Jungkook membuka pintu kamar kosannya dengan hati-hati. Ia takut Jin sadar jika dirinya sudah pulang, pasti sang kakak itu akan meledeki dirinya habis-habisan.
"Abis darimana Kook? Pelan banget buka pintunya."
Tuh kan bener. Jungkook akhirnya merebahkan tubuhnya di sofa depan ruang tv.
"Cuma dari tempat yang disukain Sana, Hyung."
"Dimana?"
"Gedung tua."
"Wah Sana sukanya tempat yang gelap-gelap yah." Jungkook melirik kakaknya kesal, malas menimpali omongan kakaknya yang tidak berfaedah.
"Besok main lagi dong?"
"Tau deh, iyah kali."
"Ciye seminggu diskors kayanya pas kuliah langsung jadian nih."
"Malas gua pacaran."
"Kenapa? Jangan bilang lu masih belum move on?"
Jin yang penasaran dengan jawaban adiknya itu pun duduk di sebelah Jungkook.
"Move on itu apa sih hyung?"
"Pindah."
Jungkook mendengus kasar, kakaknya pintar bahasa inggris ternyata. "Definisinya?"
"Yah pindah ke lain hati."
"Artinya kalau gua gak pacaran sama Mbak Sana bukan berarti gua belum move on dong?"
"Tapi kemungkinan lu pindah hatinya kecil, sementara kemungkinan lu patah hatinya besar."
"Kenapa?"
"Karena saat lu udah move on eh Sana sudah punya pacar."
Bener juga sih. Apalagi Sana cantik dan baik, gua yakin abang gua juga pasti bakal suka sama dia. Pikir Jungkook.
"Ah bodo bukan urusan gua."
"Lu gak bakal bisa ngomong sesantai itu kalau sudah kejadian anjir."
Knock. Knock.
"Kook, buka pintu noh. Pasti Sana yang dateng."
"Gua lagi mandi hyung!"
"Tumben tuh bocah jam segini sudah mandi. Oh dia tau kali si Sana mau dateng." Jin berkata pada dirinya sendiri.
Dan benar saja tebakan Jin, Sana sedang menunggu di luar dengan senyum manisnya. Tapi kali ini penampilannya lebih santai dengan celana jins dan kaos yang ditutup sweater merah.
"Masuk San. Makan dulu sini, kebetulan lagi buat ramen."
"Gak usah Oppa. Takut telat."