"Tiarap gais tiarap!"
Sana menarik Jisoo dan Dahyun cepat ke belakang bangku kayu panjang depan kamar kos mereka. Sial ngapain cowo itu kesini, jangan bilang kalau cowo itu mau minta ganti rugi. Tapi ganti rugi kenapa? Bukannya Sana yang lebih di rugikan secara mental oleh lelaki tersebut.
Lelaki tersebut berjalan lurus ke arah tempat mereka sampai lelaki yang duduk di bangku panjang sebelah kamar kos mereka memanggilnya. Sana menghela nafas lega, untung aja itu cowo gak jalan ketempatnya dia.
"Elu sih Yun doain gua ketemu sama dia. Akhirnya gua ketemu beneran kan." Bisik Sana, matanya masih awas mengamati lelaki tersebut-hmm sekarang jadi dua laki-laki yang diawasi oleh Sana dan kawan-kawan.
"Gak mirip anak anjing kan Yun?" Tanya Jisoo dengan suara besarnya.
"Kagalah, kalau anak anjing ganteng kaya gitu udah gua fotokopi terus dijadiin oleh-oleh di kampung kali." Sahut Dahyun.
"Sssttt! Berisik." Sana menghentikan percakapan kedua temannya.
Dari tempat Sana dan temannya berada, samar-samar terdengar suara dari lelaki itu yang menceritakan hal konyol kepada temannya. Hal konyol apalagi kalau bukan cerita tentang Sana. Sampai-sampai Dahyun dan Jisoo terus menerus memukul Sana untuk jadi pelampiasan adegan tahan tawa mereka.
"Sansan, kita keluar dari tempat persembunyian aja yuk."
"Tau nih, gua lama-lama cipirit kalau ketawa ditahan."
Dahyun ikut-ikutan ngerengek kaya Jisoo. Kenapa sih dua temannya ini malah rewel gak jelas disaat yang tidak tepat. Tiba-tiba,
Tuuuuut.
"Ko bau?"
"Yuyun lu kentut yah?" Teriak Sana yang tanpa sadar berdiri.
"Sorry hehehe. Kan gua udah bilang, gua pengen cipirit kalau tahan tawa."
"Tapi bau!"
"Namanya juga kentut San, emang lu gak pernah kentut? Mau gua ajarin?"
Diam-diam kedua lelaki yang sedari tadi diperhatikan oleh Sana dan kawan-kawannya malah balik menatap mereka berdua dengan heran. Salah satu lelaki tersebut mengenali mereka dan memasang wajah dinginnya.
"Mbaknya rusuh yah."
Sana, Jisoo, dan Dahyun melihat ke arah sumber suara. Kecuali Sana, mereka berdua berdiri tanpa mengalihkan pandangan.
Krik.
Krik.
Krik.
Hening.
Mampus gue. Itu suara hati Sana.
Anjir males banget gua ketemu sama mbak rusuh satu ini. Itu batin lelaki yang sebelumnya dibilang mirip anak anjing oleh Sana.
"Ko diem?" Itu suara lelaki yang disebelahnya. Oh bisa ngomong juga ternyata dia, kirain GGB. Ganteng ganteng bisu.
"Kentut gua kecium gak sampai situ?" Itu suara songong Dahyun.
"Muka lo kenapa?" Oke pertanyaan cerdas Jisoo. Terkadang gua terkesan sama otak Jisoo yang paling topcer kalau lihat cowo ganteng dan ngalihin omongan.
"Ini? Udah ganteng dari lahir." Oke ternyata cowo GGB yang tadi Sana bilang narsis banget gais.
"Bukan lu. Tapi si penguntit."
"Gua bukan penguntit yah, temen lu tuh yang kegeeran-aw," lelaki itu memegang ujung bibirnya yang berdenyut nyeri. Ia menatap Sana sinis. "See? Gara-gara cowo lu gua jadi kaya gini."
