Hari ini terasa sangat berbeda bagi Sakura dan Sakka. Sakura yang kini telah diangkat sebagai sekretaris baru di Uchiha Corp, mendapatkan kesempatan baru di kantor pusat setelah sebelumnya bekerja di kantor cabang. Sakka, yang selalu setia mendampingi ibunya, mengantar Sakura ke tempat kerja barunya dengan penuh semangat. Mobil sport hitamnya melaju lancar menuju gedung bertuliskan 'Uchiha Corp.'
"Kenapa kau dipindahkan, Mama? Apa kau melakukan kesalahan di kantor lamamu?" Tanya Sakka dengan rasa ingin tahu, sambil memfokuskan perhatian pada jalan.
Sakura tersenyum lembut menatap putranya. "Tidak, justru karena Mama bekerja dengan baik. Mama dipindahkan ke kantor pusat karena pencapaian yang Mama raih. Perusahaan tempat Mama bekerja sebelumnya adalah kantor cabang."
Sakka mengangguk pelan, menyadari betapa suksesnya ibunya dan bagaimana itu akan mempengaruhi kehidupan mereka.
"Ini dia, Uchiha Corp. Kita sudah sampai, Mama," ucap Sakka, menghentikan mobil di depan gedung megah bertuliskan nama perusahaan.
Sakura tersenyum, berterima kasih kepada Sakka. "Terima kasih sayang. Mama pergi ya."
Ia mencium pipi Sakka sejenak, meninggalkan kesan kasih sayang yang mendalam. "Hati-hati, Mam!" balas Sakka dengan senyum cerah, menularkan keceriaannya pada Sakura.
Setelah Sakura turun dari mobil dan membenarkan roknya yang sedikit kusut, ia melangkah dengan penuh keyakinan menuju pintu gedung. Namun, di tengah jalan, high heels-nya tiba-tiba tersangkut dan hampir membuatnya terjatuh. Beruntung, ada sosok Sasuke yang secara refleks memeluk pinggangnya, menahan tubuh Sakura agar tidak jatuh.
Sakura terkejut dan mencengkeram dasi Sasuke dengan kuat, hampir merasakan deru napas Sasuke yang hangat di dekat wajahnya. Tatapan mata Sasuke yang onyx hitam kelam mirip dengan mata Sakka, meski berbeda—mata Sakka selalu memancarkan kehangatan, sedangkan mata Sasuke terasa dingin dan penuh rahasia.
Sasuke, dengan tatapan dingin dan aura yang menakutkan, tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Sakura. Mereka berdua terdiam sejenak dalam kedekatan yang tidak nyaman. Tiba-tiba, suara klakson mobil mengganggu keheningan, membuat mereka kembali ke kenyataan.
Sakura cepat-cepat berdiri dan merapikan baju, mencoba mengabaikan tatapan tajam Sasuke. Ia memiringkan kepalanya, mengamati sosok Sasuke yang begitu mirip dengan putranya namun jauh lebih tinggi dan memiliki ekspresi yang dingin. Sasuke, di sisi lain, tetap berdiri dengan ketidakpedulian, seolah kejadian ini hanyalah gangguan kecil.
"Ahh... iya, maaf," ucap Sakura, baru tersadar dari lamunannya.
"Hn," sahut Sasuke dengan suara dingin, membuat Sakura merasa tertekan.
"Errr... maaf dasimu, biar ku perbaiki," kata Sakura sambil mencoba menyentuh dasi Sasuke, namun Sasuke menepis tangannya dengan kasar.
"Jangan sentuh," ucap Sasuke dengan suara datar dan dingin, membuat Sakura merasa sedikit tertekan.
Sakura merasa tertegun sejenak oleh sikap Sasuke yang dingin dan buru-buru masuk ke gedung, mencari sahabat lamanya, Naruto, yang merekomendasikan kepindahannya.
"Syukurlah kau sampai pagi sekali. Ayo ikut aku," ucap Naruto, dengan cepat mengandeng tangan Sakura dan membawanya ke ruangan CEO.
Keduanya masuk ke ruangan yang luas dan modern, dan Sakura sangat terkejut melihat Sasuke duduk di meja CEO, tatapannya masih tajam dan dingin seperti sebelumnya.
"Sasuke, ini Sakura, sekretarismu yang baru," perkenalan Naruto dengan nada santai. Sasuke hanya menggumamkan suara datar tanpa menanggapi secara aktif.
"Maafkan Sasuke, ya Sakura. Dia memang seperti ini. Nah, itu meja kamu!" ucap Naruto sambil menunjuk meja kosong di sudut ruangan.
Sakura menelan ludahnya dengan rasa cemas, bertanya-tanya bagaimana ia bisa bertahan bekerja satu ruangan dengan pria yang aura-nya begitu menakutkan.
"Sampai jumpa," ucap Naruto, sebelum pergi meninggalkan Sakura bersama Sasuke.
Sakura duduk dengan kikuk di mejanya, merasa canggung dengan situasi yang baru pertama kali ia hadapi. Sasuke memecahkan keheningan dengan perintah singkat. "Minum!"
Sakura terlonjak kaget mendengar suara Sasuke yang dingin, cepat-cepat menuju dispenser untuk mengambil segelas kopi. Dalam hatinya, Sakura merasa sangat tertekan. "Oh Tuhan, suaranya membuatku takut. Aku benar-benar bisa mati muda jika begini!" batinnya histeris.
Dengan tangan gemetar, Sakura meletakkan segelas kopi di meja Sasuke, dan menyadari kemeja serta dasi Sasuke yang kusut akibat kejadian sebelumnya. "Berhentilah menatap tubuhku," kata Sasuke dengan ketus, tatapan tajamnya membuat Sakura merasa semakin tidak nyaman.
"Kau sama saja dengan wanita lain," lanjut Sasuke dengan senyum miring yang membuat Sakura merasa wajahnya memerah.
"Apa maksudmu?" tanya Sakura, merasa bingung dan kesal dengan tuduhan Sasuke.
Sasuke melanjutkan, "Kau sangat mesum ketika melihat tubuh seorang pria—"
PLAKKK!
Sakura menampar pipi Sasuke dengan keras sebelum Sasuke menyelesaikan kalimatnya, menyebabkan sudut bibir Sasuke terluka.
"Apa kau hidup dengan sangat sombong, Tuan? Aku hanya melihat kemeja dan dasimu yang kusut karena aku menariknya tadi. Itu membuatku merasa sangat bersalah. Aku bahkan tidak pernah berpikir seperti itu seumur hidupku! Tapi kau justru menuduhku yang tidak-tidak dan mengatakan bahwa aku sama seperti wanita lain?!" Sakura berkata dengan nada marah namun penuh emosi.
Sasuke, terkejut dan merasa tertampar oleh kata-kata Sakura, hanya bisa berdiri diam dengan rasa sakit di sudut bibirnya. "Kau benar-benar wanita munafik, aku tahu wanita seperti apa kau! Dasar ular," ucap Sasuke dengan nada tajam, meskipun rasa sakit di bibirnya mulai terasa.
Sakura merasa sakit hati atas hinaan tersebut, setetes air mata mengalir di pipinya. Melihat air mata Sakura membuat Sasuke merasa bersalah dan hatinya terasa perih. "Aku tidak peduli siapa dirimu, aku tidak mau di sini," kata Sakura, dengan cepat mengambil tasnya dan hendak membuka pintu.
Namun, sebelum Sakura bisa membuka pintu, Sasuke menahan tangannya. "Maaf," gumam Sasuke, menundukkan kepalanya dengan rasa menyesal.
"Seharusnya saya yang minta maaf karena sudah melihat Anda seperti tadi, Tuan," ucap Sakura, mencoba menarik tangannya namun Sasuke mencengkramnya cukup kuat.
"Aku bilang maaf!" Sasuke kembali meminta maaf dengan suara dingin.
"Apa kau tidak bisa meminta maaf dengan benar?!" bentak Sakura, merasa marah dan frustrasi.
"Kau pikir siapa dirimu hah?! Aku bahkan tidak pernah mengucapkan kata itu seumur hidupku, tapi kau malah bersikap seperti itu?!" ucap Sasuke dengan kesal, sambil merasakan rasa sakit dari luka di sudut bibirnya.
Sakura menghela napas, lalu mengeluarkan kapas dan obat merah dari dalam tasnya. Dengan lembut, ia menuangkan obat merah pada kapas dan menempelkannya pada sudut bibir Sasuke. "Aku mau mengobatimu. Maafkan aku, seharusnya aku tidak menamparmu," ucap Sakura, membuat Sasuke melepaskan genggaman tangannya.
Sakura dengan hati-hati menempelkan kapas itu pada luka Sasuke, dan melihat tatapan kekhawatiran di mata Sakura membuat rasa sakit Sasuke seolah menghilang. Dia mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa dalam dirinya saat melihat kelembutan dan perhatian Sakura.
![](https://img.wattpad.com/cover/191235107-288-k796857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Love
FanfictionSebuah pertemuan tidak disengaja Sakura dengan bayi yang dibuang oleh orang tuanya didekat jalanan rumahnya ternyata membawa Sakura pada takdir dan cinta terakhirnya.