XII

4 1 0
                                    

"Apa yang kamu lakukan seharian tanpaku?" Tanya Jeffyin. Aku menghabiskan waktu di perpustakaan hingga sore, menyelesaikan semua materi untuk ujian besok, dan Jeffyin sudah mencariku kemana-mana. Sayangnya ponselku dalam mode silent karena ujian, jadi tidak melihat jutaan panggilan masuk dari Jeffyin.

"Aku belajar di perpustakaan Jeffyin." Jelasku padanya.

Aku sedang berada di kamar Jeffyin, setelah melihat panggilan masuk dari Jeffyin aku segera mencarinya ke kamarnya, untung saja dia ada.

"Kenapa tidak mengabariku?" Jeffyin benar-benar tidak menatapku, dia sibuk dengan playstationnya.

"Aku tidak memegang ponselku."

Aku mencoba untuk tidak terlalu memperdulikan gelagat marahnya itu, aku masuk ke ruang khusus pakaian Jeffyin, mencari kaos basketnya dan segera mengganti pakaianku."Apa ada yang bisa dimakan? Aku belum memakan apapun selain permen tadi pagi." Ucapku sambil berpura-pura mengacak isi lemari pendinginnya.

Dapat dengan jelas aku mendengar suara playstation berhenti. Aku menang. Aku menganbil kaleng bir lalu menutup kembali lemari pendingin ini, Jeffyin sedang melakukan sesuatu di ponselnya. Aku berjalan menuju stick playstationnya lalu melanjutkan permainannya, tidak terlalu paham, Jeffyin sedang bermain sesuatu seperti tembak-tembakkan tapi aku tidak melihat musuhnya, gelap sekali.

"Bisakah kamu memberitahuku cara memainkan ini." Tanyaku pada Jeffyin yang sedang bersandar di dinding.

"Kamu tidak meminum bir."

"Tidak, aku meminumnya, kamu saja yang tidak tahu." Jawabku sambil terus saja bermain game.

Jeffyin benar, aku tidak meminum bir, tapi sejak El mengajaku ke club, aku sudah bisa sedikit membiasakan lidahku dengannya. "Sampai kapan kamu berencana berdiri disana?"

"Apa kamu tahu, aku sangat tidak suka sikapmu ini."

"Lebih tepatnya pada bagian yang mana?"

"Pada bagian aku berbicara tapi kamu tidak memperhatikan."

Aku menghentikan game di hadapanku, "Aku juga tidak suka, jika kamu berbicara padaku tapi matamu tertuju pada game bodoh ini."

Jeffyin menghela nafasnya, "Maaf,"

"Aku butuh pembuktian jika kamu benar-benar menyesal."

"Bagaimana?"

Aku kembali melanjutkan game, "Sebuah pelukan." Ucapku.

Aku melihat Jeffyin mengalah dan berjalan menghampiriku, aku merasakan sebuah pelukan yang begitu erat di tubuhku. "Apa ini cukup?"

"Cukup, sekarang lanjutkan gamenya, aku tidak mengerti." Jeffyin mengambil alih stick di tanganku dan melanjutkan permainannya.

Aku duduk diam dalam pelukan Jeffyin, memperhatikannya membunuh satu persatu zombie. "Aku lapar, Jeffyin."

"Tunggu sebentar lagi, aku memesan steik untukmu."

Kami berdua larut terlalu dalam dengan permainan bunuh membunuh ini.

Sincerely, Rain

"Mau sampai kapan kamu tidur, Jeffyin."

Aku dan Jeffyin sedang sarapan di cafetaria sebelum ujian di mulai. "Jangan salahkan aku, kamu yang mengajak bermain hingga tengah malam."

"Aku butuh refreshing, jadi tolong mengertilah."

"Ya, aku mengerti, jadi biarkan aku tidur sebentar saja sebelum ujian di mulai." Aku mengelus pelan puncak kepalanya, seakan itu bisa mempercepatnya tertidur.

sincerely, RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang