KANTIN. Tempat dimana semua murid SMA Merah Putih termasuk gadis cantik berkulit putih dengan ketiga temannya untuk mengisi perutnya yang mulai kosong akibat berfikir terlalu keras tentang rumus kehidupan yang terlampau sadis.
Mereka berempat baru saja menyelesaikan pelajaran fisika yang di bimbing oleh Bu Deti. Kini Milka dan ketiga temannya yaitu Raina, Aqilla, dan kaniya sedang membereskan buku dan memasukannya kedalam tas. Rasya dan Aqilla pergi ke kantin untuk membeli makanan sedangkan kaniya dan Raina berdiam di kelas.
Milka dan Aqilla melangkah keluar kelas dan berjalan lurus menuju jembatan shirothol mustaqim, ups! berjalan menuju arah kantin maksudnya. Mereka menuruni setiap anak tangga dengan perlahan.
Tidak perlu waktu lama kini mereka tengah memesan beberapa makan yang akan mereka bawa ke kelas, memang sudah biasa mereka makan di dalam kelas dengan alasan 'males nyari tempat duduk'. Bukannya males nyari tempat duduk, emang kagak ada tempat duduk di kantinnya.
"Bi sul baso nya empat pedes semua, yang satu gak pake bawang goreng, yang satu kuah nya dikit aja, yang satu gak pake kecap yang satu lagi komplit. oh iya minumnya es jeruk empat banyakin es sama airnya ya bi." Cecar Milka. Bye the way nama ibu si pemilik warung itu sulastri, jadi di panggilnya bi sul.
"Buset dah lo pesen makan atau ngerap sih, cepet amat ngomongnya." Celetuk salah satu siswa dengan gaya so cool nya.
Milka menatap lawan bicaranya ini dengan intens. "Maaf gue gak kenal sama Lo." Ujarnya dengan nada bercanda.
"Lo makin jutek makin cantik ya Mil" Milka tersentak sesaat, pipinya terasa panas, dahinya mengernyit.
Belum sempat menjawab perkataannya cowok bernama Gama itu kembali berujar "Tapi boong!"
"Pipi Lo noh merah banget, awas baper!" Ujarnya sedikit berbisik.
Milka menarik nafas lalu tersenyum kearahnya dan membalas kata katanya "Hahaha NAJIS!" Ucapnya dengan nada tawa yang terpaksa lalu ia memasang wajah datar.
"Udah! lu berdua berantem mulu kalo kesini. Nih neng pesanannya." Ujar Bi Sul dengan logat Betawi nya.
"Ya maap." Ungkapan permintaan maaf itu dilontarkan oleh Rasya dan Gama bersamaan.
"Nah gitu kek dari tadi kompak, kan enak gue liatnya."
"Dih apaan sih Bi, udah ah ini uangnya makasih ya bi."
"Ya kali bi gue sama dia yang mulutnya kayak kaleng rombeng." Sahut Gama.
"Yeu lu pikir gue juga mau sama lo hah?! ENGGA" tegas Milka.
"Lah emang lu gak mau sama dia Ga?" Tanya Bi Sul.
"Gue? sama modelan toa masjid? HAH." Sahut gama tertawa hambar.
"Ya mau lah, cuman dianya belum bisa move on sama yang dulu." Bu inah hanya mengangguk dengan senyum tipis.
"Bacot Lo! Cowok kok doyan gosip." Milka melenggang pergi agar tidak ada percakapan apapun dengan cowok itu lagi.
"Udah Mil?" Tanya Aqilla "Kalo belum terus yang gue bawa ini apaan suryani!" sahut Milka penuh penekanan. Aqilla hanya menyengir dengan polosnya. "Ngegas mulu Lo, Kayak orang PMS!"
***
Langit yang semula cerah kini berubah mendung, rintik hujan yang mulai turun membuat Milka harus menunggu di halte sekolah. Ia memang belum pulang bahkan saat waktu menunjukan pukul setengah lima sore karena tugas kelompok yang harus ia selesaikan hari ini juga. Hujan sudah turun dengan derasnya.
"Hujannya deras banget dah, semoga gak sama angin deh." Ketakutannya dengan hujan disertai angin membuat ia sedikit panik apalagi kalau ada petir.
Setelah beberapa menit menikmati air hujan yang semakin deras dan semesta yang sedang berpihak padanya dengan tidak mendatangkan angin dan petir membuatnya berfikir untuk bermain hujan. Milka mengeluarkan jas hujan khusus tas. "Oke tas gue aman handphone udah dimasukin apalagi ya?" Ia menatap sepatunya, "Oh iya sepatu nya dimasukin juga kali ya."
Setelah dirasa aman untuk bermain hujan sekalian pulang ia bergegas untuk pergi ke jalanan. Ada rasa bahagia saat ia bermain hujan, ia sangat suka kepada hujan tapi ia tidak suka saat hujan bersatu dengan angin. Milka sangat menikmatinya bermain hujan. Lari seraya merentangkan tangan, sesekali memutar, dengan senyuman manis yang terpancar sampai akhirnya ada motor yang melaju dengan kencang diatas kubangan air dan...
Gadis itu melongo, wajah dan bajunya terciprat air berwarna cokelat dari kubangan. "WOY, MOTOR BAGUS AKHLAK MINUS!" Cecar Milka
Si pemilik motor menepi. Memundurkan kendaraannya tepat di samping Rasya yang sedang membersihkan wajahnya dengan air hujan. "Makasih udah muji Gue." Tawa sang pemilik motor.
"LO!" Milka tersentak kaget dengan kedatangan Gama. Lagi dan lagi cowok itu yang selalu membuatnya naik darah. Rasya menatapnya tajam.
"Lagian ngapain hujan hujanan, kayak bocah Lo."
Milka menghela nafas berat, mentap Gama penuh kesal "PERGI!"
"Ayo gue anter Lo pulang, Su." tawar Gama.
Milka melotot sempurna " Sa Su Sa Su, Lo fikir Gue anjing, ha?!" Gama terkekeh geli "Bukan gua ya yang bilang Lo anjing, Lu sendiri yang ngaku." Tangan Gama terangkat menandakan ia seolah olah tak tahu apa apa.
"
Najis!" Milka memutar bola mata malas, dan pergi menjauhi Gama.
"Heh bocah gue ngomong sama Lo, ayo cepetan naik!" Teriak Gama, tapi tak Milka tak peduli dan malah terus berjalan.
mengernyitkan dahi sesaat dengan penuh curiga "Gue gak mau, udah deh lo pergi aja."
"Gue gak akan pergi sebelum Lo naik ke motor gue." Ucapnya dengan mantap.
Rasya hanya menatap tajam cowok itu tanpa menjawab "Yaudah kalau lo gak mau naik, biar gue aja yang jalan bareng sama lo." Sambung Gama.
Rasya menghela nafas pasrah "Kumaha maneh." Sahutnya dengan bahasa sunda yang kalau dalam bahasa Indonesia artinya gimana kamu aja.
Mereka berdua berjalan bersama dibawah rintikan air hujan dengan santai. keduanya bungkam. Tak ada kata yang dilontarkan satu sama lain. Rasya yang masih kesal dan emosi yang masih memuncak dan Gama yang tau hal itu memilih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putus Nyambung (REVISI)
Teen Fictionhappy reading and follow ig @Rastiami_ #rank 1 kategori putusnyambung (15 feb 2020)