"Sejak kapan Sana punya cowo." Kata Dahyun pelan.
"Mana gua tau, dia tiba-tiba mukulin gue dan bilang jangan deketin lu."
"Wonwoo?!" Seru ketiga gadis tersebut serempak sampai-sampai kedua lelaki dihadapan mereka terlonjak kaget.
"Gila San dia beneran psikopat njir." Dahyun memegang tengkuk lehernya yang tiba-tiba merasa merinding.
"Lu gapapa kan San?" Jisoo menatap sahabatnya khawatir. Ini bukan pertama kalinya Wonwoo menyerang laki-laki yang mendekati Sana. Bahkan Jisoo dan Dahyun saja pernah kena akibatnya karena terlalu dekat dengan Sana. Ibaratnya nih Wonwoo itu mirip sasaengnya para Idol.
"Bukan gua yang luka tapi dia." Sana melihat lelaki itu tak enak, "Sebentar yah jangan kemana-mana."
Sana segera masuk ke dalam kamar kosannya untuk mengambil kotak P3K dan segera keluar untuk mengobati lelaki tersebut. Sana duduk di sebelahnya.
"So, kayanya kita pergi aja." Bisik Dahyun peka. Jisoo menggangguk setuju, ia memberikan kode ke cowo GGB untuk segera pergi meninggalkan mereka berdua.
"Hah?" Cowo GGB ini ternyata agak lambat juga otaknya kaya Dahyun. Sadar jika sampai subuh tidak akan berhasil, Jisoo segera menarik tangan cowo itu untuk pergi bersama Dahyun. Sana tahu kelakuan teman-temannya tapi ia tak ambil pusing karena sekarang Sana sedang mengobati lelaki penguntit itu dengan telaten.
"Tahan yah kalau sakit." Ujar Sana lembut.
Dari tadi mata lelaki itu tak lepas dari mutiara cokelat Sana. Ia melihat manik mata Sana nampak cemas dan tangan Sana yang mengobati dirinya juga agak gemeteran. Sepertinya ada yang tidak beres karena Sana terlihat menahan tangis entah karena apa. Lelaki itu memegang jemari munyil Sana, menghentikan aktifitas gadis tersebut.
"Gapapa ko, gua kan cowo, kaya gini gak usah dikhawatirin. Tenang aja."
Sana menutup wajahnya dengan tangannya. Ternyata air mata yang ditahannya jatuh juga.
"Gu-gua bukan khawatir sama lu. Gua cuma takut sama Wonwoo." Lirih Sana.
Lelaki itu tampak panik dan kebingungan. Ia tidak pernah melihat cewe menangis dihadapannya selain keluarganya dan artis di televisi.
"Jangan nangis dong."
Akhirnya ia memberanikan diri untuk mengusap pundak Sana. Ia memejamkan matanya dan,
Pluk.
Pluk.
Eh?
Ternyata begini yah rasanya ngelus pundak cewe. Tidak aneh juga. Maklum ia termasuk cowo pemalu yang anti sama cewe.
Oke kembali ke Sana.
Sana masih menangis terisak. Akhirnya cowo itu pun berinisiatif mengeluarkan gombalan yang pernah ia baca bersama kakaknya dulu. Untung ia cerdas jadi ia bisa mengingat sesuatu yang tidak penting dan menggunakan ingatannya disaat-saat mendesak seperti ini.
"Nama lu Sana yah?" Ia menarik tangan Sana yang sedari tadi gadis itu gunakan untuk menutupi wajahnya yang menangis. Ia lalu berjabat tangan dengan Sana.
"Nama gua Jungkook."
Ekhem.
"Kalau ada yang gangguin lu bilang aja, nanti gua bilangin Jungkook loh. Gitu."
Sana tertawa kecil.
Nice catch Kook. Jungkook tersenyum bangga.
Ayo double up nih gais, double vote juga yah gais 🤗