Prologue

898 94 6
                                    



Rambut sebahu Jeongyeon yang sengaja ia kuncir satu itu, terlihat melambai seiring kepalanya yang ia anggukkan mengikuti irama musik di ipod hitam miliknya. Tangan kirinya bergerak mengelap peluh di dahinya, membiarkan tangan kanannya memegang kendali sepedanya sendirian.

Jeongyeon menarik napas dalam menikmati segarnya udara yang menyegarkan tanpa polusi pagi itu, juga bunga-bunga yang mekar di taman kompleknya semakin membuat bibirnya tersungging. Rasa kesal yang dirasakannya tadi karena tak sengaja terbangun hingga tak bisa tidur kembali, seketika hilang. Pada hari-hari libur biasanya, saat ini seharusnya ia sedang bergumul di bawah selimut bersama bantal-bantalnya.

Tiba-tiba seorang wanita tua dengan sebuah keranjang yang ia sampirkan di punggungnya, melintas tepat di depan Jeongyeon. Sontak gadis itu membelokkan stir sepedanya ke sembarang arah, ditambah lagi sebelumnya ia hanya menggunakan sebelah tangannya untuk mengendalikan sepeda tersebut, membuat sepeda itu kehilangan keseimbangan dan berakhir menabrak pohon besar di pinggir jalan. Beruntung dengan reflek gadis itu yang baik, ia tak jadi masuk selokan yang memang ada disekitar situ.

Jeongyeon menolehkan kepalanya ingin melihat keadaan wanita tua yang hampir ia tabrak barusan. Tapi sepertinya wanita tua itu sudah ia tabrak, karena saat ini seluruh isi keranjang yang tadi disampirkan di punggungnya sudah berserakan. Jeongyeon pun membantu memungut isi keranjang itu—yang ternyata adalah jambu air—lalu kembali menyimpannya ke dalam keranjang.

"Saya minta maaf ya, nek" ujar Jeongyeon setelah membantu menyampirkan keranjang tadi ke punggung wanita tua itu.

Tapi bukannya merespon permohonan maaf Jeongyeon, wanita tua itu malah menatap lekat gadis didepannya seolah ada sesuatu yang aneh pada gadis tersebut, membuat Jeongyeon merasa risih karena tatapannya.

Beberapa menit kemudian, wanita tua itu tak kunjung merespon Jeongyeon, ia tetap saja menatap Jeongyeon dengan tatapan yang gadis itu sendiri tak tau apa. Akhirnya Jeongyeon pun menyerah tak tahan ingin segera berlalu dari tempat itu. "Kalau begitu saya permisi ya, nek" ujar gadis itu dengan senyum canggungnya, lalu berlalu mengambil sepedanya dan menggiringnya menuju rumah.

"Gadis yang malang..." gumam wanita tua itu dengan nada sedih, membuat kaki Jeongyeon terhenti. Alih-alih menoleh dan menanyakan maksud wanita tua itu, Jeongyeon memilih diam dan mendengarkan lagi apa yang akan diucapkan wanita tua itu

"...tapi kesialan akan terlepas saat kau menemukan seseorang yang tepat" lanjut wanita tua itu, membuat bulu kuduk Jeongyeon merinding, pasalnya wanita tua itu berkata dengan nada rendah yang menyeramkan.

Jeongyeon langsung melanjutkan perjalanannya sambil mengedikkan bahunya tak peduli dengan gumaman wanita tua itu—yang ia juga tak mengerti maksudnya.

Tuk!

Sebuah cairan yang entah dari mana asalnya, menetes begitu saja di punggung tangan Jeongyeon. Jeongyeon mendekatkan punggung tangannya pada hidungnya, memastikan cairan putih apakah itu. Dan ternyata

"Ih! Eek burung!"

•••
10-06-19

Fortuna PrincepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang