Chapter 05: The Atmosphere Melts

9.2K 858 8
                                    

Sasuke memasuki ruangannya dan mendapati Sakura sudah duduk di mejanya, tampak sangat sibuk menyusul jadwal-jadwal yang harus disiapkan. Sakura, yang terlalu tenggelam dalam pekerjaannya, tampaknya tidak menyadari kehadiran Sasuke.

Sasuke duduk di kursinya dan menatap secangkir kopi hangat di atas meja, sebelum matanya melirik ke arah Sakura. Sakura mengikat rambutnya dengan tergesa-gesa, tampak sedikit kusut dan mengganggu pekerjaannya. Melihatnya seperti itu, tubuh Sasuke bergetar, perasaan aneh menjalar dari kepalanya hingga ke seluruh tubuhnya. Hari ini, Sakura tampak begitu memikat di mata Sasuke, hingga ia merasakan dorongan tak tertahan untuk mendekatinya lebih dekat.

Sasuke menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran-pikiran kotor dari benaknya dan kembali fokus pada laptopnya. Namun, meskipun ia berusaha keras, pandangannya tetap tidak bisa lepas dari Sakura.

"Yeahh... akhirnya selesai!!" Sakura berseru dengan semangat. Saat ia tanpa sengaja melihat ke arah meja Sasuke, wajahnya langsung memerah, tampak canggung.

Sakura membalikkan wajahnya sambil menggaruk pipinya, malu dengan sikapnya yang tadi. Sasuke hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku Sakura yang lucu.

Suasana di dalam ruangan itu hening untuk beberapa lama, sebelum Sakura akhirnya berdiri dan mendekati meja Sasuke.

"T-Tuan, jadwal Anda," ucap Sakura dengan nada gugup, masih terguncang oleh perasaan malunya.

"Bacakan," perintah Sasuke sambil meletakkan pulpen yang ia pegang dan mulai menatap Sakura. Tatapannya membuat Sakura merasa gugup dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

"Anda ada jadwal rapat dengan Yamanaka Inc. sebelum makan siang. Selain itu, Anda juga harus menghadiri acara perayaan ulang tahun perusahaan Nara Corp. di kediaman keluarga Nara pukul 07 malam," jelas Sakura sambil membaca jadwal Sasuke.

"Hanya itu?" tanya Sasuke, membuat Sakura mengangguk pelan.

"Apa kau ada acara setelah pulang kerja?" tanya Sasuke, yang membuat Sakura menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Eh?!" Sakura terkejut, membuat Sasuke mengangkat satu alisnya.

"Pergilah ke salon dan butik," kata Sasuke sambil meletakkan kunci mobil dan kartu kreditnya di atas meja. Sakura melongo melihat tindakan Sasuke.

"Apa?!" seru Sakura dengan ekspresi bingung yang membuat Sasuke hampir tidak bisa menahan tawanya.

"Pergilah ke salon di dekat Caffe Night. Nanti kujemput," ujar Sasuke dengan nada yang menunjukkan enggan menjelaskan lebih lanjut. Sakura segera meraih kunci mobil dan kartu kredit dari atas meja, buru-buru mengambil tasnya, lalu keluar dari ruangan Sasuke.

_____

Sasuke tiba di butik yang terletak tidak jauh dari Caffe Night ketika malam mulai menjelang. Ia bertemu dengan pemilik butik, yang menyambutnya dengan ceria.

"Halo, Sasuke!" sapa sang pemilik butik dengan mata yang mengedip, sementara Sasuke hanya berekspresi datar.

"Kau mau menjemput putriku, ya?" canda pemilik butik sambil mengajak Sasuke duduk di sofa.

"Kau tidak akan kecewa," lanjutnya, sambil menyuruh salah satu pegawainya untuk memanggil Sakura.

Sakura tiba dengan balutan gaun merah yang menawan, dengan belahan panjang dari paha hingga ke bawah, serta bagian dada yang rendah. Gaun tersebut dihiasi berlian dan perpaduan warna hitam, menambah kesan elegan dan mewah. Sakura tampak sangat cantik dengan polesan makeup tipis dan rambut yang digulung dengan gaya berantakan, memberikan kesan seksi yang menggoda.

Melihat Sakura dalam gaun tersebut, Sasuke merasakan wajahnya memanas, dan 'junior' miliknya sudah menegak penuh dari dalam 'kandangnya'.

"Bagaimana menurutmu, Sasuke?" tanya pemilik butik sambil mengangkat alis.

"Lumayan," komentar Sasuke dengan nada enggan, membuat Sakura memajukan bibirnya kesal.

Siapa yang tidak merasa kesal setelah berjam-jam melakukan perawatan di salon dan berganti pakaian hanya untuk mendapatkan komentar 'lumayan'? Sakura merasa ingin sekali meluapkan kemarahannya pada Sasuke, namun rasa takut membuatnya urung melakukannya.

"Sakura, ayo," ajak Sasuke, membuat Sakura buru-buru mengikuti ke luar dari butik itu. Langit sudah gelap saat Sakura keluar.

"Naik," kata Sasuke sambil membukakan pintu mobil yang berbeda dari mobil yang sebelumnya Sakura bawa. Sakura terkejut dan ingin berprotes, namun Sasuke sudah mulai kesal.

"Bisakah kau berhenti protes? Kau membuang-buang waktuku," kata Sasuke ketus, membuat Sakura buru-buru masuk ke dalam mobil.

_____

Sesampainya di kediaman Nara yang sudah ramai dengan para tamu undangan, Sasuke merapatkan jasnya. Sesekali ia melirik Sakura yang tampak sangat tenang, seolah sudah terbiasa berada di acara seperti ini.

Mereka mulai berbaur dengan para tamu, dan Sasuke terlibat percakapan dengan beberapa rekan kerjanya. Sakura, yang berdiri di sampingnya, merasa bosan dan mulai menguap.

"Sakura?" panggil seseorang dari sebelah kanan mereka. Sasuke dan Sakura menoleh bersamaan.

Sasuke mengerutkan kening saat melihat salah satu sahabat lama kakaknya, Akasuna Sasori.

"Ah, Sasori?" sapa Sakura dengan senyum ramah. Sasuke penasaran dengan hubungan mereka.

"Yo, Sasuke!! Tunggu, kalian datang bersamaan?" tanya Sasori dengan kerutan di dahinya.

"Hn," sahut Sasuke dengan nada malas, enggan meladeni Sasori.

"Wah, kau nampaknya semakin ahli, Sakura!" puji Sasori sambil mengepalkan matanya.

"Ck, kau ini!" Sakura berdecak kesal sambil menyikut lengan Sasori, yang membuat pria itu terkekeh pelan.

Sasuke memutar bola matanya dan menarik tangan Sakura, membawa gadis itu menjauh dari keramaian dan tentunya dari Sasori. Sakura hanya diam saja dengan ekspresi bingung.

Ketika mereka sampai di halaman belakang kediaman Nara, yang memiliki kolam renang besar, Sasuke berhenti.

"Kau sering ke sini?" tanya Sakura, heran melihat Sasuke yang tampak sangat familiar dengan rumah besar itu.

Sasuke hanya diam sambil melepaskan sepatu dan kaos kakinya, lalu mengangkat celananya dan duduk di pinggir kolam, mencelupkan kakinya ke dalam air.

"Duduklah," kata Sasuke, membuat Sakura mengerutkan kening namun akhirnya ia mengikuti perintahnya.

Sakura melepaskan heelsnya dan duduk di samping Sasuke, mencelupkan kakinya ke dalam air. Suasana menjadi hening, dengan Sasuke yang menatap bulan yang bersinar terang tanpa bintang di langit.

Sakura menatap wajah Sasuke yang tampak bersinar oleh cahaya bulan, dan ia merasa Sasuke terlihat sangat menawan.

"Itachi menceritakan banyak hal tentangmu," kata Sasuke memecahkan keheningan.

"Ah, dia pernah menjadi atasan ku sebelum pindah ke luar negeri," jawab Sakura sedikit canggung.

"Dia bilang kau punya anak," lanjut Sasuke, membuat Sakura antusias.

"Ya, aku punya anak laki-laki. Sekarang dia sudah besar sekali. Rasanya dulu aku masih menggendongnya, tapi sekarang dia sudah bisa menggendongku," cerita Sakura, lalu menutup mulutnya dengan tangan, merutuki dirinya yang telah membagikan informasi pribadi kepada atasannya.

Sasuke tersenyum kecil, membuat Sakura terperangah dengan pesona tampannya.

"Seandainya aku bisa bersama anakku," kata Sasuke dengan wajah yang menunjukkan luka mendalam.

Sakura terdiam, dan Sasuke mulai bercerita tentang kisah hidupnya. Cerita itu membuat hati Sakura terasa teriris.

"Aku yakin anakmu baik-baik saja," kata Sakura dengan penuh kepedulian, menyentuh bahu Sasuke.

"Terima kasih," ucap Sasuke dengan senyum lembut, menatap Sakura dan menyentuh tangan Sakura di bahunya.

Sakura tersenyum kembali, lalu menganggukkan kepalanya. Mereka saling berpandangan di bawah sinar bulan, merasakan kedekatan yang mendalam di malam yang tenang itu.

The Last Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang