Nako merasakan kalau tangannya bergetar hebat, hal itu terlihat jelas karena senter yang dipegangnya bergerak tidak beraturan.
"Sini Nako, biar gua yang pegang," kata Chaewon sembari mengambil senter yang ada di tangan kanannya Nako.
Mereka berdua berjalan menyusuri kooridor yang sangat gelap, ditambah dengan asap asap tipis yang menganggu jarak pandang mereka.
Bukan salah Nako, bukan juga salah Chaewon, tapi sedari tadi mereka merasa hanya berkeliling keliling saja di kooridor yang sama.
"Capek..., mau duduk dulu?" Tawar Chaewon.
Nako terdiam, kemudian dia menggeleng keras, "Ayo cepat ikutin gua."
Nako langsung bergerak berlari sambil merebut senter yang ada di tangan Chaewon, otomatis Chaewon pun langsung mengikutinya walaupun bingung setengah mati dengan tingkah Nako.
Nafas mereka memburu, lumayan melelahkan karena jarak yang mereka tempuh cukup jauh.
"Sembunyi di lemari sekarang, dan jangan berisik sedikitpun," bisik Nako.
Chaewon bingung, tapi dia tetap mengikuti perintah Nako, sedangkan Nako masih berada di luar dan mencari tempat sembunyi lainnya.
Belum sempat Nako berlari ke arah lemari ujung, sosok gadis yang membawa cutter sudah memasuki kelas tersebut dan menggesek gesekkan cutternya.
Ketika menyadari kehadiran sosok itu, Nako hanya bisa berjongkok, bersembunyi di antara meja meja serta kursi yang cukup bisa untuk menghalanginya.
Sosok itu terus menerus berjalan mengitari kelas, langkahnya yang lamban membuat hati Nako bergetar hebat, ditambah lagi sudut pandang Nako yang menangkap seorang gadis waktu itu sedang duduk di kursinya.
Kesempatan Nako untuk sembunyi semakin kecil, maka dia bergerak secepat mungkin tanpa menimbulkan suara. Bergerak mendekati sosok yang sedang duduk di kursi.
Semakin Nako mendekat, maka dia semakin merasa tertekan, hawa yang berada di sekitarnya pun semakin mencekam.
Entah apa yang dilihatnya, Nako melihat sebuah botol di atas meja tersebut, tanpa label apa apa, hanya ada botol putih polos.
Karena Nako memiliki insting yang cukup kuat, dia langsung berdiri, mengambil botol tersebut. Kemudian sosok yang membawa cutter melihatnya, sosok tersebut berlari mendatangi Nako dan dengan reflek Nako menumpahkan cairan yang ada di botol tersebut.
Mata Nako melebar ketika melihat sosok cutter tersebut seperti terbakar, dia sampai berteriak kencang karena merasa dirinya terbakar.
"A-Air suci?" Gumam Nako pelan.
Ketika melihat botol tersebut, Nako juga melihat ada sebuah tangan yang mencengkram lengannya. Dalam persekian detik pun Nako paham kenapa ada tangan tersebut di lengannya.
"Terima kasih sudah membantu," kata Nako sambil tersenyum ramah.
"Pergi lah," katanya singkat.
"T-Tapi apa yang kubawa? Aku ingin kembali," kata Nako tergagap.
"Pergilah, sebelum semuanya terlambat."
Walaupun Nako tidak mengerti dan dia juga bingung harus membawa apa, oleh sebab itu dia hanya membawa botol tersebut yang masih ada sisanya dan langsung menjemput Chaewon di dalam lemari.
"Lo gak papa? Ayo cepat pergi dari sini," Tanya Nako khawatir melihat kondisi Chaewon yang tiba tiba memucat.
"Gua ngeliat..., sosok itu ngilang gitu aja setelah lo siram dan gua ngeliat lo ng-ngobrol s-sendiri..."
Dalam hati Nako merutuki dirinya, di lemari yang Chaewon tempati itu seperti ada ventilasi nya, oleh sebab itu Chaewon dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di luar sana.
Nako juga menyesal karena Chaewon pasti pusing tujuh keliling melihat Nako ngobrol sendirian.
"Nanti gua jelasin, tapi kita harus keluar dari kelas ini dulu dan pergi nyari benda punya lo, oke?" Kata Nako sembari menenangkan Chaewon.
Chaewon mengangguk pelan, mereka berdua keluar dari kelas tersebut, berjalan sambil menautkan lengan satu sama lain, menatap sekitar mereka dengan rasa parno yang teramat dalam.
Sedikit demi sedikit rasa khawatir yang berlebihan dari diri Chaewon sudah mulai mereda, Nako pun turut senang. Walaupun mereka masih perlu waspada terhadap sekitar mereka.
Mereka turun ke lantai bawah, lalu mereka menelusuri kooridor. Samar samar mereka mendengar suara orang mengobrol, oleh karena itu mereka menyenteri arah depan dan ternyata menangkap dua orang yang sedang duduk di kursi.
Nako menyenteri mereka berdua tepat di depan wajah mereka.
"Ya elah malah pacaran di sini," celetuk Chaewon.
Yujin mendelik, "Chaewon lo ngapain di sini?"
"Barusan nemenin Nako ambil barangnya dia," sahut Chaewon.
"Seru ga?" Tanya Yujin.
"Seru pala lo peang, gua yang ketar ketir," sahut Nako kesal. Tentu saja kesal, karena dia hampir saja ditikam oleh sosok cutter tersebut, jika saja tidak dibantu oleh sosok arwah yang pernah Nako temui tempo hari.
"Gu—"
Kret... kret... kret...
Omongan mereka terputus begitu saja ketika mendengar suara yang menyeramkan. Bahkan Nako dan Chaewon pun langsung bergerak menaiki anak tangga karena posisi mereka memang dekat dengan akses ke atas.
Sedangkan Yujin dan Minju entah pergi kemana.
Belum sepenuhnya naik ke atas, Nako berhenti di tengah tengah tangga, dia mengintip sedikit ke bawah, menajamkan matanya walaupun kondisi sekitarnya sangat teramat gelap.
Selain suara yang mengerikan tadi, kini suara tersebut terganti dengan langkah kaki yang menggema. Bahkan Nako sangat teramat merinding.
"Nako, ayo naik!" Bisik Chaewon pelan, tetapi Nako tak mendengarkannya sama sekali.
Nako terus menerus menatap lantai bawah dengan intens, sampai dirinya sadar suara langkah kaki semakin mendekat.
Tap... tap... tap... tap... tap...
Segerombolan langkah kaki melewati kooridor, Nako melihatnya dengan jelas walaupun kondisi gelap, ini juga dipengaruhi karena Nako memiliki apa yang orang lain tidak miliki, dia istimewa.
Suara mereka terdengar serentak, dan yang paling mengejutkan adalah, di antara makhluk makhluk astral tersebut, Nako merasakan ada aura sosok manusia di antara mereka semua.
Nako berpikir keras sampai akhirnya dia sadar kalau mereka yang bersama gerombolan tersebut akan terancam berbahaya dan tidak bisa kembali ke dunia nyata.

KAMU SEDANG MEMBACA
escape | izone
Horreur[sequel: twelve | izone] Kedua belas siswi yang telah mengalami kisah mistis di sekolahnya telah terjebak di dunia lain. Terakhir lokasi mereka berada di auditorium. Lokasi yang mereka tempati adalah sekolahan, tetapi versi dunia lain. Mereka berdua...