-1-

11 0 0
                                    

Happy reading guys ..

Mentari mulai menanjak dan keluar dari peraduannya. Suara kokok ayam sudah tidak terdengar sejak satu jam yang lalu. Orang-orang sudah mulai berlalu lalang mengawali aktivitasnya.

Drtt... drrttt....

Suara gawai membangunkan Sheira dari tidurnya. Dia belum cukup istirahat, baru terpejam 3 jam karena mempersiapkan peralatan untuk ospek.

"Halo...", tanpa melihat siapa yang menelpon Sheira mengangkat. Dia masih sangat mengantuk.

"Woi bangun woi, tidur bae", suara dari seberang terdengar. Sheira sudah hapal suara siapa itu, dia adalah saudara kembarnya yang masih ada di Sydney. Suara cemprengnya yang khas sangat mudah dikenalinya.

"Apaan sih kamu, ganggu tidur aja. Aku masih ngantuk tau".

"Anak prawan kok ngebo. Ya udah aku bilang welcome to Indonesia. Jaga diri baik-baik disana, aku gak bisa selalu ada jagain kamu buat sementara. Tapi tenang aja, aku bakal tetap terus pantau kamu. Jangan lupa makan, shalat, minum obat. Yang rajin kuliahnya, jangan suka bolos, udah jadi maba juga." Cerocosnya pada Sheira.

"Bacot!".

"Astaghfirullah, gak boleh gitu lho. Siapa yang ajarin kamu kayak gitu? Baru pulang ke Indonesia kok udah pake bahasa alay begitu. Kita ini udah sering diajarin ngomong baik-baik sama orang tua kita." Nasehat Sheina dari seberang telpon. Dia sangat perhatian dengan kembaran bungsunya ini. Walaupun mereka hanya terpaut usia 15 menit, tapi dia bisa memosisikan diri sebagai kakak. Dibalik kelakuan konyolnya dia sangat perhatian pada kembarannya tersebut.

"Bawel banget sih, ngelebihin mama tau gak!", semprotnya balik.

"Gak usah ngegas juga ka-".

"Gue mau mandi. Bye!" Sheira mematikan telpon sepihak karena sudah risih dengan saudara kembarnya tersebut. Padahal dia sudah di Jakarta dan kembarannya masih di Sydney, dia berharap tidak akan diganggu-ganggu lagi. Namun tetap saja Sheina terus menghubunginya dan menanyakan kabar setiap waktu, persis seperti pacar, bahkan melebihi. Dia bergidik ngeri membayangkan yang tidak-tidak tentang saudara kembarnya tersebut.

Selesai dengan persiapannya, Sheira turun bergegas ke kampus barunya. Dia hari ini akan mengikuti ospek. Penampilannya seperti anak maba pada umumnya, rambut kuncir dua memakai pita merah dan putih. Kaos kaki bagian kanan berwarna kuning dan warna biru pada kaki kiri. Membawa tas dari kardus bergambar burung Garuda yang sudah dipersiapkan semalam.

"Ma, pa aku berangkat dulu. Sarapannya di mobil aja, takut telat. Assalamualaikum." Sheira mencium tangan kedua orang tuanya untuk pamit sembari mencomot roti selai keju kesukaannya. Dia berlari menuju teras dan menyuruh pak Narno, supirnya untuk segera berangkat.

Di jalan dia komat-kamit menghapalkan Pancasila dan beberapa lagu nasional lainnya. Pada pengumuman yang diterimanya kemarin dia tahu jika para mahasiswa baru harus hapal Pancasila, lagu Indonesia Raya, 5 lagu nasional dan 3 lagu daerah di Indonesia. Sheira frustasi memikirkan semalaman, dia sudah lama tinggal di Sydney, jadi harus menghapalkannya lagi. Untuk Pancasila dan lagu kebangsaan dia masih ingat, namun lagu nasional lain dan bahasa daerah? Boro-boro tahu, dia saja selalu mendengarkan lagu western seperti remaja sekarang.

Sesampainya di depan gerbang Universitas Dwi Putra, dia bergegas menuju ke halaman kampus. Dia berjalan tergesa-gesa mencari tempat informasi, karena dia sama sekali belum kenal dengan orang-orang di sini. Setelah mengetahui bahwa seluruh maba harus masuk ke aula, dia memutari kampus mencari aula tersebut. 15 menit berlalu dan barulah sampai di tempat yang dicarinya.

Sheira mencari tempat duduk kosong bagian depan, ini sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Mungkin juga kebiasaan anak-anak pintar lainnya yang suka duduk di depan. Dia duduk di samping cewek seusianya yang memiliki tubuh agak berisi namun berlesung pipi, kesan yang terlihat yaitu, manis. Dia hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya sebagai sapaan.

TWIN'S LOVEWhere stories live. Discover now