ujung bibirnya terangkat secara otomatis ketika mendapati gadis yang lebih pendek darinya keluar pintu basement dorm dengan wajah hampir tertutup. dahyun mengenakan masker dan kacamata bening, hanbin masih bisa mengenalinya. gadis itu melambai pada hanbin sambil terus berjalan ke arah hanbin dengan senyum yang tersembunyi di balik maskernya.
"anyeong!" sapa dahyun begitu ia berdiri tepat di depan hanbin yang tersenyum lebar padanya. lelaki itu juga memakai makser namun ia turunkan karena di sini sepi.
"anyeong!" balas hanbin.
dahyun menurunkan maskernya. "kau baik-baik saja kan?" tanya dahyun diiringi senyum namun menyiratkan kekhawatiran di nanar pandangnya.
anggukan sebanyak dua kali hanbin berikan sebagai jawabannya. ya, dia baik-baik saja, lebih baik dari hari yang lalu.
"kau lebih kurus dari terakhir kali kita bertemu." komentar dahyun yang menghela napas. "artinya kau harus makan banyak nanti, ya?" gadis itu menaikkan alisnya menanti anggukan hanbin sekali lagi.
"tentu. aku akan makan banyak nanti." jawab hanbin alih-alih hanya mengangguk.
"good. ayok pergi!" dahyun menarik lengan hanbin menuju mobil lelaki itu yang ia sudah hapal belakangan ini.
"kenapa kau yang membukakan pintu?" hanbin terkekeh saat dahyun membukakan pintu kursi pemudi untuknya lalu mendorong dirinya untuk bergegas duduk lalu ia sendiri memutari mobil menuju kursi samping kemudi di sebrang. gadis itu hanya terkekeh menanggapi.
dahyun tahu apa yang terjadi pada lelaki di sampingnya ini. berita sudah menyebar di media, bagaimana dia tidak tahu? tapi berita-berita itu belum tentu benar adanya. dahyun ingin tahu kebenarannya? tidak juga. ia tidak lantas bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada lelaki yang fokus menyetir di sebelahnya. ia mencuri pandang pada hanbin, hatinya mengatakan lelaki ini baik-baik dan bersih. berita itu salah. mana mungkin hanbin seperti yang diberitakan media.
"kau mau bertanya sesuatu, dahyun?" ekor mata hanbin menangkap bagaimana dahyun mencuri pandang padanya seakan memiliki berjuta pertanyaan untuknya.
"tidak." jawab dahyun singkat kemudian memandang keluar kaca jendela di sebelahnya.
"kau bebas menilaiku dari sejauh kau mengenalku." dahyun menoleh, mendapati wajah tenang hanbin. ah lelaki itu lupa bercukur sepertinya, rambut-rambut pendek mulai tumbub di atas bibirnya.
dahyun mencondongkan posisinya untuk bisa melihat hanbin lebih jelas. "well, kita belum lama dekat, kan? jadi aku tidak terlalu yakin kalau penilaianku akurat." ia mengutarakan isi kepalanya. "tapi dalam hatiku percaya, kau itu pria yang baik, oppa."
hanbin tersenyum mendengarnya. "terima kasih, dahyun."
"hal seperti itu tidak perlu diterima kasihi. aku hanya mengutarakan penilaianku atas apa yang kudapat."
"artinya kau menilaiku baik, nona, makanya aku berterima kasih."
"baiklah. terima kasihnya diganti dengan traktiran."
"kau serius??? harusnya kau yang menraktirku."
"bagaimana mungkin???"
"aku pengangguran."
suasana yang kembali asyik sejenak tadi kembali agak suram.
"oppa!" gelak dahyun dengan bibir manyun dan ekspresi sedih. dirinya tidak pernah membayangkan ikon tanpa hanbin. tak sekalipun terbayangkan olehnya sampai orang yang bersangkutan mengatakannya langsung begini.
hanbin berhehehe dengan hati yang terluka.
_