"Oh buat payung Lo thanks ya dan..." ucap Nadel sengaja menggantung kalimat.
Alfat menaikan satu alisnya saat ucapan menggantung yang Nadel katakan.
"Mata bapakau dedel! Bagus-bagus ortu gue Namain Nadel malah seenak jidat Lo ngubah nama gue. Dedel dedel Lo kira perkedel!."
"Yaudah deh Dedel emes.." ucapnya dengan sengaja mencubit pipi Nadel dengan gemas.
"Ih apaan sih Lo maen nyubit aja." Balas Nadel mensepak tangan Alfat yang masih berada di pipinya.
Saat ingin beranjak pergi , serasa pergelangan tangan Nadel ada yang menyentuh, dengan segera Nadel menoleh dan mendapatkan cengengesan dari Alfat.
"Sampai ketemu maudel." Suara yang melembut dengan senyuman menghiasi wajahnya.
Ganteng' -Nadelia
Eh , Lo udah gila Del!. -lanjut batinnya.
"Gue kan udah bilang kalau nama gue itu N.A.D.E.L!" menekankan namanya dan pergi meninggalkan Alfat 'sendiri.
~•~
17.30
Akhirnya Nadel sampai rumah setelah lelah berjalan. transportasi saat hujan jarang sekali berlalu lalang. sudah hampir setengah jam-an Nadel menunggu lalu tak menjumpai taksi dan ditambah ia juga lupa men'charger handphone miliknya.
"Huft...akhirnya gue nyampe, semoga paha gue gak ada bunganya." Ngawurnya dengan membuka pintu gerbang.
"Assalamualaikum mama." Teriak Nadel
"Waalaikumsalam sayang." Ucap laras~mama Nadel membukakan pintu
"Eh, lah kok?, Kok kamu bisa basah gini? Kamu dari mana? Kamu mandi hujan ya? Terus ini payung siapa?."
"Coba mama nanya 'one by one . Nadel susah mau jawab yang mana dulu." Keluhnya
"Kamu mandi hujan ya?."
"Iya ma"
"Kamu dari mana?"
"Dari taman"
"Sama siapa?"
"Awalnya sama Revan, tapi Revan nya ada urusan jadi aku ditinggal." Jelasnya.
"Payung siapa ini?" Ucap Laras sembari menunjuk payung yang Nadel pegang.
"Eum siapa ya namanya?" Tanya Nadel bermonolog.
"Lah mana mama tau." Ucap Laras, tanpa disangka Nadel dibuat tersentak kaget.
"Eh eh ngga ma , namanya anu ma itu..siapa sih namanya..." Ucap kesalnya sendiri.
Laras mengerutkan kening dan hendak menyuruh Nadel ganti baju agar ia tak masuk angin. Belum sempat ingin membuka suara, teriakan Nadel membuat Laras untuk segera menutup telinga.
"OH IYA MA..NAMANYA ALFAT! IYA ALFAT!."
"Yaudah Del gausah teriak juga , pecah nanti gendang telinga mama." Ucap Laras melepaskan tangannya dari telinga dan menghelus dada.
"Hehe maap ma , kesel aja nginget soalnya."
"Terus kenapa ngga nelpon atau pesen Go-Jek gitu"
"Ngga bisa ma , baterai hp aku habis lupa di charger."
"Hmm..yaudah sana keatas jangan lupa mandi ntar masuk angin lagi."
"Siap ibu negara..bye, muach" ucap Nadel menciumi pipi Laras dan langsung menaiki tangga untuk ke kamarnya.
~•~
"Ma..kok makanannya dimasukin ke rantang sih..emang nya kita mau kemana?."
Laras memberhentikan aktifitasnya lalu menatap Nadel sebentar.
"Ini bukan buat kita, hari ini hari minggu jadi kita free time sayang."
"Terus ini buat siapa ma?." Tanya Nadel.
"Buat tetangga baru kita lah , katanya sih dia pindahan dari komlek sebelah."
"lahh..pindahnya deket amat , buang-buang uang aja." cibir Nadel.
"Lah, kok kamu yang ngurusin sih..mendingan kamu anterin ini gih udah siap." ucapnya menyodorkan rantang.
"Lah.. Iya ma iya."
Hendak membalikan badan. Nadel teringat, rumah mana yang akan dia antarkan? Rumah yang dijual dulu kan di sebelah kiri dan depan rumahnya. Jadi yang mana di maksud mama nya?.
"oh iya ma, rumah yang mana ya? Ada dua rumah yang di jual soalnya." jelas Nadel.
"itu di depan rumah kita." terang Laras.
"oh okey ma, assalamualaikum aku berangkat dulu."
"wa'alaikumsalam, hati-hati ya!"
Nadel berjalan sambil bergumam Lah, hati-hati buat?.
~•~
Ting , ting , ting!
"berapa kali ya gue neken bell ini?, yakali orang rumah nya gada, yaudah deh dari pada gue jamuran disini mendingan gue balik." gumamnya
"IYA SEBENTAR." teriak orang didalam rumah itu.
"Lah kok lah, Cowok? Duh duh..mendingan gue balik." Cemas Nadel membalikan badan hendak ingin kabur.
"Eh iya ada apa?" tanya laki-laki itu sopan.
Nadel membalikkan badan. "Dasar elo belatung." kesalnya melihat wajah itu lagi.
"Apaan dah lo dateng-dateng maen ngolok gue aja."
"GAK PEDULI!" ia ingin pergi , pulang , dan berlari dari manusia 'aneh ini, saat ingin melangkahkan kaki suara bass terdengar lagi.
"eh eh , lo bawa rantang tu? Buat siapa? Buat gue ya? Ternyata elo tu penggemar rahasia gue Hahah." Alfat tertawa dengan memegang perut menggunakan kedua telapak tangan.
"Pede banget mas!"memukul lengan laki-laki itu untuk menyuruhnya berhenti tertawa.
"Bener or salah?" ucapnya tengah mengontrol tawa.
~TBC
Jangan lupa votement ya(:🤗
Ig : @wiwikptri
KAMU SEDANG MEMBACA
Good & Bad Rain
FantasyGue benci hujan. Gue punya alasan mengapa gue membenci hujan. Datang laki-laki yang menghapuskan kebencian gue terhadap hujan dengan caranya sendiri. Pertemuan berawal cinta? Mereka menjadi sahabat baik? Atau teman? Atau tidak keduanya? Dan bisakah...