"Wah udah jam istirahat ya lo ke sekolah , enak banget."sebut saja namanya Aren , sahabat Nadel sejak Sekolah Menengah Pertama.
"Enak pala lo tiga belas!, gue habis dihukum. Kalo lo mau gantiin gue bilang dari awal biar gue gak capek." ucap Nadel asal.
"Salah elo sendiri sih nggak bilang ke gue, gue sih mau-mau aja di hukum asalkan nggak belajar pas mapel IPS" Cengir Aren
"Emang udah gila ya lo." sungguh, Nadel tak menyangka mempunyai teman bahkan sahabat seperti Aren.
Mendengar olokan Nadel , Aren hanya terkekeh.
"Ayok dah kita kekantin gue udah laper ni." Ajak Aren.
"Kuy lah."
Mereka berjalan sambil menertawakan hal sepele dan bisa dibilang humor mereka sangat rendah.
Tanpa mereka ketahui, seorang laki-laki melihat kearah mereka berdua. " Gue salah ngartiin nama lo."
~•~
Dikantin.
"Woe! Gue tadi liat elo sama cewek anak IPA 2 di gudang. Elo abis ngapain aja ha? Ceweknya geulis banget lagi." heboh Arkan sambil menge-lap mulutnya seperti kurang belaian saja.
"Wuih?! Yang bener lo Ar? Kan si Alfat tuh gak pernah pacaran apalagi ngelakuin hal-hal begituan." jawab asal Nanta.
"Lima ribu rius gue yang liat sendiri nyink." ucap Arkan menyonyor kepala Nanta.
"Yaudah si biasa aja mas!" kesal Anta lalu mengusap kepala dan merapikan sisiran nya.
"Lah diem-diem bae lo Al." celetuk Nanta
"Kalian kayak ngeintrogasi gue tau gak." ucap Alfat memutar bola matanya.
"Siapa tau lo lagi ngelakuin sesuatu gitu kan , gak boleh dibiarin nih." jawab asal Nanta lagi.
"Pengen gue pakein detergen pemutih biar bersih mulut lo itu tau gak." balas sinis Alfat.
"NAHH ITU CEWEK NYA GUYS!." heboh Arkan memunjuk kearah Nadel yang baru saja memasuki kantin.
What the f**k -batin Alfat melihat kelakuan sahabatnya yang ember ini.
Seisi kantin melihat Arkan yang heboh lalu jari yang ia rentangkan mengarah ke Nadel dan Aren. Nadel terkejut , kenapa murid-murid melihatnya? Ada yang aneh pada penampilan Nadel? Lalu siapa yang menunjuknya itu? Nadel sama sekali tak mengenal mereka terkecuali Alfat.
"Ada yang aneh sama penampilan gue Ren?" tanya bisik Nadel.
Aren melihat dari bawah kaki sampai atas kepala, sama sekali tak ada yang aneh ataupun mencurigakan.
"Gak ada , seperti biasa kok"
"Terus kenapa mereka semua pada liatin gue ya?" tanya Nadel masih berdiri di ganggang pintu Kantin.
"Ya mana gue tau , kuy lah. Gue laper ni."
"Jangan hirauin mereka. Anggep aja gak ada yang ngeliatin elo." lanjut Aren menenangkan.
Nadel mengangguk.
Aren melihat meja yang telah menujuk Nadel tadi lalu memandang sinis mereka.
Awas aja kalian trio balabal. -Batin Aren.Aren mengenal mereka? Jelas! Karna Nanta , Alfat dan Arkan adalah teman satu kompleknya sebelum Alfat pindah ke komplek sebelah.
"Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin" ucap Aren.
"Kayak biasa aja deh, pake uang lo dulu ya soalnya uang gue ada di tas." jelas Nadel.
Aren mengangguk lalu meninggalkan meja mereka untuk memesan makanan.
~•~
Alfat saat ini sedang memperhatikan meja yang berada kedua dari belakang, lalu melihat Aren menjauh untuk memesan makanan , ini adalah kesempatan baginya untuk berkengkar lagi dengan Nadel. Entak kenapa ia sangat senang sekali berada di dekat wanita itu apalagi mendengar ocehannya.
"Eh gue mau ke Nadel dulu." izin Alfat kepada teman-temannya
"Yang cewek bareng lo digudang?" tanya Nanta
Alfat mengangguk.
"Kalian abis ngapain sih?" kepo Arkan.
"Kan gue udah bilang kalau gue itu dihukum."
"Gue masih gak percaya sih , hmm yaudah deh karna tadi juga bukti elo dateng ke kelas terlambat jadi gue percaya aja." jelas panjang lebar Arkan.
"Gue mau ke meja Nadel dulu." ucap ulang Alfat.
"Gercep amat mas, btw bakso nya masih banyak nih." Arkan mencoba untuk meng'kode.
"Iya, ambil aja." Jawab Alfat meninggalkan mereka berdua.
"Alhamdulillah , peka juga yang." sumringah Arkan alu menyambar makanan Alfat.
"Yang yeng yang yeng, jijik gue." sinis Nanta bergidik ngeri.
"Sewot aja lo" balas Arkan yang mulutnya masih dipenuhi makanan.
~TBC
Jangan lupa votement ya(:🤗
Ig : @wiwikptri
KAMU SEDANG MEMBACA
Good & Bad Rain
FantasyGue benci hujan. Gue punya alasan mengapa gue membenci hujan. Datang laki-laki yang menghapuskan kebencian gue terhadap hujan dengan caranya sendiri. Pertemuan berawal cinta? Mereka menjadi sahabat baik? Atau teman? Atau tidak keduanya? Dan bisakah...