4

598 55 5
                                    

Terdengar dentingan sendok makan dengan piring di kediaman keluarga Oh. Semua berjalan dengan sunyi hingga kepala keluarga di rumah itu bersuara. "Bagaimana sekolah kalian?" tanya Sehun. "Apa setelah sekian lama tidak bertemu, kau hanya penasaran dan peduli dengan sekolah kami?" tanya balik Hanbin. "Apa maksudmu?" tanya lagi Sehun. Tapi tidak mendapat balasan. "Hh, bagaimana keadaan kalian? Kalian sehat seperti yang sedang kulihat ini kan? Oh Hanbin kau masih menjalankan terapimu kan? Oh Jiwon kau masih study grup kan?" tanya Sehun untuk kesekian kalinya.

"Seperti yang kau lihat kami berdua sehat. Kami berdua berhenti melakukan apa yang kau perintahkan, tuan Oh" jawab Hanbin lancang. Mendengar itu, Jiwon langsung menyela. "Maafkan dia appa, Hanbin selalu blak blakan. Nde, kami berdua berhenti melakukannya" jawab Jiwon.

"Ada apa? Kenapa kalian berhenti?" tanya Sehun. Belum sempat Jiwon menjawab, Hanbin berdiri dengan menggeser kursinya dengan keras sehingga menimbulkan suara berdecit nyaring. "Kau tidak perlu memberi tau alasannya pada orang yang bahkan tidak pernah peduli lagi dengan kita, Jiwon ah! Aku tunggu diluar, sepuluh menit!" ucapnya sehabis menyelesaikan sarapannya lalu berlalu begitu saja tanpa berpamitan.

Melihat kelakuan Hanbin, Sehun menggenggam sendok makannya kuat. Dia kesal, dengan Hanbin? Tidak dengan dirinya sendiri. Selama ini dia hanya menyibukkan dirinya sendiri untuk melupakan Donghae, tapi dia lupa kalau dia mempunyai Jiwon dan Hanbin. Dia menelantarkan anak yang didambakannya dulu dengan Donghae, dia menyesal. Andai waktu bisa terulang, dia tidak akan menelantarkan mereka berdua.

Jiwon merasa tidak enak dengan Sehun, melihatnya tiba tiba diam seperti menyesali sesuatu.

"Appa! Sebenarnya Hanbin... "

Hanbin menunggu Jiwon didalam mobil sambil mendengarkan lagu. Ini sudah 20 menit bejalan tapi Jiwon tidak muncul, dia melongokkan kepalanya keluar jendela dan tidak mendapati namja bergigi kelinci itu keluar dari pintu. 'Ck! Jiwon lama sekali!' batinnya.

Dia mengeluarkan sebuah novel yang dibelinya tapi tidak pernah dibacanya, dia mebuka novel itu, hanya melihat lihat tanpa membaca sepatah katapun, kecuali jika ada kata yang menarik perhatiannya lalu dia akan menuliskannya didalam buku yang biasanya dia gunakan untuk menulis lirik. Tak lama Jiwon datang dan masuk kedalam mobil.

"Kau terlambat dua kali lipat dari yang kubilang Oh Jiwon!" tegur Hanbin tanla memalingkan wajahnya dari novel itu. "Mianhae, hari ini nafsu makanku tinggi" jawabnya dengan cengiran konyol khasnya.

Jiwon menjalankan mobilnya keluar dari kediaman keluarga Oh menuju sekolah. Meningalkan Sehun dengan keputus asaannya di atas meja makan. Dia menjambak rambutnya sendiri dengan isakan tangisnya yang memilukan hati. Membuat siapapun yang mendengar menjadi iba, para pekerja di rumah itu hanya berusaha untik tidak mendengar apa yang sedang mereka dengar saat iniel dengan menyibukkan diri pada pekerjaan masing masing.

'Mianhae Hanbin ah! Jiwon ah! Aku mungkin tidak bisa menjadi Donghae hyung, tapi aku janji! Aku akan menjadi Oh Sehun! Appa terbaik buat kalian berdua' batinnya disela tangisannya.

'Donghae hyung! Eotte?'

Jiwon memarkirkan mobilnya di halaman sekolah. Lalu dia dan Hanbin keluar dari mobil dan berjalan beriringan memasuki sekolah. Mata Jiwon menangkap sesosok yang bertubuh tinggi dan segera memanggilnya.

"Park! Park Junhoe!" panggil Jiwon.

Sosok itu membalikkan badannya, karena merasa ada yang memanggilnya, dan menemukan seekor kelinci dan monyet tengah berjalan kearahnya. "Eo? Ada apa?" tanyanya saat orang yang memanggilnya sudah berada didepannya bersama saudara kembarnya.

"Sepulang sekolah, kumpulkan yang lain. Ada yang ingin kukatakan" jawab Jiwon. "Eo" ucap Junhoe seakan mengerti apa yang diminta kelinci didepannya ini. "Jiwon aku duluan" kata Hanbin. Jiwon hanya mnganggukan kepalanya, dia tau Hanbin tidak suka interaksi dengan orang lain. Hanbin pergi meninghalkan dua orang yang kini menatapnya intens. Tidak, hanya satu orang saja, karena satunya lagi menatap orang yang sedang menatap saudara kembarnya begitu intens.

"Kau masih memiliki Jinhwan! Jangan berpikir untuk menjadikan Hanbinie yang kedua, Park!" ujarnya setelah mengerti arti tatapan Junhoe. "Apa maksudmu?" tanya Junhoe. "Kau menyukai Hanbin kan?" tanya Jiwon balik. "Siapa yang suka siapa? Dengar ya aku hanya penasaran dengan saudara kembarmu itu, apa hari harinya terlalu membosankan sehingga tidak pernah sekalipun aku melihatnya berekspresi lain selain datar. Sangat kontras dengan saudaranya, aku bahkan bingung, kalian saudara kembar tapi sangat berbeda jauh" jawab Junhoe.

"Lalu bagaimana dengan dirimu, Park Junhoe. Apa kau benar anak Chanyeol ahjussi dan Eunhyuk ahjussi?" balas Jiwon

"Yak! Apa maksudmu? Tentu saja aku anak mereka berdua. Kau tidak lihat ada mata eomma dan bibir appaku diwajah tampanku ini" cibir Junhoe. Mendengar itu, Jiwon hanya memutar matanya malas.

"Ngomong ngomong sepertinya saudara kembarmu itu bosan hidup, aku tidak pernah melihat dia seperti makhluk hidup yang lain, kau tau? Bersosialisasi" ujar Junhoe setelah keheningan singkat diantara mereka. "Jadi kau ingin mengatakan kalau Hanbin lebih pantas mati? Begitu?" tanya Jiwon memastikan. "Aku tidak mengatakannya, kau yang mengatakannya" jawab Junhoe tanpa melihat sedikitpun kearah Jiwon yang kini tengah menggenggam erat tangannya.

"Orang yang punya harapan hidup lama sepertimu memang tidak pernah memikirkan bagaimana penderitaan orang yang tidak memiliki harapan hidup lama" ucap Jiwon meninggalkan Junhoe dengan pemikirannya terhadap kalimat yang baru saja dikatakan Jiwon

'Apa maksudnya?' batin Junhoe

What Is Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang