Chapter 06: Connect with Destiny

9.2K 821 50
                                    

Sakka membuka pintu besar rumahnya dan langsung memasuki rumah, lalu membaringkan tubuhnya di sofa depan televisi, membuat Gaara yang sedang menonton sedikit terkejut.

Gaara berdecak kesal, lalu melirik ke arah Sakka yang tampak sangat kelelahan.

"Apa Mama sudah pulang?" tanyanya sambil merebut remot televisi dari tangan Gaara.

"Hei!!" protes Gaara yang tidak terima Sakka mengambil remotnya.

"Apa Mama sudah pulang?" ulang Sakka sambil mengganti channel televisi menjadi acara kartun.

"Ck, kau ini sudah besar masih saja menonton film makhluk khayalan seperti ini," ucap Gaara dengan decakan kesal.

"Ok, baiklah. Karena aku sudah besar, jadi kita akan menonton bokep," ucap Sakka membuat Gaara memelototinya.

"Jangan melakukan hal yang aneh-aneh bocah, Mama mu bisa memenggal kepalaku," ucap Gaara merebut remot televisi dari tangan Sakka.

"Bukankah film orang yang sudah besar atau dewasa itu bokep? Aku benar kan, Paman?" celetuk Sakka membuat Gaara memukul kepalanya dengan remot.

"Iya iya terserah kau saja," sahut Gaara malas sambil mengganti channel televisi ke acara berita.

"Kalau begitu ayo kita menonton bokep bersama!" ucap Sakka dengan penuh semangat membuat Gaara menatapnya tajam.

"Tidak jadi," ucap Sakka kikuk ketika pamannya itu sudah memberikan tatapan tajamnya.

"Paman, apa Mama sudah pulang?" tanya Sakka lagi membuat Gaara menghela napas.

"Belum," sahut Gaara malas membuat Sakka segera menegakkan tubuhnya.

"Apa?!!" pekik Sakka yang langsung mengeluarkan ponselnya dan berusaha menghubungi Sakura.

"Jangan berlebihan bocah, mungkin saja ia sedang berkencan dengan kekasihnya," sahut Gaara malas sementara Sakka tampak khawatir.

"Masalahnya adalah ketika aku pergi ke kantor Mama untuk menjemputnya, karyawan di sana mengatakan bahwa Mama sudah pergi sejak pagi!" ucap Sakka sementara Gaara tampak biasa-biasa saja.

"Mama mu itu sudah besar, Haruno Sakka. Apa yang kau pikirkan?" ucap Gaara sambil memakan cemilan di atas meja.

"Arhggg!!! Paman diamlah, kau tidak membantu ku sama sekali!" ucap Sakka dengan kesal sambil tetap menghubungi ponsel Sakura.

"Aku akan mencari Mama," ucap Sakka beranjak dari duduknya membuat Gaara meliriknya malas.

Sakka pun buru-buru membuka pintu keluar namun ia langsung melihat sang Mama ada di sana bersama Sasuke.

"Astaga, Mama! Sakka khawatir sekali," ucap Sakka dengan lega memeluk tubuh mungil sang Mama.

"Mama baik-baik saja, tidak perlu berlebihan seperti itu," ucap Sakura melepaskan pelukan Sakka.

"Heh?! Kembaranku?!" pekik Sakka dengan kagetnya ketika ia melihat Sasuke ada di sana.

"Kalian saling mengenal?" tanya Sakura dengan tanda tanya besar di benaknya.

"Tentu saja, Mah!! Dia itu kembaranku. Ahh, sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bertemu lagi ya, Tuan!" ucap Sakka antusias.

"Aku juga berpikir seperti itu," sahut Sasuke kalem.

"Ahh begitu ya, Sakka ini atasan Mama dan Sasuke ini putra saya, Sakka," jelas Sakura dengan menyebut nama Sasuke tanpa formalitas sesuai permintaan pria itu di mobil tadi.

"Aa Uchiha Sasuke, senang bertemu denganmu lagi," ucap Sasuke menjabat tangan Sakka.

"Ah iya, kita belum berkenalan, Haruno Sakka. Senang bertemu anda juga," ucap Sakka yang kemudian melepaskan jabatan tangan Sasuke.

"Ayo masuk, Tuan!" ajak Sakka sambil membuka pintu rumahnya lebar-lebar.

"Tidak usah," tolak Sasuke halus, namun nampaknya Sakka tetap ingin Sasuke berkunjung ke rumahnya.

"Ayolah, Tuan!" bujuk Sakka dengan wajah memelasnya.

"Sakka ja-" "Baiklah," Sasuke memotong ucapan Sakura yang baru saja ingin meminta Sakka agar tidak memaksakan kehendaknya.

"Ayo masuk, Tuan!" ucap Sakka dengan gaya santainya merangkul pundak Sasuke, membawa pria itu ke dalam rumah mewahnya.

Sakura menepuk jidatnya sendiri melihat sikap Sakka yang benar-benar tidak ada sopan santunnya.

Mereka pun tiba di ruangan tepat di mana Gaara dan Sakka tadi menonton televisi, dengan Gaara yang baru saja mematikan televisi hendak pergi tidur.

"Apa dia suamimu, Sakura?" tanya Sasuke sambil menunjuk Gaara sementara Gaara hanya berekspresi malas.

"Suami? Hahaha si merah itu pamanku, Tuan. Mama tidak mungkin menikah dengan makhluk jadian-jadian seperti dia," ucap Sakka dengan kurang ajarnya membuat Gaara dan Sakura memelototinya, sementara Sasuke tampak tersenyum kecil.

"Aa Haruno Gaara, adik Sakura dan pamam setan yang bersama mu itu," ucap Gaara menjabat tangan Sasuke.

"Uchiha Sasuke," ucap Sasuke membuat Gaara mengerutkan keningnya.

"Uchiha?" ucap Gaara mengulangi nama marga Sasuke dengan keterkejutannya.

"Ck, apa kau sudah tuli, Paman? Sudahlah, sebaiknya kau menyingkir dari alam ini. Kehadiranmu sangat mengganggu," usir Sakka sambil mendorong tubuh Gaara menjauh.

"Silahkan duduk, Sasuke. Maafkan putraku, dia ya errr sedikit kurang ajar," ucap Sakura kikuk mempersilahkan Sasuke untuk duduk.

"Tak apa, aku juga seperti itu saat remaja," sahut Sasuke mendudukan dirinya di sofa.

"Benarkah?!" pekik Sakura tidak percaya, sementara Sasuke hanya tersenyum tipis.

"Aku akan mengambilkan minum untuk kalian berdua," ucap Sakka sambil tersenyum aneh lalu pergi meninggalkan keduanya.

"Kurasa putramu benar-benar mengingatkanku dengan masa lalu," ucap Sasuke dengan kekehan pelannya membuat wajah Sakura rasanya memanas.

"Begitu kah?" ucap Sakura sambil menggaruk pipinya.

"Ah ya, ngomong-ngomong, apa kau tahu di mana errr... mantan istrimu? Yah kau tahu maksudku, bukan?" ucap Sakura sedikit kebingungan.

"Aa ya, dia di apartemen dengan harga rendah di distrik empat. Ia bilang meletakkannya di semak-semak. Aku sudah pergi ke kantor polisi dekat sana dan polisi bilang memang dulu ada seorang perempuan hendak melaporkan bayi yang dibuang tapi ia tiba-tiba mengurungkan niatnya lalu pergi," cerita Sasuke panjang lebar.

"T-tidak mungkin," Sakura tampak terkejut sambil menutup mulutnya sendiri.

"Sakura, ada apa?" tanya Sasuke panik melihat Sakura yang begitu terkejut bahkan terguncang.

"Sakka putramu!! Aku menemukan bayi itu!" ucap Sakura membuat jantung Sasuke rasanya berhenti berdetak.

PRANGGGG...

Sakka menjatuhkan nampan yang ia pegang, membuat Sasuke dan Sakura menoleh ke arahnya. Sakka tampak syok dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

"Papa!!" Sakka berteriak kencang lalu memeluk tubuh Sasuke sekuat-kuatnya.

"P-putraku!" Sasuke nampak tergagap mengucapkan kata itu.

Tubuh keduanya terguncang hebat diiringi isak tangis haru, membuat hati Sakura ikut bergetar hingga gadis itu ikut menangis.

"Papa kemana saja!!" ucap Sakka memberikan sebuah pernyataan atau pertanyaan yang bersifat menuntut.

"Maaf, maaf, maaf," Sasuke terus mengumamkan kata itu berulang kali sambil mencengkeram erat punggung Sakka.

Yah, setidaknya malam itu menjadi malam yang sangat berharga. Malam di mana keduanya dipertemukan kembali oleh takdir dengan kejelasan tentang kenapa keduanya begitu mirip.

The Last Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang