Chapter 02: Like Looking in a Mirror

11K 968 36
                                    

18 Tahun Kemudian…

Kehidupan keluarga Haruno telah mengalami perubahan besar sejak kehadiran Sakka. Kehadiran anak itu tampaknya membawa aura keberuntungan, merubah nasib Sakura dan Gaara secara dramatis. Kehidupan mereka yang dulunya serba kekurangan kini berbalik 180 derajat. Kesuksesan Sakka dan Gaara mengubah keadaan secara signifikan.

Sakura, dengan kecerdasannya yang luar biasa, menyelesaikan studi S1-nya pada usia yang sangat muda. Gaara, di sisi lain, berhasil mendirikan perusahaan elektronik besar yang sangat sukses. Meskipun demikian, Sakura memilih untuk bekerja di perusahaan properti yang memberikan gaji yang sangat menggiurkan daripada bergabung dengan perusahaan Gaara.

Sakka, yang kini telah menjadi pria dewasa tampan, memiliki pesona yang membuat setiap wanita menjerit setiap kali melihatnya. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya dengan cemerlang, ia memutuskan untuk melanjutkan studi musik di universitas terbaik di Tokyo. Cinta dan hasratnya terhadap seni tarik suara membawanya ke jalur yang gemilang.

Di usianya yang masih belia, Sakka telah meraih banyak prestasi di bidang musik. Ia terus-menerus mengukir kebanggaan di hati Mama dan Pamannya. Ia sering tampil di café night, pertama kali menandatangani kontrak pada usia 16 tahun. Pada usia yang sama, ia juga mengetahui tentang kisah hidupnya yang membuatnya marah: bagaimana ia dibuang oleh orang tua kandungnya. Meskipun kemarahan itu ada, Sakka tetap mencintai dan menghargai Sakura sebagai sosok ibu yang telah mengorbankan segalanya untuknya.

Dibesarkan dalam keadaan kekurangan membuat Sakka menjadi pribadi yang sangat baik hati. Meskipun dikenal sebagai 'playboy' dengan sifat genit, ia memiliki hati yang tulus. Pagi ini, Sakka berdiri di depan cermin, menatap tubuh kekarnya dengan senyum bangga. Ia menyisir rambutnya yang acak-acakan ke belakang dengan penuh percaya diri, lalu memuji dirinya sendiri.

“Oh, boy, betapa tampannya dirimu,” ucapnya dengan penuh keyakinan. Setelah itu, ia menyambar tasnya dan bergegas keluar dari kamar dengan langkah ceria menuju dapur.

Di dapur, Sakura tampak sibuk dengan aroma nasi goreng yang sedap memenuhi udara pagi. Ia mengaduk wajan dengan cekatan, matanya fokus pada masakannya. Ketika Sakka memasuki dapur, senyum lebar menghiasi wajahnya saat melihat Mama-nya, yang kini tampak lebih cantik dari sebelumnya.

"Selamat pagi, Mama cantik!" serunya ceria, mencium pipi Sakura yang tampak kaget.

“Astaga, Sakka!” Sakura terkejut, suara setengah kaget. Sementara itu, Sakka hanya terkikik geli, matanya bersinar penuh semangat saat ia mengambil beberapa tomat yang hendak ditambahkan ke dalam nasi goreng.

“Mungkin Mama akan mati muda kalau kau terus-terusan mengagetkan Mama seperti ini,” keluh Sakura sambil menggulung lengan baju.

“Ah, kau terlihat semakin cantik saat kesal, Mama,” Sakka menggoda, membuat Sakura tersenyum kecil dengan rona merah di pipinya. Suasana hangat pagi itu dipenuhi tawa dan kekocakan.

"Oh, astaga! Apa yang ku lihat ini? Ada apa di wajahmu, Mama?" Tanya Sakka dengan pura-pura terkejut, matanya membesar seolah baru menyadari sesuatu.

“Eh, apa? Ada apa di wajah Mama, Sakka?” Sakura bertanya dengan nada cemas, meraba wajahnya untuk memastikan tidak ada yang menempel.

“Aku melihat bunga yang bermekaran di sana. Wah, kau cantik sekali, Mama,” ucap Sakka dengan senyum lebar, membuat Sakura memukul lengannya dengan lembut.

The Last Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang