Hujan

57 13 1
                                    

"Kok bisa? Hujan itu rahmat dari tuhan del , hujan itu juga indah kalau diliat dan ..."

Nadel mendongak kan kepala melihat ukiran indah yang tuhan ciptakan dan menatapnya penuh pertanyaan.

"Dan hujan itu membawa kesejukan, setiap butiran hujan yang jatuh ke bumi, dapat menggambarkan arti bahwa biar pun dia terjun dan jatuh berkali-kali hujan tetep ingin membahasi bumi dan nggak pantang menyerah. Oh iya, dapat banyak keuntungan diambil oleh manusia , misalnya untuk lahan pertanian." cerita Alfat panjang kali lebar.

"Tapi gue benci hujan ada sebabnya.." Ucap Nadel lirih.

Alfat melihat wajah cantik Nadel. "Misalnya?."

"Papa sama Kakak gue meninggal karna hujan terus gue ditinggalin sama Revan untuk ke jerman jadi hubungan yang gue jaga selama ini berakhir disana." ucapnya memperdalam menundukkan kepalanya.

"Ha? So-sory gue gak bermaksud." sepertinya Alfat salah membahas tentang HUJAN.

Ia menghapus jejak air matanya lalu kembali bicara "Dulu pas gue masih kecil, sekitar umur 5 tahun gue sekeluarga lagi liburan ke pantai. Di tengah jalan pas gue mau pulang, hujan deres banget pasti jalanannya licin dan jalan itu sepi banget, jarang keliatan orang atau pun pengedara . Dan rumah gue dari pantai itu bisa dibilang lumayan cukup jauh , hiks hiks"

"Te-terus mobil Papa hilang kendali di tikungan dan menabrak trotoar jalan di situ ada pohon besar , syukur gue sama mama selamat tapi papa dan kakak gue.... hiks hiks" ia tak tahan menceritakan kejadian pilu itu. Sudah lama ia tak ingin mengingatnya lagi, Tapi kenangan itu terus saja berputar di isi pikirannya ketika melihat HUJAN.

"Apa setelah kejadian itu elo pernah main hujan?"

Nadel menggeleng. "Enggak gue nggak ingin."

"Mau main hujan sama gue?" Tawar Alfat dengan senyuman tulus terlihat di wajahnya.

"E-eng.."

"Ayo!!" Ujar Alfat menarik tangan Nadel lalu membawanya ketengah jalanan yang sepi.

Nadel memejamkan matanya saat butir demi butiran hujan membahasi tubuhnya. Nadel membuka mata saat mendengar tawa Alfat yang membuatnya tersenyum. Mereka bersama-sama merentangkan tangan dan menatap kearah langit. Sungguh sangat bahagia mandi hujan saat sore hari.

Mereka bertatapan lalu tersenyum bersama.

"Apa gue salah mendeskripsikan hujan, Al?" Tanya Nadel menunduk dengan memainkan jemarinya.

"Kalau menurut gue yang tentang keluarga lo dan Revan itu udah takdir tuhan , jadi hidup lo jalanin aja seperti biasa dan jangan salahkan hujan karna hujan itu mempunyai cara tersendiri membuat orang yang menikmatinya akan merasa nyaman."

"Gu-gue akan coba biar gue ngilangin rasa benci gue terhadap hujan." ujar Nadel merasa ragu.

Nadel menghela nafas sebentar lalu melanjutkan kalimatnya. "Dan hujan merekam semua kejadian baik dan buruk hidup gue."

"Dan satu lagi." Tukas Alfat tersenyum manis sangat manis, sampai Nadel dibuat Tercengang. "Dan tuhan mempertemukan kita."

Lalu Alfat menarik tubuh mungil Nadel untuk membawanya kepelukannya, Mereka berpelukan bak teletubis dan tersenyum penuh arti.

Kok jantung gue marathonan sih?.
Punya riwayat jantung gue? Amit-amit yatuhan. -Batin Alfat.

Lah ini jantung lagi di pompa ya? Kenceng amat. -Ujar Nadel dalam hati

~TBC
JANGAN LUPA VOTEMENT YA(:🤗

IG : @WIWIKPTRI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Good & Bad RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang