Semenjak kedatangan Rega ke kampus dengan seorang mahasiswi baru pada pagi hari tadi membuat suasana menjadi riuh. Banyak para mahasiswi yang merasa iri dengan gadis tersebut, mereka sudah lama mengincar Rega, namun sama sekali tidak digubris lelaki tampan tersebut. Sedangkan para mahasiswa juga merasakan iri, gadis secantik Sheira ada di kampus mereka, namun sayangnya sudah dimiliki oleh Rega.
Tiga hari yang lalu Sheira masih merasakan ketenangan sebagai mahasiswi baru. Dia bisa menjadi seseorang yang tidak terlihat. Namun sekarang?
Di setiap tempat menjadi pusat perhatian para mahasiswa, baik di kelas, di lorong, bahkan di toilet sekalipun.
Sheira yang seorang introvert merasa risih. Dia selalu menunduk ketika berjalan.
Rachel yang tahu akan ketidaknyamanan sahabat barunya lah yang selalu menjadi tameng untuk Sheira selama di kelas, kecuali saat bersama Rega.
"Apa kalian liat-liat?" Rachel melotot pada segerombolan lelaki yang sedang duduk di koridor dan terlihat berusaha menggoda Sheira.
"Rese banget lo, yang kita godain aja diem. Kenapa lo yang sewot," salah satu dari lelaki tersebut maju seraya membalas ucapan Rachel.
"Lo gak liat kalo dia gak nyaman?"
"Tapi dia diem aja, berarti fine-fine aja dong? Lagian juga cuma pengen kenalan."
"Udah Chel, gak usah ditanggepin mereka. Kita lanjut pulang aja," bisik Sheira dengan gelisah karena semakin banyak yang memperhatikan mereka.
"Iya Shey, ta-"
Ucapan Rachel belum selesai karena Sheira sudah menyeretnya ke parkiran.
Dengan bibir yang mencebik kesal, Rachel masuk ke kursi kemudi. Sheira duduk di sampingnya.
Mereka hari ini berencana mengunjungi butik milik Michelle, mommy Rachel untuk mencari gaun yang akan digunakan untuk acara puncak opspek besok malam.
"Chel, aku minta maaf."
Tidak ada sahutan, Rachel masih setia dengan wajah cemberutnya.
"Rachel. Maaf."
Masih tidak ada jawaban.
"Aku minta maaf udah buru-buru ajak kamu segera ke mobil tadi. Kamu tau kan aku gak nyaman di antara banyak orang. Apalagi ... apalagi ..." Sheira tidak mampu menyelesaikan kalimatnya. Setetes air mata jatuh, dan dia merasa menyesal dan beraalah karena membuat sahabat pertamanya marah.
Rachel yang mendengar suara Sheira yang bergetar langsung menoleh. Dia terkejut melihat Sheira sudah berlinang air mata.
"Heh Shey, kenapa lo nangis? Jangan nangis dong!"
"Ka - kamu marah kan sama aku gara-tadi," Sheira meremas tangannya gelisah.
"Marah? Ya ampun Shey, gue kira apaan. Gue gak marah kali sama lo."
"Tapi kamu diem dan cemberut. Gak mau nyahut aku ajak ngomong. Maaf ya Chel."
"Gue gak marah sama lo, ya dikit sih, hehe. Cuma gue lebih marah gara-gara mereka tadi yang mau godain lo. Gue tau lo masih adaptasi, dan lo keliatan banget gak nyaman dengan omongan mereka. Makanya gue tadi marah-marah sama mereka." Ujar Rachel santai sambil mengemudikan mobil yang dikendarainya keluar dari kampus menuju Michelle Boutiqe milik mama Rachel.
"Oh."
"Kumat lagi deh irit bicara lo," komentar Rachel sebelum bibirnya menggumamkan lagu yang mengalun di pendengarannya.
#######
Here comes a wave
Meant to wash me away
A tide that is taking me under
Swallowing sand
Left with nothing to say
My voice drowned out in the thunder
YOU ARE READING
TWIN'S LOVE
Teen FictionSheina dan Sheira adalah saudara kembar. Mereka mencintai satu orang yang sama. Ketika salah satu dari mereka harus kembali pada lelaki dari masa lalu, sanggupkah yang lain merelakan cinta pertamanya untuk saudara kembarnya sendiri? Ketika bertahun...