2

14.3K 1.2K 46
                                    

Kata siapa janda lebih menggoda, siapa? Sini, tak kasih skincare terbaru dari Vecos. Benar banget, Janda itu memang menggoda. Bisa dilihat dari hidupku yang baru menginjak usia 30 tahun tapi sudah memiliki dua orang suami.

Eits, jangan salah aku bukan penganut poliandri, karena jelas keyakinanku mengharamkan perbuatan tersebut.

Aku juga bukan pelakor.

Bercerai dengan suami pertama dalam keadaan baik bukan bertengkar karena selingkuh atau campur tangan orang tua. Kami berpisah karena merasa tidak cocok lagi.

Setiap Iffa mau, kami pasti bertemu. Tentu saja seizin suamiku sekarang. Bara Bramasta, seorang pria berusia 42 tahun yang sudah menikahiku selama tiga tahun.

Akibat kesalahan satu malam, jangan pikir yang aneh-aneh. Kesalahan yang aku maksud di sini adalah saat aku mengikuti permainan rekanku pada saat malam perayaan suksesnya work kami yang sudah kami kerjakan selama tiga bulan.

Sebagai divisi pelaksana, tidak mudah bagi kami menerima ide baru agar bisa kami aplikasikan dan diterima masyarakat banyak. Karena kerja sama itu kami menjadi tim solid.

Saking kompaknya, dalam permainan kami juga menerapkan efek tersebut. Dan imbasnya aku yang harus menerima.

Saat aku menyetujui tantangan teman sedivisiku, Noah yang memintaku untuk menghampiri atasan kami yang juga ikutan dalam perayaan tersebut dan mengatakan,

"Pak, apa bapak mau menikahiku?"

Di situlah awal mulanya, sekedar bermain. Rupanya permainan itu terjadi secara nyata dalam hidupku yang saat itu sudah satu tahun menyandang status jarang dapet, eh maksudnya janda.

"Pagi-pagi melamun, Bu?" Ningsih menoel daguku dengan pena antiknya, yang saking antik, tutupnya persis helm.

"Tumben," sindirku yang dibalas derai tawa Ningsih.

Ningsih, salah satu sahabatku sejak bekerja di perusahaan Vecos yang bergerak di bidang kecantikan. Perusahaan yang sudah menampung data  KK, KTP, Ijazah dan kawan-kawannya atas kepemilikan Kayana Anandita, sejak empat tahun yang lalu.

Tepatnya satu tahun setelah aku melahirkan putri pertamaku---Iffa---yang kini tinggal dengan ibuku.

"Biasa Kay, Marco belum datang kan?"

Aku menggeleng, gila wanita ini, "Lo beneran kecengin brondong? Ingat umur kali."

"Kenapa?" Ningsih membuka pouch perlengkapan kosmetiknya dan mengambil lipstik Jelly andalannya. "Sirik lo karena dapat yang tua?"

Sialan, mulut Ningsih memang tidak pernah di saring kalau ngomong. Perasaan kan nggak enak.

Ningsih ini salah satu dari ketiga sahabatku yang belum menikah. Nggak tahu deh, tipenya yang gimana?

Kalau Marco, jelas anak kemarin sore. Ganteng, ala-ala opa korea kegilaan Ningsih dan Naura.

Dengan tubuh jangkung tak berotot, beda banget dengan mas Bara, suamiku. Sekalipun umur sudah kepala empat, tubuh atletisnya sangat terjaga, padahal jarang banget aku lihat dia olahraga.

Emang dasar bagus, ya bagus! Ya nggak bokk?

"Lo nggak tau aja Ning, gimana mas Bara bikin aku panas dingin."

"Sialan!!"

Aku tertawa puas melihat wajah kesal Ningsih. Adu argumen yang tak terbantahkan.

Soalnya Ningsih belum pernah merasakan syurga dunia yang sebenarnya. Hanya sekedar jalan-jalan di teras neraka.

Dehaman seorang lelaki membuatku harus memutar kepala cantikku ini. Vitaminku sekaligus penambah darahku yang membuatku sering hypertensi.

"Sudah sarapan?"

Bukan suami impian ✔                                                         Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang