"Hai." Sapa Sana kaku saat Jungkook sudah berdiri di depan pintu dengan muka dinginnya.
"Mau ngapain?"
Sana agak sedikit terkejut dengan sikap Jungkook, pasalnya tadi siang Jungkook sangat manis saat menenangkannya.
"Ini." Sana menyerahkan kotak bekal yang sudah dilapisi kain berwarna merah muda. Jungkook tak segera mengambilnya, ia hanya menatap Sana diam seolah bertanya 'ini apa'.
"Ini bento, gua buat sendiri. Kebetulan ada bahan masak di kosan gua. Ini sebagai permintaan maaf gua, maaf karena udah ganggu lu di rumah makan tadi." Sana menundukan kepalanya agar lebih sopan.
Jungkook akhirnya mengambil kotak bekal tersebut. "Thanks."
Sana masih diam di depan pintu ia melihat Jungkook menaikan sebelah alisnya. Duh padahal tadi banyak hal yang mau dia bicarakan, kenapa mendadak jadi hilang gara-gara sikap dingin Jungkook.
"Hmm, luka lu-"
"Udah mendingan."
Sana mengangguk mengerti.
"Ada lagi?"
"Hah?" Sana mencari-cari alasan lain tapi tidak ketemu. Akhirnya ia menyerah. Ia tersenyum kecewa sebelum kembali berucap, "Gak ada."
"Oke."
"Nanti kotak makannya di taro di depan pintu kamar kosan gua aja."
"Sip."
"Good night," Sana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Duh manggilnya apa yah enaknya? Adek? Jungkook? Kookie? Ah jangan sok akrab deh, toh mereka juga baru kenal hari ini. "Jungkook-ssi."
Jungkook lalu menutup pintu kosannya tanpa menjawab sapaan Sana. Sementara yang ditinggal menoleh ke arah pintu kosan dirinya sendiri dengan kesal, disana sudah ada Jisoo dan Dahyun yang bertanya dengan gerakan bibir mereka 'gimana sukses'. Sana hanya menghentakan kakinya dan kembali ke kamar kosannya dengan kesal.
Cowo aneh. Batin Sana.
"Gila yah gua gak habis pikir sama cowo kaya dia." Ucap Sana kesal. Yah gimana perasaan kalian gais kalau udah buatin makanan capek-capek tapi yang dikasih gak nunjukin respek ke kalian.
"Emang tadi doi ngomong apa aja?" Tanya Jisoo penasaran.
"Boro. Pelit ngomong gitu. Kayanya dia yang GGB deh So, bukan abangnya."
"Tapi Sansan padahal kalau gua denger tadi siang sama Soso, dia baik banget loh sama lu." Jisoo mengangguki perkataan Dahyun. "Mungkin lu bukan tipenya kali Sansan."
"Eh Yun, persetan yah dengan gue tipe dia atau bukan. Tapi kalau orang ngasih sesuatu ke lu, bilang makasihnya yang bener kek."
Kini giliran perkataan Sana yang diangguki oleh Dahyun dan Jisoo.
"Apa mungkin dia.. dia..,"
"Dia kenapa, Soo?"
"Dia...dia... ah gak jadi deh."
Sana mendecak sebal, "kenapa sih? Ngomong aja napah atau kosan bulan ini lu bayar full yah, gua mau pindah ke kosan Dahyun."
"Yaelah jangan gitu dong, San." Jisoo langsung badmood kalau Sana udah ngancem dia pake bawa-bawa kosan.
"Yaudah makanya dia kenapa?"
"Jangan-jangan dia Gay, San." Ucap Jisoo serius. "San, gua udah menjelajahi banyak pria ganteng di muka bumi ini. Dan tipe wajah kaya doi tuh sudah dipastikan gay San."
"Beneran?" Tanya Sana dan Dahyun kompak.
Jisoo menganggukan kepalanya mantap, "percaya sama gua."
"Waw gila merinding gua. Serem banget njir." Dahyun mengambil selimutnya, bulu kuduknya serasa berdiri. Bayangin aja ada seorang gay yang tinggal berdekatan dengan kamu.
"San, kita harus ngebuat Jungkook sadar San."
"Ko kita?" Tanya Sana keberatan dengan ide konyol Dahyun.
"Iyalah kalau ada kerabat kita yang kesusahan itu kita wajib membantunya San."
"Itu kan urusan Jungkook sama keluarganya, Yun. Kalau keluarganya aja gak bisa nyembuhin, apa kabar kita."
"Bisa San, lu harus optimis kan lu cantik."
"Gak ada hubungannya Yuyun." Sana menatap Dahyun kesal.
"Tapi San, kita beneran harus bantu. Gua aja gak enak banget rasanya alergi sama cowo. Penyakit kaya gini siapa yang mau sih San." Curhat Jisoo dengan wajahnya yang sedih.
"Dan disaat gua sadar gua gak akan pernah nikah, kalian semangatin gua. Nah setidaknya gua pengen ada yang semangatin Jungkook disaat dia lawan penyakit menyukai sesama jenisnya."
Jelas Jisoo dengan sikap lebaynya yang khas.
"Iyah San, lu harus balas body. Eh budi sorry." Dahyun menutup mulutnya saat Sana melotot tajam. "Jungkook aja berusaha terlihat normal di depan lu waktu dia bilang dia mau ngelindungin lu. Masa lu gak bisa gantian ngelindungin dia San."
Sana menghela napasnya kasar. Ia tidak tahu apakah ini jalan benar mengikuti saran teman-temannya yang tidak waras. Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Sana membuka suara.
"Tapi sekarang gimana caranya?"
Dahyun dan Jisoo tersenyum senang. Terutama Dahyun yang menjetikan jarinya di depan wajah Sana, "Tenang, gua punya banyak ide."
Saat itu juga Dahyun bersyukur karena punya hobby membaca. Sementara Sana hanya menggigit jarinya, terlihat gugup dengan Dahyun yang bersemangat.
Biasanya nih yah kalau teman-temannya sudah semangat kemerdekaan, hasilnya gak jauh-jauh dari kata sial dan penyesalan. Tapi Sana harap kehidupannya yang berkaitan dengan cowo gula manis macam Jungkook gak akan berujung kesialan, apalagi penyesalan.
Haihai ada yang setuju aku upload cerita ini setiap hari sabtu dan juga minggu?
Kalau iyah ditunggu vote dan komennya yah kawan-kawan karena nulis cerita itu gak segampang pencet tombol close di wattpad, yah walaupun cerita aku gaje nya kebangetan 😂