"Eunbi!"
Eunbi meringis pelan ketika Sakura menarik baju yang dikenakannya, "Kenapa sih?"
"Temenin gua nyari yang lo maksud itu dong...," mohon Sakura.
Sebenarnya Eunbi pun juga harus mencari miliknya, namun karena mengingat lokasi Sakura yang paling dekat, maka dia memutuskan untuk membantunya terlebih dahulu.
"Di kooridor kan?" Tanya Eunbi memastikan.
Sakura mengangguk pelan, "Iya."
Mereka berdua berjalan secara perlahan. Sakura mengamit lengan Eunbi dengan kuat, tangan kiri Eunbi memegang sebuag senter.
Suasana di sekolah benar benar mengerikan, jika saat malah hari sudah mengerikan, maka saat ini lebih mengerikan lagi.
"Eunbi... gua gak sanggup," pasrah Sakura sembari berhenti berjalan.
"Ayo Sak, gua yakin kita bisa keluar da-"
Kret... kret... kret
Sakura melotot, begitupula dengan Eunbi. Bulu kuduk mereka berdua berdiri, Sakura perlahan berjalan mundur dan tubuhnya mengenai sebuah tembok.
"E-Eunbi..."
Eunbi menatap sekitarnya dengan was was. Dia mengenggam tangan Sakura, kemudian segera membawa Sakura ke arah koperasi.
Ternyata, pilihan Eunbi untuk ke koperasi itu salah besar, karena saat mereka memasuki koperasi, mereka menemukan sesosok suster yang waktu itu Sakura temui.
Nafas Sakura tercekat saat hantu suster itu menatapnya. Tak bisa dipungkiri Sakura dan Eunbi pun sangat takut. Sakura takut karena melihat suster, sedangkan Eunbi takut melihat sosok mengerikan membawa sebuah cutter yang berlalu di depan koperasi.
Keduanya melihat hal yang sangat tidak diinginkan untuk dilihat.
"S-Sak..."
"B-Bi..."
Jantung Sakura semakin berdebar, tubuhnya berkeringat hebat ketika menyadari bahwa suster itu berusaha untuk menghampirinya dengan mengesot.
"B-Bi..."
Eunbi yang merasakan genggaman tangan Sakura semakin kencang langsung melihat keluar koperasi, di lihat sekitarnya, ternyata aman.
Eumbi langsung menarik Sakura keluar dari koperasi dan segera pergi ke kooridor dimana waktu itu Sakura bertemu dengan hantu.
Kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari koperasi. Sakua bisa tersenyum sedikit ketika menyadari kalau kooridornya semakin dekat.
Tetapi, senyumannya luntur ketika melihat suster tadi yang sedang duduk di kursi sambil memegang sehelai kain yang dielus elusnya.
"A-Apa yang p-perlu g-gua bawa?" Tanya Sakura pada Eunbi sambil terbata bata.
"Sesuatu benda yang bersangkutan dengan sosok yang lo temui," jawab Eunbi sambil was was.
Sakura menggeleng keras, karena dia memikirkan kalau benda yang diperlukannya adalah sehelai kain yang dipegang oleh sosok suster itu.
"Sak," Eunbi menatap Sakura, kemudian dia memegangi bahunya, "Gua yakin lo bisa. Lo harus berani lawan ketakutan lo. Lo mending diem, terus tinggal di sini selamanya atau berani lawan ketakutan lo dan bebas dari dunia ini?"
Walaupun suasana sangat gelap, lampu senter juga dimatikan demi keamanan, Sakura dapat merasakan tatapan menenangkan milik Eunbi.
Sakura meneguk air liurnya susah payah, "G-Gua coba."
Sakura menoleh ke arah kursi, di sana masih ada sosok suster tersebut. Sakura berpesan pada Eunbi agar menjaganya jika ada sosok yang membawa cutter tadi.
"Gua jaga, lo fokus ambil benda lo aja oke?"
"O-Oke."
Ketakutan Sakura sangatlah besar, tetapi dia harus mengalahkannya, ini semua demi keberlangsungan hidupnya.
Memilih untuk tetap tinggal atau pergi dari dunia ini.
Wajah Sakura pucat, nafasnya memburu, air keringat terus membanjiri seluruh tubuhnya. Semakin lama jarak Sakura dengan sosok tersebut semakin dekat.
"P-Permisi...,"
Sosok suster tersebut tidaklah mendongak, dirinya malah menunjuk ke arah lantai. Otomatis Sakura mengikuti arah tunjuknya.
Sustee itu terus terusan menunjuk lantai tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
"Sak Sak! Sembunyi sekarang!" Peringat Eunbi dan memasuki sebuah loker terdekat, sedangkan Sakura masih berada di tempatnya.
"Plis gua harus ngapain!?"
Tak ada pilihan, Sakura memutuskan untuk segera berlari ke bawah meja ruang informasi dan bersembunyi di sana dengan posisi seperti mengesot.
Jantung Sakura berdebar hebat, ditambah tiba tiba ada sehelai kain yang terjatuh di depannya.
Kain berwarna putih yang sedikit kusang.
Sakura diam tak berkutik, kemudian ada suara pelan Eunbi yang memanggil namanya beberapa kali.
"Sakura?" Panggil Eunbi dengan berbisik.
Sakura keluar secara perlahan dengan sehelai kain di tangan kirinya, kemudian Sakura menunjukkannya kepada Eunbi sambil menyengir kuda.
"Syukur lo udah dapet," puji Eunbi sambil tersenyum lega.
Awalnya Sakura ingin tersenyum, namun hal itu tidak jadi ketika menyadari ada beberapa orang di sebrang sana yang barusan keluar dari ruangan musik.
"Eunbi... ruangan musik tempat lo?" Tanya Sakura sambil bergumam pelan.
Tubuh Eunbi menegang, "I-Iya..., k-kenapa?"
"K-Kayaknya kita harus pergi dari sini sekarang juga Bi, kita harus cari tempat aman."
Tanpa babibu, mereka berdua segera pergi dari lokasi dan mencari tempat teraman untuk beristirahat sebelum melanjutkan mencari benda milik Eunbi.

KAMU SEDANG MEMBACA
escape | izone
Kinh dị[sequel: twelve | izone] Kedua belas siswi yang telah mengalami kisah mistis di sekolahnya telah terjebak di dunia lain. Terakhir lokasi mereka berada di auditorium. Lokasi yang mereka tempati adalah sekolahan, tetapi versi dunia lain. Mereka berdua...