yerin tetap menjalankan mobilnya meski tak tahu harus membawa hanbin kemana karena anak itu tidak mau pulang. mungkin sedikit angin malam akan menenangkan lelaki itu karena setelah mie kacang hitamnya habis, hanbin segera menurunkan kaca mobil dan menaruh dagunya di bibir jendela.
yerin tersenyum lembut, perasaannya menghangat melihat hanbin tenang di sana.
ia menyolek pinggang hanbin, menyodorkan kacamata hitam pada lelaki itu untuk dipakai. bisa kacau kalau sampai ada yang menyadari kalau itu hanbin.
_
"yerin, terima kasih banyak ya!" ucap hanbin saat yerin menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung menjulang yang ternyata apartemen.
hanbin memang tidak mau pulang ke rumah atau ke dorm ikon, lelaki itu memiliki apartemen sendiri dan memilih pulang ke sana.
tentu saja yerin merasa khawatir meninggalkan hanbin sendiri meski tadi ia sudah merasa lega saat hanbin bisa tersenyum dan merasa tenang. bukan, bukan dengan kemudian yerin akan menginap di apartemen hanbin. itu gila namanya.
"kamarmu nomer berapa?" tanya yerin sebelum hanbin keluar dari mobilnya.
"lantai 11 nomer 104. kenapa?"
ditanya seperti itu yerin bingung harus menjawab apa. "ah barang kali besok aku mengunjungimu."
hanbin tersenyum lalu mengangguk. "sekali lagi terima kasih. hati-hati di jalan!"
yerin mengangguk. "selamat beristirahat!"
hanbin yang membuka pintu menoleh dan mengangguk. "siap."
kini yerin di dalam mobil kembali dengan perasaan cemas karena meninggalkan hanbin sendiri. semoga anak itu tidak berbuat aneh.
ponsel di dashboardnya berbunyi, ada panggilan masuk. ia tersenyum.
"swadee khap"
spontan yerin tertawa terbahak, mengesampingkan rasa khawatirnya pada hanbin.
"bicara apa sih oppa!"
"kau dimana?"
"di depan apartemen. ah iya! kau sibuk tidak? bisa datang ke sini? hanbin di apartemen, sendirian."
"bagaimana keadaannya?"
baru saja tubuh hanbin menghilang di pintu masuk apartemen. lelaki itu sudah masuk ke dalam gedung.
"sedikit lebih baik, aku pikir. tapi tidak mungkin membiarkannya sendirian."
yerin mendengar suara mino berguman setuju. "haruskah aku menemaninya?"
itu juga yang yerin pikirkan. "itu jika kau mau, oppa."
"aku akan ke sana."
mata yerin berbinar mendengarnya. "aku kirimkan alamatnya, sebentar!"
"baiklah."
"sudah!"
"aku akan ke sana. kau pulangnya hati-hati, sayang. terima kasih sudah menenangkan adikku."
yerin tahu bagaimana dekatnya anak-anak winner dan ikon; sudah seperti saudara, jadi pasti mereka saling menyayangi.
"hm, hanbin juga temanku kok!"
yerin tidak tahu kalau mino sedikit cemas kalau yerin punya perasaan pada hanbin.
_
