14 - Bodyguard

38 7 2
                                    

( V BTS - Scenery )

***

"Lo mau gak jadi pacar gue?"


Hah? Apa? Apa Zahra sedang bermimpi sekarang. Dia tak tahu harus menjawab apa sekarang.

"T..tunggu. Lo nembak gue?" Tanya Zahra yang masih tak yakin sama sekali. Takutnya hanya prank.

"Iyalah Ra."

"Bukan prank kan?" Kata Zahra sambil mencari kamera tersembunyi. Siapa tahu ia masuk tv. Lumayan kan, siapa tahu bisa ke Korea. Terus ketemu BTS.

"Bukan Ra." Jawab Bisma gemas. