeongyeon mengernyit bingung. "Masih seperti biasa. Memangnya kenapa?"

"Jadi dia belum menembakmu? Heol!" tanya Nayeon dengan ekspresi kaget yang berlebihan. Jeongyeon semakin mengernyit bingung, menatap Nayeon dengan tatapan 'memangnya kenapa' dan membuat gadis yang ditatap membuang napas pasrah.

"Maksudku begini, lho, Jeongyeonie. Setiap hari dia mengantar-jemputmu ke sekolah, kalian juga tebar kemesraan kemana-mana dan kau bilang kalian hanya teman? Tsk tsk tsk" jelas Nayeon panjang lebar pada Jeongyeon. "Kau yakin dia sedang tidak mempermainkanmu?"

"Tidak mungkin! Taehyung bukan orang seperti itu" sergap Jeongyeon.

"Aigoo, aigoo. Lihatlah dirimu"

Jeongyeon mengabaikan Nayeon lalu kembali menyantap makanannya. Jujur perkataan Nayeon tadi berhasil mengacaukan pikiran Jeongyeon. Tak bisa dipungkiri dirinya telah menaruh hati pada Taehyung. Namun, bagaimana dengan pemuda itu? Bisa saja kan Taehyung hanya menganggapnya sahabat?

Bagaimana bisa aku salah mengartikan perhatian Taehyung selama ini? Kau ini terlalu percaya diri, Yoo Jeongyeon!

***

Kring!!!

Dering panjang bel tersebut menandakan berakhirnya proses belajar mengajar hari itu. Murid-murid mulai memberesken buku-buku mereka dan bersiap kembali ke rumah masing-masing.

"Apa kau sudah selesai?" Taehyung menghampiri Jeongyeon. Seperti biasa, pemuda itu akan mengantar Jeongyeon pulang. "Sudah" jawab Jeongyeon bangkit dari bangkunya.

"Ayo pulang!" ujar Taehyung lalu berjalan duluan.

Saat Jeongyeon akan mengikuti langkah Taehyung, Nayeon menarik tangannya. "Pikirkan apa yang aku katakan padamu tadi," bisik Nayeon.

"Baiklah, baiklah. Aku pulang duluan ya, Nayeon-ah" ujar Jeongyeon sambil melambaikan tangannya kecil pada Nayeon.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran, pikiran Jeongyeon melanglang buana. Salahkan Nayeon yang membuat Jeongyeon teringat lagi hal itu. Padahal, ia sempat melupakannya saat pelajaran tadi.

"Jeongyeon-ah!" Panggilan Taehyung menyadarkan Jeongyeon dari lamunannya. Jeongyeon berpaling pada Taehyung dengan tatapan bertanya. "Kau melewati motorku" ujar Taehyung sambil menunjuk motornya yang berada satu motor di belakang mereka.

"Ah maaf, aku melamun. Haha" Jeongyeon tertawa renyah mencoba menutupi rasa malunya.

"Kau ini bagaimana" Taehyung memberi helm pada Jeongyeon. Jeongyeon menerimanya sambil memperlihatkan senyum kotaknya.

Setelah memastikan Jeongyeon duduk dengan benar di jok motornya. Taehyung mulai melajukan motornya menuju rumah Jeongyeon.

Saat di perjalanan pulang, Jeongyeon masih terus memikirkan ucapan Nayeon. Dirinya terus menerka perasaan Taehyung padanya. Haruskah kisah cintanya menjadi kisah friedzone seperti pada novel-novel yang ia baca?

"Jeongyeon-ah. Kita sudah sampai" ujar Taehyung menyadarkan Jeongyeon.

"Eh, sudah sampai ternyata"

Setelah turun dari motor, Jeongyeon membuka helmnya lalu mengembalikannya pada Taehyung. "Ini dia. Terima kasih lagi untuk hari ini. Aku masuk duluan"

Saat Jeongyeon berbalik hendak masuk ke dalam rumahnya, Taehyung mencekal tangannya. Jeongyeon kembali menghadap Taehyung yang masih duduk di atas motornya. "Wae?" tanya gadis itu.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Hari ini kau banyak melamun."

"Ah tidak ada, aku hanya sedikit kelelahan" sangkal Jeongyeon.

"Kalau begitu cepatlah beristirahat" ujar Taehyung lalu mengusap tangan Jeongyeon lembut sebelum melepasnya.

"Baiklah. Sampai jumpa besok" jawab Jeongyeon.

Setelah Taehyung hilang dari pandangannya, Jeongyeon menghembuskan napas pelan. Tangannya bergerak mengusap dadanya mencoba menetralkan detak jantungnya yang tak karuan.

"Bagaimana aku tidak salah paham padamu kalau kau memperlakukanku seperti ini, Kim Taehyung"

***
280720

*Sudah lamaaaa sekali sejak update terakhir, ya
Maafkan diriku yang ngaret ini😭

Fortuna PrincepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang