Hari ini, Sasuke tiba di kantornya dengan aura yang berbeda, sebuah aura kebahagiaan yang terpancar meski ia tak tersenyum. Banyak orang bertanya-tanya tentang perubahan ini.
Sasuke pun memasuki ruangannya dan melihat Sakura yang tersenyum hangat kepadanya, sukses membuat hati Sasuke bergetar.
"Pagi!" sapa Sakura, membuat Sasuke mengangguk pelan lalu berjalan menuju mejanya.
"Pagi, bagaimana keadaan Sakka?" tanya Sasuke sambil duduk di kursi kebesarannya.
"Dia sangat bahagia. Dia terus bercerita berulang-ulang hingga tengah malam. Gaara yang sudah sangat kesal pun memukul kepalanya hingga Sakka pingsan," ucap Sakura dengan kikikan geli.
"Aku juga merasa sangat bahagia. Terima kasih sudah menjaganya dengan baik," ucap Sasuke dengan senyum lembut.
"Tentu, ahh ya aku belum membuat kopi untukmu," ucap Sakura buru-buru mendekati dispenser.
"Kau mau gula yang banyak atau sedikit? Aku tidak tahu kau suka yang mana, jadi aku hanya membuat kopi dengan takaran seperti saat aku membuatkan Sakka kopi," cerita Sakura sambil menuangkan kopi bubuk ke dalam gelas.
"Benarkah? Aku suka kopi buatanmu, rasanya sangat pas di lidahku," jelas Sasuke.
"Benarkah? kalian sepertinya memang punya selera yang sama," ucap Sakura sambil menambahkan sedikit gula ke dalam gelas.
"Kau berpikir begitu?" tanya Sasuke antusias.
"Yah, kalian memang punya banyak kebiasaan yang sama meskipun ada satu kebiasaan yang tidak kau lakukan," cerita Sakura sambil menuangkan air panas ke dalam gelas.
"Oh ya, apa itu?" tanya Sasuke penasaran hingga wajah Sakura memanas.
"T-tidak," ucap Sakura gugup sambil memalingkan wajahnya.
"Ayolah, katakan saja, aku sungguh penasaran!" ucap Sasuke tidak sabar sementara Sakura menunduk sambil mengaduk kopi.
"Itu m-memalukan untuk dikatakan," ucap Sakura yang kemudian meletakkan segelas kopi hangat di meja Sasuke.
"Ayolah, katakan saja," ucap Sasuke membuat Sakura menggaruk tengkuknya.
"Kau tidak pernah m-menggodaku. Bukannya aku ingin kau menggodaku, tapi yah, kau tahu, Sakka selalu menggodaku," ucap Sakura dengan gelagapan dan perasaan malunya.
"Ah, i-itu," Sasuke nampak bersemu tipis sambil memalingkan wajahnya.
"Seharusnya aku benar-benar tidak mengatakannya," ucap Sakura canggung.
"Ah, tak apa, aku yang memaksamu," ucap Sasuke membuat Sakura mengangguk kecil.
"Oh ya, ngomong-ngomong, aku berencana pergi bersama Sakka besok," ucap Sasuke berusaha mengganti topik pembicaraan.
"Oh benarkah? Itu hal bagus! Kau sungguh harus melakukannya!" ucap Sakura yang nampak senang dengan niatan Sasuke.
Sakura mengerti, Sasuke adalah orang tua Sakka dan tak ada salahnya jika Sasuke pergi bersama Sakka atau Sasuke membawa Sakka pergi dari hidupnya. Rela tidak rela, meski berat, Sakura harus tetap membiarkan Sakka pergi meskipun ia sangat menyayangi Sakka seperti putranya sendiri. Sakura benar-benar akan merasa menjadi orang jahat jika ia memisahkan ayah dan anak itu.
_____
Sasuke membuka pintu ruangannya setelah ia membeli makan siang untuk dirinya dan Sakura, namun ia melihat wajah datar Sakura tepat di depan pintu.
"Sakura, aku me-" Belum sempat Sasuke menyelesaikan kalimatnya, Sakura sudah pergi begitu saja tanpa suara.
Sasuke pun melihat sosok mantan istrinya ada di sana, tengah terduduk manis membuat darah Sasuke rasanya mendidih.
"Apa yang kau lakukan di sini, Hinata?!" bentak Sasuke mencengkram tangan Hinata, mantan istrinya.
"Akhh... Sasuke lepas!" Hinata nampak meringis lemah namun Sasuke tak menghiraukannya dengan mata yang berkilat.
"Apa yang kau inginkan?" ucap Sasuke dengan suara berat dan rahang mengeras.
"Aku ingin kembali bersamamu!" ucap Hinata hingga Sasuke menghempaskan tubuh Hinata sampai terduduk di lantai sambil meringis sakit.
"Kau ingin kembali? Jangan membuat lelucon setelah apa yang sudah terjadi!" teriak Sasuke membuat tubuh Hinata terguncang.
"Maafkan aku," ucap Hinata dengan gumaman lirih dan air mata di wajah cantiknya.
"Kau tahu, Hinata, kau sangat hina seperti namamu," ucap Sasuke sinis.
"Sekarang pergi, aku tidak ingin melihat wajahmu bahkan seujung rambutmu sekalipun!" usir Sasuke membuat Hinata mendongakkan kepalanya menatap wajah dingin Sasuke.
Perasaan Hinata kembali terguncang, ia rasanya tak tahan melihat mata yang dulu menatapnya lembut kini justru menatapnya dingin.
"Tap-" "Keluar!!!" Baru saja Hinata hendak membantah tapi Sasuke sudah angkat suara dengan intonasi yang sangat tinggi.
Hinata pun pergi dan Sasuke segera mencari Sakura. Akhirnya, ia pergi menuju atap gedung dan ketika ia berada di anak tangga, ia melihat Sakura terduduk di sana dengan tangisnya.
"Sakura!" ucap Sasuke panik sambil berjongkok di depan Sakura.
"Hikss... kenapa aku hiksss... begini!" racau Sakura sementara Sasuke mengelap air mata Sakura yang terus turun.
"Apa yang kau katakan? Kumohon berhentilah menangis! Apa yang terjadi? Apa dia mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaanmu?" tanya Sasuke panik namun Sakura hanya menggeleng pelan.
"Dia h-hanya hiksss... bilang a-akan kembali hiksss... bersama m-mu," ucap Sakura dengan isak tangisnya.
"Demi Tuhan, Sakura, itu tidak akan pernah terjadi," ucap Sasuke mencengkram bahu Sakura meyakinkan gadis itu.
"Tapi hiksss... k-kenapa aku hiksss... sedih hikss... hiks... kenapa aku hiksss... m-menangis! Ke-kenapa hiksss... rasanya s-sakit sekali, Sasuke!!" ucap Sakura sesegukan membuat Sasuke merasa bersalah.
"Maafkan aku," ucap Sasuke dengan perasaan menyesal.
"Hiksss... k-kenapa kita begini!! Kenapa aku marah? kenapa aku kesal? kenapa aku sedih? dan kenapa kau mencariku? mengkhawatirkanku!!" racau Sakura membuat Sasuke diam sejenak.
"Aku tidak tahu," jawab Sasuke sambil menundukkan kepalanya merasa tak tahu apa yang terjadi padanya.
Sakura benar. Kenapa ia mencari Sakura setelah Hinata pergi, kenapa ia merasa harus mencari Sakura, kenapa ia merasa khawatir dan kenapa hatinya terasa sakit melihat air mata Sakura terus menetes di hadapannya sementara ia tak tahu harus apa.
"Kita ini apa hikss... kita ini kenapa?" tanya Sakura dengan segala perasa bingungnya.
"Maafkan aku, aku tidak tahu, Sakura," ucap Sasuke memeluk erat tubuh Sakura membenamkan kepala Sakura pada bahu kokohnya.
Sakura memeluknya erat sambil terus terisak pilu membuat hati Sasuke semakin berdenyut sakit tetapi ia tetap mempererat pelukannya berharap dengan pelukannya Sakura akan merasa jauh lebih baik.
Hari itu, di atap gedung, dua hati yang tersakiti mencoba menemukan kedamaian dalam pelukan satu sama lain, meski dunia di sekitar mereka penuh dengan ketidakpastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
FanfictionSebuah pertemuan tidak disengaja Sakura dengan bayi yang dibuang oleh orang tuanya didekat jalanan rumahnya ternyata membawa Sakura pada takdir dan cinta terakhirnya.