Bagian Satu [Versi Novel]

754 12 0
                                    

   Sinar matahari masuk ke dalam kamar berukuran sedang yang tidak terdapat cahaya karena gorden menutup jendela kamar itu. Melarang setitik cahaya masuk ke dalam kamar. Di balik selimut masih membungkus seorang gadis yang tertidur pulas di sana. Tidak menghiraukan jam beker di nakas samping tempat tidur yang terus berbunyi tanpa henti. Meminta sang pemiliknya bangun dari mimpi indah yang selalu datang tiap malam.

Mendengar bunyi jam beker yang masih berbunyi selama tiga puluh menit di dalam kamar milik Lenya, Satrya langsung mengetuk pintu kamar Lenya. Meminta adiknya itu  bangun.

“Lenya bangun!” Pintu kamar itu kembali diketuk ganas.

“Lenya woi! Lihat jam berapa sekarang?!”

“Lenya!”

Tidak ada jawaban dan jam beker itu masih berbunyi.

“Kamu tuh sudah kelas 12 tahu! Sebentar lagi UN!”

Bunyi jam itu terhenti disusul pintu kamar Lenya yang terbuka lebar. Memperlihatkan seorang gadis khas bangun tidur yang menatap malas pengganggu di hadapannya ini.

Mengganggu mimpi indahnya.

“Sudah mimpinya?” Tanya Satrya.

Lenya mengucak matanya, “Abang mengganggu tidurku!”

“Mengganggu tidurmu atau mimpimu, Hellenya?” Satrya mencubit pipi gempal Lenya agar ia membuka matanya, “Lihat jam berapa sekarang!”

“Masih jam enam pagi, lalu?”

“Kamu tidak sekolah?”

Lenya mengingat sesuatu. Matanya membulat lalu melihat jam dinding yang berada di kamar tidurnya. Lenya mengumpat dan berlari menuju kamar mandi yang berada di dekat kamar Satrya. Melihat tingkah lucu adiknya itu mampu membuat Satrya tertawa.

***

Untunglah saat Lenya sampai di sekolah bel belum berbunyi. Lenya cukup bisa tenang karena ia tidak telat pelajaran guru Matematikanya yang terkenal judes melebihi Lenya. Sudah dua tahun Lenya sekolah di SMA Hen Ran. Dan ia tidak mau tercap sebagai siswi nakal yang tidak mengikuti aturan. Cukup cap playgirl saja.

Kelasnya berada di lantai tiga bersama jajaran kelas duabelas lainnya. Sudah dua bulan Lenya menjadi murid 12-5A IPA dengan teman-teman baru.

Benar. SMA Hen Ran tidak pernah mempecah kelas saat kenaikan kelas. Tiga tahun masih dengan teman yang sama. Tapi entah aturan itu masih berlaku atau tidak sekarang.

“Lenya lihat PR kemarin dong!” Baru juga Lenya mendudukkan diri di kursinya, teman sebangkunya itu langsung kembali ke tempatnya setelah berbincang dengan dua teman Lenya yang duduk di hadapan mereka.

“Sebentar dulu, aku saja belum sedetik duduk di sini.”

“Sebentar lagi gurunya masuk, Lenya!”

Lenya mendengus sambil memberikan buku PR nya pada teman sebangku tercintanya itu. “Kenapa tidak lihat Elsa atau Relya?”

“Aku juga belum.” Yang dimaksud langsung membalikan kursi mereka dan ikut menyalin jawaban.

“Malam tuh digunain buat belajar, bukan kencan!” Tangan Lenya menjitak kepala ketiga temannya itu dan langsung mendapatkan protes. Hanya sekian detik. Dan mereka bertiga kembali menyalin jawaban Lenya.

“Siapa juga yang kencan? Aku tidak punya pacar,” cicit Keren tak suka, “Lenya kali yang kencan setiap malam!”

“Aku?”

1. Dear Mantan: Cinta Dua Hati [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang