Part 16 - Up and Down

26.4K 2K 117
                                    

Pertama kali di Publish pada 25 Mei 2019 dan direpublish kembali pada 14 Maret 2021

==================

Amandha Daniel come baacckk
Vote jangan lupa 😍😝
***

But if you give me just one night
You're gonna see me in a new light
If you give me just one night
To meet you underneath the moonlight
I want a take two
I want to break through
I wanna know the real thing about you
So I can see you in a new light
~ John Mayer - New Light ~
***


Amandha POV

Sial!

Kenapa harus bertemu dengan wanita tua ini disini sih? Sesalku. Apalagi kami bertemu dengan dirinya yang sedang bersenda gurau dengan keluarga barunya?

Iya, keluarga barunya.

Mereka terlihat begitu bahagia. Ada Ayah, Ibu dan seorang anak. Sempurna bukan? Bukan sepertiku yang dibuang.

Sakit!

Hatiku sakit.

"Maaf, tapi sepertinya anda salah orang, nyonya." Ucapku sinis pada wanita paruh baya yang mengatakan dirinya adalah ibuku.

"Amandha, ini Mama, nak."

"Maaf, saya tidak punya orang tua sejak saya dilahirkan." Balasku ketus.

"Amandha." Seru Margareth terkejut.

"Daniel aku mau keluar dari sini. Nafsu makanku hilang." Rengekku pada Daniel yang masih terpaku di tempat duduknya.

"Hmm?" Sambil menggugam, satu alisnya naik menatapku penuh selidik. Kupicingkan kedua mataku dan akhirnya pria itu bangkit dari duduknya setelah menghela nafas.

"Baiklah." Sahutnya sambil menepuk punggung tanganku yang memeluk lengannya erat. Daniel lalu menatap Margareth.

"I'm sorry Mrs. Morgan. Sepertinya istri saya sedang kurang enak badan. Maaf sekali lagi." Ucapnya sopan pada Margareth membuatku berdecak kesal.

Buat apa sih pria ini sopan kepada wanita yang bahkan tak dikenalnya.

"Istrimu? Jadi, Amandha benar sudah menikah?" Wajah Margareth berubah kaget dan hal itu semakin membuatku muak.

Helloow, bukankan ibu mertuaku sudah menghubunginya waktu itu untuk menghadiri pernikahanku? Salah sendiri kenapa tidak mau hadir.

Daniel mengiyakan dan mengangguk membalas pertanyaannya.

"Iya, dan sedang hamil. Karena itu mungkin moodnya tidak stabil." Jelasnya.

Ah, sungguh aku tidak sabar lagi.

"Daniel, ayookk... ." Rengekku lagi. Menarik lengannya yang kupeluk.

"Alright, alright, Amandha.. wait!" Serunya.

"Kamu masih mau ngobrol disini?" Kedua mataku memicing. "Kalau begitu, aku pergi duluan!" Ancamku sembari melepas pelukan tanganku.

"Baby, calm down." Suaranya mulai melembut. Cih, sepertinya pria ini memulai aktingnya. "Kamu jangan marah-marah begitu, nanti anak kita stress, sayang." Ucapnya lagi. Satu tangannya diletakan di perutku, satu lagi mengelus lembut kepalaku.

Semu memang, hanya akting. Namun cukup meredam rasa kesalku yang sedang membumbung.

"Ini kartu namaku." Margareth memberikan sebuah kartu nama kepadaku namun tentu saja tak ku ambil. Kedua mataku hanya meliriknya sekilas lalu membuang tatapanku.

Cinta Tanpa Rencana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang