di hari minggu yang agak mendung ini, yohan yang tadinya tidak semangat menjadi super semangat—karena yohan suka mendung dan hujan. katanya sih, lebih enak.
"bang, dipanggil mama." panggil guanlin dari luar pintu kamar yohan.
"ngapain?" tanya yohan. masih fokus pada televisinya.
guanlin tahu, kalau yohan tanya-tanya begini pasti nanti akan lama dan ribet. akhirnya, guanlin masuk dan menyeret kakak semata wayangnya tersebut agar berdiri.
"disuru makan, ayo ah cepet. makan aja pake diseret-seret begini." keluh guanlin saat menyeret yohan.
guanlin sama sekali tidak merasa keberatan sih, memang tubuh guanlin kan lebih besar daripada kakaknya.
"bentar dulu, mau matiin tv!"
guanlin akhirnya melepas genggaman tangannya, dan menunggu pemuda di depannya mematikan benda persegi panjang tersebut.
"apaan sih nunggu-nunggu, gue jadi kayak istri lo." protes yohan yang masih sibuk mencari remot televisi.
guanlin akhirnya mendekat. "kalo gue suka sama lo gimana, bang?"
yohan spontan membulatkan matanya, asli, tidak ada hal yang lebih mengejutkan dibandingkan pertanyaan adiknya barusan.
"anjing, jijik."
"gue beneran loh." ujar guanlin lalu duduk di pinggir kasur yohan.
yohan tidak perduli, sumpah, ini lebih menggelikan daripada digombalin yuvin.
"apaan sih lo, ayo turun." yohan menarik tangan guanlin.
guanlin tidak ter-tarik sama sekali saat yohan menarik tangannya. matanya masih terpaku pada manik gelisah kakaknya.
"dengerin gue dulu," pinta guanlin yang masih duduk di persinggahan yohan.
yohan semakin panik, pasalnya, tangannya ditahan agar tidak kabur.
"gue gak bakal aneh-aneh, serius. gue cuma mau bilang sesuatu." ujar guanlin, nada bicaranya tak kasar seperti biasanya.
sosok guanlin saat ini terlihat lebih dewasa daripada pemuda yang mengenakan kacamata bulat yang merangkap menjadi kakaknya.
tatapannya teduh, sungguh. wajah yohan memerah dan berkeringat, rasa paniknya semakin menjadi-jadi.
"gue harap setelah gue bilang kaya gini lo masih anggep gue adek lo, terserah setelah ini lo mau ngapain aja sama yuvin— intinya disini gue udah lega," ucap guanlin dengan kalimat menggantung.
guanlin memandangi manik dihalangi kacamata yang ia puja selama ini, cantik, batin guanlin.
"gue gak tau kapan gue bisa gini sama lo bang, gue setiap hari ada rasa cemburu berlebih setiap lo dijemput yuvin, setiap lo senyum gara-gara chat dia. waktu lo jatuh, gue rasanya khawatir banget, gak tau lagi harus gimana." lanjut guanlin.
"guan—"
guanlin memotong lontaran yohan dengan gelengan.
"tunggu gue belum selesai, gue kadang ngerasa nyesel jadi adek lo—soalnya gue gak akan bisa milikin lo."
guanlin menghela napas lalu menunduk, ia salah.
air mata tiba-tiba jatuh dari pemuda kuat tersebut, "maafin gue." final guanlin.
napas yohan rasanya tercekat, mengapa bisa? sepertinya jalan cerita yohan salah, yohan tidak mau kejadian ini muncul di dalam cerita hidup miliknya.
suara istri dari ayah mereka acuhkan.
"it's okay, let me hug you." ujar yohan dibubuhi senyuman lalu mendekat ke depan, berpijak di depan adiknya.
"makasih udah mau jelasin, lo masih adek gue—selama-lamanya jadi adek gue. cuma, lo tau kan, ini saatnya lo hapus perasaan lo ke gue." yohan memeluk guanlin yang tangisnya ia tahan.
guanlin memeluk erat pemuda di depannya erat, ia tak akan mau pemuda ini pergi.
guanlin mengangguk di pelukan yohan, hati guanlin rasanya tak siap untuk menghapus perasaan ini.
"makasih." kata guanlin.
yohan mengelus pundak guanlin, ia tahu perasaan guanlin akan sesakit apa. bahkan, ini lebih menyakitkan dari pernyataan cinta seobin yang terus-terusan midam tolak.
"udah yuk, ke bawah?" ajak yohan lalu melepas pelukannya.
guanlin masih menunduk, lalu tersenyum paksa. "iya, ayo."
—
"bangun kambing! udah pagi! dipanggil mama, disuru makan!!"
itu guanlin, yang teriak-teriak sambil memukuli yohan dengan bantal.
yohan mengusap wajahnya kasar, "mimpi bangsat,"
—
hehehe aku kasih selingan dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
kapten futsal - yuvin + yohan ✔
Fanfictionjangan jatuh cinta sama anak futsal kecuali yuvin, soalnya dia kaptennya. • boyxboy + lowercase •