[9] sebuah kalung

2.9K 615 20
                                    

"Kalau kita gak mencar, waktunya makin dikit, Mi."

Hitomi terdiam mendengarkan penuturan Chaeyeon, matanya menandakan kesedihan, "Terus gimana? Siapa yang mau nemenin gua?"

Keadaan di ruangan musik hening, mereka semua berdiri di tempat ternyaman masing masing.

"Woi bantuin gua sama Hitomi dong!? Seriusan ini gak ada yang mau bantuin!?" Bentak Chaeyeon kesal.

Dalam hati Hitomi sedang menguatkan hatinya, "Ya udah gua pergi sendiri aja, lo pada siap siap buat pergi ke auditorium."

Semuanya masih diam, Hitomi berjalan ke arah pintu, "Selametin Yena sama Yuri juga..., ya?"

Hitomi melangkahkan kakinya pelan, tangan kanannya memegang senter, lalu dia bergerak ke arah kelasnya yang berada di lantai 2.

"Ayo Tomi pasti bisa," gumam Hitomi untuk menyemangati dirinya sendiri.

Langkahnya benar benar bergetar, tetapi Hitomi berusaha sekeras mungkin untuk melangkahkan kakinya pergi ke atas.

"Ayo sini gua temenin."

Hitomi mematung, dia menolehkan kepalanya secara perlahan, dan dia menemukan sosok Yena di sana.

"Loh? Yena?"

Yena senyum kecil, "Ayo sini gua temenin."

Walaupun Hitomi merasa terheran heran, tapi dia tidak mau menyinggung mengapa Yena sekarang berada di sini, padahal beberapa saat yang lalu Hitomi dan Chaeyeon menolong Yena yang sedang diserang oleh sosok gadis cutter, namun sekarang dia terlihat baik baik saja.

Dan Yena juga terlihat lebih cerah dari biasanya.

Selama perjalanan menuju kelas 2-3, Hitomi merasa aman. Bahkan Yena yang tak berbincang sedikitpun terasa sudah menjagai dirinya.

"Yena..., tapi gua gak tau benda apa yang perlu gua ambil dari kelas gua," tutur Hitomi pelan.

Yena terdiam sambil memandangi kelas tersebut dengan seksama, "Coba deh cari ke belakang gitu siapa tau ada."

Hitomi mengelilingi kelas secara perlahan, tak lupa juga menyinari sekitarnya dengan senter, sedangkan Yena hanya berdiri menunggu di dekat pintu kelas.

Ketika Hitomi berhenti di sudut kelas, dia melihat ke tembok, di mana ada sebuah bercak darah yang terlihat sangat baru.

"Darah? Darah siapa?" Gumam Hitomi pelan, tangannya bergerak untuk menyentuh darah tersebut, namun pergerakannya terhenti ketika Yena menahan tangannya dan langsung membawa Hitomi ke pojok kelas.

"Jangan berisik," isyarat Yena tanpa suara, sedangkan Hitomi hanya mengangguk pelan dengan wajahnya yang ketakutan.

Sosok gadis menggunakan cutter masuk ke dalam kelas yang mereka berdua tempati, bahkan di belakangnya disusul sosok yang menggunakan alat oksigen.

Dalam hati Hitomi resah, tetapi Yena di sebelahnya membuat dirinya merasa lebih tenang, jantungnya makin lama pun kian berdetak normal.

Suara sosok itu sudah mulai menghilang, dan itu dapat membuat Hitomi maupun Yena dapat bergerak dengan leluasa

"Makasih ya Na," kata Hitomi sambil senyum tulus.

Yena ngangguk, "Udah dapat kan benda nya lo?"

Hitomi menggeleng pelan, tetapi dia merasakan di tangan kanannya ada sebuah benda.

"Loh? Kok bisa ada?" Tanya Hitomi bingung.

Yena mengangkat bahunya pelan, "Mungkin tangan lo gak sengaja kepegang loker meja kali? Terus karena lo panik makanya lo langsung genggam apa aja yang ada di dekat lo."

Mungkin apa yang Yena jelaskan itu benar, tapi Hitomi tidak merasa seperti itu kejadiannya.

"Iya kali ya? Mungkin gua yang lupa?" Sahut Hitomi sambil geleng geleng kepala heran.

"Mau balik ke ruang musik?" Tawar Yena.

"Iya mau."

Yang kita ketahui, pada dasarnya Yena adalah seseorang yang penakut. Namun, untuk malam ini dia menjadi sosok yang sangat berjasa untuk Hitomi.

Setelah menelusuri tangga, kini Hitomi sudah berdiri di dekat ruang musik, "Kalau gak ada lo, gua gak tau la—"

"Loh? Yena kemana?"

Hitomi berusaha mengerjapkan matanya berkali kali, bahkan sekarang matanya sudah melotot dan mencari kesana kemari keberadaan Yena, namun dia tidak menemukannya sama sekali.

"Eh Hitomi? Udah dapat benda lo? Kenapa gak masuk? Yang lain udah siap siap mau ke auditorium," kata Wonyoung yang baru saja muncul dari dalam ruang musik.

"U-Udah..., t-tapi ta-tadi ada—"

"Buru masuk ih, gua gepak lo lama lama di luar, bahaya," tiba tiba ada Chaewon yang berasal dari belakangnya dengan wajahnya yang tersulut emosi.

Lagi dan lagi Hitomi merasa pusing karena ada dua orang yang membuatnya bingung setengah mati.

Pertama Yena yang awalnya bersama dirinya, tiba tiba menghilang dalam persekian detik.

Yang kedua Chaewon yang tiba tiba ada di belakang dirinya dan menegurnya dengan suara ketus, lalu wajahnya ditekuk.

"Kalung ini..., untuk apa?"

escape | izoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang