Sasuke baru saja menyelesaikan rapat dengan perusahaan lain, ditemani oleh Sakura. Meskipun rapat itu selesai, suasana canggung di antara keduanya tidak juga mereda. Sakura berjalan perlahan di belakang Sasuke, berusaha menahan rasa sakit pada kakinya yang sudah memerah akibat berdiri terlalu lama. Sebelumnya, Sakura tidak terbiasa berdiri dalam waktu lama dengan high heels yang tidak nyaman.
"Pergilah. Ini sudah jam makan siang," kata Sasuke, tanpa menoleh, sambil berbelok ke arah ruangannya dan meninggalkan Sakura di lorong.
Sakura menatap punggung Sasuke yang menjauh, berusaha tidak memikirkan ketidaknyamanan yang dirasakannya. Ia memutuskan untuk pergi ke kafe terdekat, berharap bisa duduk dan melepas penat. Begitu sampai di kafe, Sakura terkejut melihat Sakka, sudah menunggunya dengan sebuah baskom berisi air dingin. Sakka tampak sangat khawatir dan langsung memijat kaki Sakura yang memerah.
Sasuke, yang baru saja tiba di Night Caffe setelah menyelesaikan beberapa dokumen yang harus ditandatangani, tidak menyangka akan melihat Sakura di sana. Melihat Sakura duduk sendirian sambil melepas high heelsnya dan mengurut kakinya membuat Sasuke merasa sedikit canggung. Namun, pandangannya segera tertarik pada Sakka yang datang dengan baskom berisi air dingin.
Sasuke mengerutkan keningnya saat melihat kedekatan antara Sakka dan Sakura. Keduanya tampak sangat akrab, dan Sakka tampak sangat perhatian terhadap Sakura. Mereka tertawa bersama, Sakka sesekali menyuapi Sakura. Sasuke duduk di meja tak jauh dari mereka, matanya tidak bisa lepas dari pemandangan tersebut. Sakura tertawa dengan ceria, dan meski Caffe itu sangat ramai dan berisik, Sasuke tidak bisa mendengar percakapan mereka. Entah mengapa, perasaan Sasuke campur aduk antara kesal dan senang melihat kedekatan mereka.
Sasuke memesan makanan dan terus memperhatikan Sakura dan Sakka. Rasa penasaran Sasuke semakin meningkat seiring waktu. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang sulit dijelaskan, namun mengganggu ketenangannya. Sesekali, Sakka tampak sangat perhatian, dan hal ini membuat Sasuke merasa gelisah.
Saat sore hari tiba dan jam kantor berakhir, Sasuke beranjak dari kursinya dan berhenti di depan meja Sakura. Suasana canggung kembali menyelimuti mereka.
"Besok gunakan heels yang lebih pendek," kata Sasuke dengan nada yang tidak bisa dipahami. Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan pergi dari tempat itu. Sakura melongo mendengar pernyataan itu, bingung dengan sikap Sasuke yang tiba-tiba.
"Heh?! Ada apa dengan Tuan angkuh dan sombong itu?" gumam Sakura sambil meraih tasnya dengan cepat. Berusaha untuk tidak terlalu memikirkan komentar Sasuke, ia buru-buru keluar dari ruangan dan menuju mobil sport hitam Sakka yang menunggunya di depan gedung Uchiha Corp.
Sasuke, yang memperhatikan kepergian Sakura dan Sakka, merasakan ketidakpastian dalam dirinya. Hari ini, Sakura telah membuatnya melakukan hal-hal yang tidak pernah ia lakukan dalam sepuluh tahun terakhir. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan ini membuat Sasuke merasa terjaga dan gelisah.
Sesampainya di rumah mewahnya, Sasuke disambut oleh kakaknya, Itachi, dan keluarga. "Selamat datang, Sasuke!" sapa Itachi dengan senyuman hangat.
"Paman Sasuke!" teriak Itaru dan Izaru, anak laki-laki Itachi, berlarian memeluknya. Sasuke membalas pelukan mereka dengan lembut, merasakan sedikit rasa miris di hatinya. Kenangan akan kehidupan yang hilang dan bahagia bersama mantan istrinya kembali menghampirinya. Dulu, ia pernah menikah dengan seorang gadis yang sangat dicintainya, seorang model cantik yang membuatnya merasa bahagia. Namun, kebahagiaan itu hancur saat kenyataan pahit menamparnya. Istrinya yang hamil kemudian menghilang ke luar negeri dan kembali tanpa anak yang seharusnya menjadi darah daging mereka. Istrinya membuang anak tersebut karena alasan reputasi sebagai model. Kejadian itu membuat Sasuke marah dan akhirnya menceraikan istrinya tanpa ragu, mengubur dalam-dalam kenangan mereka.
Sasuke sangat ingin bertemu anaknya, meski ia tidak tahu apakah anaknya laki-laki atau perempuan. Yang ia tahu, anaknya kini sudah dewasa.
"Sasuke, kau melamun," ucap Itachi, membuat Sasuke tersentak dari lamunannya.
"Paman, ayo main mobil-mobilan!" rengek Izaru, menarik tangan Sasuke dengan semangat.
"Anak-anak, jangan ganggu paman kalian. Dia baru pulang bekerja dan pasti sangat lelah. Paman butuh istirahat," ucap Izumi, istri Itachi, membuat kedua anak tersebut mendesah kecewa dan akhirnya pergi.
Sasuke duduk di depan Itachi sambil meminum secangkir kopi. Ia teringat pada kopi yang dibuat Sakura, rasanya pas-tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit. Kenangan itu membuatnya merenung lebih dalam.
"Ku dengar Sakura dipindahkan ke kantor pusat," kata Itachi, menarik perhatian Sasuke. Sasuke mengangkat alis, tertarik dengan informasi tersebut.
"Kau mengenalnya?" tanya Sasuke, dan Itachi mengangguk pelan.
"Dia wanita yang sangat luar biasa. Kau beruntung memiliki dia sebagai sekretaris. Sakura sangat cerdas dan cekatan," cerita Itachi, semakin membangkitkan rasa penasaran Sasuke.
"Sakura, ya? Dia si merah muda yang pernah menolongku saat melahirkan di kantormu, kan?" tanya Izumi dengan senyum geli, sementara Itachi mengangguk.
"Ah, aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Dia sangat baik dan manis. Tapi aku dengar dia sudah memiliki seorang putra yang dewasa. Rasanya sulit dipercaya, dia masih sangat muda," kata Izumi, menambah rasa penasaran Sasuke.
"Aku pernah bertemu anaknya ketika anaknya berusia sekitar lima tahun. Wajahnya benar-benar manis," tambah Itachi, membuat Sasuke tersenyum tipis.
"Hei Sasuke, sekali-sekali ajaklah Sakura kemari. Aku bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih padanya," pinta Izumi.
Sasuke menghela napas. "Rasanya sedikit sulit. Aku membuatnya marah," jawab Sasuke, merasa canggung dengan permintaan itu.
"Sasuke, berhentilah bersikap seperti itu. Tidak semua wanita seperti dia," ucap Itachi, enggan menyebutkan nama mantan istri Sasuke.
"Aku tahu," gumam Sasuke pelan, membuat Itachi dan Izumi menghela napas bersamaan.
"Kau tahu, Kakak tidak pernah melihat Sakura marah, tetapi kau malah bisa membuatnya marah. Itu tandanya kau benar-benar telah menyakiti perasaannya," ucap Itachi. Sasuke hanya terdiam, merenungkan kata-kata Itachi.
"Cobalah minta maaf. Sakura itu pemaaf. Selama kau meminta maaf dengan sungguh-sungguh, Kakak yakin dia akan memaafkanmu," saran Izumi dengan lembut. Sasuke mengangguk pelan sebelum beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Itachi dan Izumi dengan penuh harapan bahwa adiknya akan menemukan cara untuk memperbaiki hubungannya dengan Sakura.
![](https://img.wattpad.com/cover/191235107-288-k796857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
FanfictionSebuah pertemuan tidak disengaja Sakura dengan bayi yang dibuang oleh orang tuanya didekat jalanan rumahnya ternyata membawa Sakura pada takdir dan cinta terakhirnya.