Bau petrikor mulai merasuki diriku, dan aku berdiri di luar gerbang tua dibawah atap yang hanya mampu menampung aku dan dia dibawah lebat nya air yang sedang menangisAku mengadah, menangkap semua perasaan dan teriakan yang dibawa air jatuh. Dan dia menatap ku dalam balutan kain yang menutupi wajah nya.
Begitu istimewa nya perasaan yang ada saat itu, hingga mampu membawa ku tertawa bersama kupu kupu. Dia bukan seorang yang penuh akan bakat, tetapi dia penuh akan daya tarik nya.
Mencoba meraih nya dalam kedinginan yang merasuk tulang ku, aku mencoba nya selalu melakukan nya dan selalu saja gagal. Karna aku tak pernah berani menggapai tangan nya.
Redup nya lampu yang kuning membawa suasana aneh dalam diriku, mengapa bisa aku jatuh terlalu lama dalam dirinya? Saat aku bahkan terlalu sulit untuk jatuh dalam pesona.
Saat itu, hanya ada aku dan dia dibawah atap didepan gerbang tua. Dalam aku coba merasakan perasaan yang sedang menguasai diriku dalam beberapa tahun ini.
Sejenak dia menghilang, ditelan waktu yang melarang aku dengan dirinya dekat. Waktu menumbuhkan jarak yang sangat tak tergapai oleh ku dan sekarang aku mulai menyalahkan waktu.
Dan jarak membuat rindu ini menyiksa diriku sendiri. Kembali aku kunjungi gerbang tua itu dan satu hal yang aku lihat lampu di sana tak padam sekalipun seperti menyimpan memori aku dan dia dalam kuning redup nya.
Mungkin, Rasa ini masih tak padam seperti lampu kuning redup itu.
Dibawah hujan, Juni 2019
Hsfa

KAMU SEDANG MEMBACA
Koran
Romancemengapa aku memberi nama "koran"? karna sebagian sajak yang akan aku tulis merupakan lembaran lama yang terus menghantui, membuat kota hati menjadi warna Monokrom dan membosankan. kenapa membosankan? karna hanya sedikit yang minat untuk membaca...