Part 24 - A Bastard Prince

26.6K 2K 131
                                    

ATTENTION!
Cerita ini adalah draft pertama
Jadi typo dan teman-temannya pasti ada ya, gaess!
Pertama kali dipublish pada Juni 2019 dan di republish pada April 2021
****

Vote dan komen, okeeh 😍
***

Amandha POV

Sesampainya di dalam kamar, Daniel langsung menarik tubuhku.  Memeluknya erat lalu melumat bibirku tanpa ampun. Beberapa kali diriku mencoba membuang wajahku. Mencoba melepas bibir kami yang bersatu. Namun sia-sia. Daniel segera mengkaitkan bibir kami kembali dengan begitu cepat. Membuatku gelagapan dengan sikap beringasnya.

"Aah.. lepash!" Rintihku. Berusaha mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Walau ya, hal itu tidak berarti sama sekali untuknya.

Otakku berputar, berusaha mencari cara agar pria ini menghentikan dirinya yang begitu menggila di memperlakukan diriku. Hingga, pemikiran itu datang.

"Aahh, perutkuh... ." Pekikku, saat berhasil lepas dari lumatan bibirnya. Daniel segera menghentikan aksinya. Menatapku tegang. Dahinya mengernyit. Tubuhnya terlihat membatu begitu saja.

"Kenapa perutmu?" Tanyanya dengan nada khawatir.

"Sakit... ." Ujarku. Sambil tetap memeluk perutku. Aku pun berpura-pura sendu dan sedikit terisak.

"Jangan main-main, Amandha." Daniel menatapku dengan kedua matanya yang memicing.

Aku menggeleng

"Buat apa aku main-main. Ini benar sangat sakit." Isakku lagi. Daniel mengusap wajahnya kasar lalu menghela nafasnya panjang.

Setelahnya pria itu menatapku lagi sesaat, lalu tanpa basa-basi dirinya mengangkat tubuhku seperti seorang puteri yang diselamatkan oleh pangeran berkuda putih. Membuatku hampir saja memekik karena begitu terkejut dengan tindakannya.

Sayangnya Daniel bukanlah seorang pangeran, namun Raja monster yang menjelma menjadi kesatria rupawan untuk menghukum dan menjebak seorang puteri sombong seperti diriku.

Dan ya, aku terjebak bersamanya.

Dengan beberapa langkah lebar, Daniel membawaku ke arah ranjang. Merebahkan tubuhku di atas ranjang dengan begitu lembut. Seakan diriku adalah sebuah porselein yang akan retak jika sedikit saja diperlakukan kasar. Sungguh, hal ini membuatku merinding karena ngeri.

Ada apa dengan pria ini?

"Apa perlu aku panggilkan dokter?" Tanyanya lembut. Satu tangannya diletakkan diperutku. Seakan juga ingin memastikan bahwa janin yang ada dalam kandunganku baik-baik saja.

Dengan cepat aku menggeleng.

"Tidak, tidak! Tidak perlu." Jawabku. "Tolong ambilkan saja vitaminku di dalam tas. Aku belum meminumnya hari ini." Ucapku, beralasan.

"Ya ampun, Amandha!" Decaknya kesal. "Lihat, kamu terlalu bersemangat untuk pergi bersama desainer sialan itu hingga dirimu lupa untuk meminum vitaminmu. Ceroboh sekali kamu, Amandha!" Omelnya panjang lebar.

Namun begitu, walau sembari mengomel, Daniel tetap melangkahkan kakinya ke arah dimana tasku kuletakkan. Tangannya mencari- cari botol vitamin yang kumaksud.

"Aku tak akan memaafkan dirimu jika sesuatu terjadi dengan anak yang ada dalam kandunganmu itu, mengerti?!" Ancamnya. Menatap diriku tajam sembari melangkahkan kakinya lagi berbalik ke arahku. Botol vitamin yang kumaksud ada di genggamannya.

Kuputar kedua bola mataku, menatapnya malas kala Dani tetap menatapku tajam.

"Sudah selesai marah-marahnya?" Tanyaku kesal.

Cinta Tanpa Rencana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang