Chapter 08: End of this Journey

13.4K 839 56
                                    

Sakka pergi bermain football bersama Sasuke di hari liburnya, menunda kencannya dengan para gadis di jurusannya. Keduanya kini terduduk di pinggir lapangan dengan peluh yang membanjiri tubuh keduanya.

"Ahh ini benar-benar melelahkan, kau cukup hebat bermain, Pah," ucap Sakka sambil mengusap wajahnya.

"Ah, benarkah? Aku merasa sangat tua sekarang. Rasanya tulangku ingin patah," cerita Sasuke, membuat Sakka tertawa pelan.

"Jangan berpikir begitu, Pah! Menurutku kau masih sangat muda dan cocok untuk menikah," ucap Sakka membuat Sasuke terkekeh pelan.

"Kenapa kau berpikir begitu? Saat ini yang kupikirkan hanyalah merawatmu saja," ucap Sasuke sambil mengusap pelan kepala Sakka.

"Tentu saja Mama dan Papa akan merawatku dengan baik," ucap Sakka dengan senyum cerahnya, sementara Sasuke nampak terdiam.

"Maafkan Papa, tapi sepertinya itu tak bisa Papa lakukan," ucap Sasuke dengan suara lirihnya.

"Kenapa Papa berpikir seperti itu? Apa Papa tidak menyukai Mama?" ucap Sakka dengan perasaan kecewa.

"Bukan begitu maksud Papa... err... ah ya... itu sedikit... arggh... entahlah!" ucap Sasuke kebingungan dengan wajah yang bersemu tipis.

Sakka yang melihat wajah malu-malu Sasuke, pun tertawa terbahak-bahak, membuat Sasuke menggaruk tengkuknya merasa semakin malu.

"Astaga, Pah! Kau benar-benar memalukan!" ledek Sakka sambil memukul lengan Sasuke.

"Kau seperti menyukai Mama, eh tapi malu untuk mengatakannya," celetuk Sakka.

"Papa sendiri tidak tahu perasaan Papa. Kau tahu, senyumnya selalu menggetarkan hati Papa. Dia sangat sulit dijelaskan, rasanya bersamanya Papa mengalami banyak hal aneh di tubuh Papa. Kau tahu, rasanya ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perut Papa dan rasanya benar-benar geli tapi menyenangkan," cerita Sasuke panjang lebar.

"Astaga, sadar umur, Pah! Kau seperti anak sekolah menengah atas yang baru mengenal cinta," ucap Sakka kembali tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.

"Ah, sudahlah, berhenti menertawakanku," ucap Sasuke menyikut lengan Sakka, membuat Sakka bersusah payah menghentikan tawanya.

"Maafkan aku, tapi sungguh itu benar-benar lucu," ucap Sakka dengan senyum anehnya.

"Aiss... ini benar-benar memalukanku," ucap Sasuke membuat Sakka terkekeh pelan.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan tubuh Mama menurutmu, Pah?" tanya Sakka sambil menaik-turunkan alisnya, membuat wajah Sasuke kembali memanas.

"Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?" ucap Sasuke malu-malu.

"Sudahlah, katakan saja," ucap Sakka dengan gaya santainya sambil menepuk bahu Sasuke.

"Yah, Mamamu punya tubuh yang... errr... sexy, dia benar-benar menggoda," ucap Sasuke canggung, sementara Sakka kembali tertawa.

"Kau benar, Pah! Lekukan tubuhnya benar-benar yang terbaik!" ucap Sakka sambil mengacungkan jempolnya.

"Ahh... aku merasa sangat cabul bersamamu!" ucap Sasuke membuat Sakka kembali tertawa kesekian kalinya.

"Baiklah, bagaimana jika aku membantu Papa mendekati Mama?" tawar Sakka membuat Sasuke menatap putranya itu tidak yakin.

"Ayolah, kau harus percaya padaku, Pah. Aku tahu semua hal tentang Mama kecuali satu hal," ucap Sakka sambil tersenyum aneh.

"Apa itu?" tanya Sasuke yang nampaknya jadi penasaran.

"Bentuk kemaluannya," ucap Sakka kembali tertawa sambil bergulingan di rumput.

"Astaga, aku jadi tidak yakin jika dia putraku," ucap Sasuke dengan senyum kecilnya.

_____

Setelah hari itu, Sakura merasakan perubahan yang luar biasa di diri Sasuke selama enam bulan lamanya. Pria itu jadi berperilaku sangat manis dan hangat. Sesekali mereka juga sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan, walau kadang Sakka juga ikut dan mengganggu suasana dengan rengekan menyebalkannya.

Malam ini, Sasuke dan Sakura baru saja selesai menonton bioskop dan pergi ke taman kota menikmati langit malam yang sangat indah dengan cahaya bulan ditemani gemerlap bintang kali ini.

"Ah, terakhir kali kita melihat ini tak ada bintang, ya. Sekarang sudah banyak bintang," ucap Sakura dengan decak kagumnya.

"Emm... Sakura," panggil Sasuke sedikit gugup, membuat Sakura pun menoleh ke arahnya.

"Ya, Sasuke?" sahut Sakura dengan satu alis yang terangkat.

"Menurutmu, seperti apa aku?" tanya Sasuke, membuat Sakura bingung.

"Kau pria yang baik," ucap Sakura, sementara Sasuke nampak menggaruk tengkuknya.

"Maksudku hal yang lebih spesifik," ucap Sasuke, membuat Sakura semakin bingung.

"Spesifik? Kau ini bicara apa?" tanya Sakura yang benar-benar kebingungan.

"Kau tahu, Sakura, enam bulan ini aku menganggapmu sangat istimewa. Sejujurnya, aku tak pandai berkata manis, jadi aku akan bicara apa adanya saja," ucap Sasuke, sementara Sakura nampak terdiam.

"Aku menyukaimu... ah tidak, aku mencintaimu lebih tepatnya. Aku tahu kalimat itu rasanya tidak pantas keluar dari mulut seseorang sepertiku, tapi aku sungguh merasakannya bersamamu. Aku ingin menikahimu bukan karena Sakka atau apa pun itu. Aku ingin bersamamu, menghabiskan waktu seumur hidupku bersamamu. Kau mungkin memang bukan yang pertama, Sakura, tapi aku tahu kau adalah yang terakhir di hidupku," ucap Sasuke panjang lebar, membuat wajah Sakura bersemu tipis.

"Sekalipun kau menolakku, aku akan tetap menikahimu bagaimana pun caranya," lanjut Sasuke ketika Sakura baru saja hendak angkat suara.

"Memangnya siapa yang mau menolak?" tanya Sakura dengan kikikan gelinya.

"Maksudmu?!" ucap Sasuke kaget dengan perasaan was-was.

"Ayo menikah dan menghabiskan waktu bersama seumur hidup," ucap Sakura membuat Sasuke bernapas lega.

"Benarkah?" ucap Sasuke menyatukan keningnya dengan kening Sakura.

"Tentu saja, aku juga mencintaimu, pria yang arogan, menyebalkan, tidak romantis bahkan melamar den-" Sakura belum menyelesaikan kalimatnya, tapi Sasuke sudah menempelkan bibirnya dengan bibir Sakura.

Sakura sedikit terkejut, namun nampaknya ia menikmati hisapan Sasuke pada bibirnya hingga ia mulai mengalungkan tangannya pada leher Sasuke, sementara Sasuke mengelus tengkuk Sakura. Sasuke pun mulai menjelajahi mulut Sakura, mengecap segala rasa di sana, membuat keduanya terbuai dengan hangatnya ciuman itu.

Sementara itu, di balik semak, Sakka nampak sibuk mengambil foto Mama dan Papanya yang tengah berciuman dengan kameranya tanpa flash, ditemani Gaara.

"Kenapa kita harus ke sini? Tidak tahukah kau di sini banyak nyamuk!" keluh Gaara dengan suara berbisik.

"Diamlah, Paman, kita ke mari untuk mengabadikan momen yang berharga," bisik Sakka membuat Gaara berdecak kesal.

"Demi Tuhan, kenapa aku harus punya keponakan seperti dia? Aku menyesal pernah mengatakan bahwa ia sangat manis jika tahu ketika dia dewasa akan jadi iblis mesum yang mengintip orang tuanya berciuman," ucap Gaara dengan helaan napasnya.

_____ ° _____
T A M A T
21 Juni 2019

Sasuke x SakuraYourBie03__________ ° __________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasuke x Sakura
YourBie03
__________ ° __________

The Last Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang