Bunyi decitan ban terdengar memilukan di depan gedung SMA Hen Ran itu. Membuat beberapa pejalan kaki dan siswa-siswi yang baru saja memasuki gerbang sekolah menatap mobil putih metalik dan sebuah motor yang jatuh. Hampir terserempet mobil tersebut.
Pengendara motor itu berdiri. Merapihkan seragamnya yang kotor karena pasir begitupun dengan motornya.
Seorang gadis berseragam sekolah yang sama seperti pengendara motor itu keluar dari mobil. Menatap datar pengendara motor itu yang ternyata seorang laki-laki. Mereka saling tatap dalam waktu yang lama sampai sebuah suara bel tanda pelajaran akan dimulai mengejutkan mereka.
Gadis itu kembali memasuki mobil, tapi suara pengendara motor itu menghentikan gerakannya, “Menyebalkan.”“Kau bilang apa?” Tanya gadis itu kembali menatap pengendara motor yang akan menaiki motornya.
“Tidak ada.”“Oh, benarkah? Kau tidak ingin bilang maaf padaku? Karena motormu menyalip mobilku kita bisa seperti ini.” Mata gadis itu melirik bagian depan mobilnya yang lecet.
“Aku merasa tidak bersalah,” jawab laki-laki itu lalu menghidupkan motornya untuk pergi dari sana, meninggalkan gadis itu yang kini mengeram mendapatkan kesialan dihari pertamanya sekolah.
***
Ingatan beberapa hari lalu melintas di kepala Lenya begitu melihat sang pengendara motor yang kini duduk dengan santainya di hadapan Lenya. Gadis itu menatap kedua orang tuanya yang masih tertawa setelah mendengar cerita yang kedua orang tua pengendara motor itu ucapkan.
Lenya mendengus kesal, “Bunda, siapa dia?” Lenya menunjuk sang pengendara motor yang masih acuh tak acuh.
“Bunda kan sudah bilang tadi, dia Adrian. Anak Paman King dan Bibi Quen,” jawab Bunda, “Kamu sudah kenal?”“Sudah, dia teman sekelas Lenya,” jawab Lenya sambil meneguk minumannya, “Dia juga yang buat mobil Lenya lecet,”
“Kok bisa?”“Dia menikung mobilku—”
“Aku tidak menikung mobilmu,” potong Adrian.
“Yak au menikung mobilku.”
“Tidak.”
“Lucunya….” cicit Quen gemas setelah mendengar cerita bagaimana Lenya dan Adrian dipertemukan, “Seperti mengingat masa remaja kita, saat Kerelya dan Raditya dipertemukan.”
“Benar Quen, berani taruhan kalau Adrian dan Lenya akan seperti kita?”
“Ih Ayah!” Lenya mencubit pinggang Raditya lalu melirik Adrian yang tertawa di sana. Mata mereka bertemu. Namun tidak menunjukkan aura pertemanan. Apalagi setelah Lenya tahu jika Adrian adalah lawannya di sekolah.
Seorang pelayan datang membawakan pesanan yang mereka pesan. Padahal Lenya sangat antusias diajak kedua orang tuanya untuk makan malam dengan sahabat SMA mereka.Tapi melihat jika sahabat kedua orang tuanya adalah orang tua Adrian. Lenya jadi menyesal terlalu antusias untuk datang.
Ponsel Lenya bergetar, menampilkan dua pesan yang berselang waktu sepuluh menit.
Bisma.
Kita putus saja.
Daniel.
Mau pacaran denganku?
Lenya tersenyum miring. Menjawab kedua pesan itu dengan jawaban yang sama. Setelah pesan itu terkirim. Lenya sukses mendapatkan pacar sekaligus koleksi mantannya yang mulai bertambah satu. Di hadapannya Adrian melihat semua tingkah Lenya yang membuat laki-laki itu tersenyum meremeh. Sepertinya, gadis di depannya ini seorang playgirl.~Dear Mantan : Cinta Dua Hati~
~Novel Version~15 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Dear Mantan: Cinta Dua Hati [TELAH TERBIT]
Ficción GeneralSeri 1 dari Dear Mantan [TELAH TERBIT] Penerbit : Naisastra Media *** "Aku tidak mencintaimu lagi." Alasan sesingkat itu yang membuat Lenya kecewa pada Adrian. Mantan kekasihnya yang dulu selalu bersikap hangat tapi sekarang terasa menyesakkan. Dar...