Keesokkan harinya aku kesekolah. Hari-hariku disekolah sangatlah membosankan karena aku hanya gadis yang tidak populer bukan juga gadis cupu atau kutu buku karena otakku tidak sepintar itu. Aku bahkan ragu kalau teman-teman sekelas mengenalku.
Seinsecure itukah diriku?"Lissa..." panggil Darah sekretaris dikelas yang mengejutkan dari lamunan tentang diriku. Darah cewek cantik keturunan Belanda.
"Ya... Ada apa Darah?" tanya ku
"Pinjam hp dong buat internetan."
"Maaf Darah kuotanya lagi..."
"Sudah ngomongnya kalau nggak ada." selain tidak sopan memotong ucapanku Darah langsung pergi meninggalkan ku. Memangnya apa yang diharapkan? Darah duduk menemani ku yang duduk diam sendirian saat kelas sedang ramai di jam mata pelajaran matematika yang kosong karena dewan guru sedang rapat. Ah... Bukan cuman Darah teman-teman yang lainnya juga sama setelah meminjam handphone dan puas menggunakannya baru kembalikan kepadaku tanpa mengucapkan terimakasih bukannya menuntut tapi bukankah kita harus membiasakan empat kata, tolong, maaf, terimakasih dan sama-sama.
Argggg... Iya hidup memang sekeras itu."Eh... Anti lihat deh! Ini foto teman kamu kan?" tanya Yuyun dan Pipit kompak mengganggu aku yang lagi fokus mencatat kembali catatan ku.
"Siapa?" tanya Anti.
"Iya penasaran ni." tanya Dira cewek berkerudung yang duduk disamping Anti.
Aku yang ikutan penasaran mengangkat wajahku dan....
Oh bang**t mereka sedang menertawakan foto profil facebook ku. Yuyun dan Pipit yang duduknya menghadap kearahku menunduk tapi tidak dengan tawa yang tidak disembunyikan."Itukan juga teman kalian kali." ujar Dira.
"bukan teman lebih tepatnya karena takdir kita sekelas, kalau bisa memilih mana mau sekelas sama dia? Orang persis hantu antara ada dan tiada." ujar Anti.
"Hahaha... Anti Jahat banget." Pipit tertawa tanpa pikir perasaan ku yang pandangan terarah padanya.
***
"Begitulah bu ceritanya. Mereka jahat banget omongannya bikin sakit hati saja rasanya pengen balas dendam deh sama mereka.
Eh.. Balas dendam? Lupa kalau dendam kan nggak baik." ujarku."Ada kok balas dendam yang baik." ujar ibu. "Lissa tolong ambilkan wajan ibu mau goreng ikan." titah ibu.
"Dendam yang baik kayak bagaimana bu?" tanyaku penasaran.
"Dendam yang baik adalah tunjukkan dan buktikan kepada mereka kalau kamu juga bisa, karena percaya sama ibu dengan kesuksessan kamu mereka yang tadinya tidak menganggapmu ada akan melihatmu ada. Sayang." ujar ibu tersenyum.
"Bagaimana aku mau balas dendam kalau mereka orang kaya, pintar, cantik. Lah aku?" tanyaku sedih.
Ibu yang telah selesai menggoreng ikan segera mematikan kompor. "Lissa yang pertama kamu harus percaya sama diri kamu sendiri dan buang rasa kurang percaya diri. Selanjutnya usaha dan doa selalu. Kesuksessan bukan cuman milik tipe-tipe orang yang kamu sebut tadi karena didunia ini nggak ada yang tahu nasib seseorang kedepan." ujar ibu yang sudah menata makan siang kita.
Dan lagi-lagi aku bangga memiliki ibu. Ibu yang tidak perna menghakimi atau menyalahkan ku karena sifat tertutup bahkan ibu dengan sukarela mau mendengarkan curhatan ku tanpa protes.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Insecure
Teen FictionApakah kamu sering membandingkan diri dengan orang lain? Merasa tidak aman, rendah diri, dan tidak berharga? Merasa tidak bisa berbuat banyak? Itu yang aku rasakan dan berharap kalian tidak merasakannya karena itu akan menjadi penyesalan. Dengan se...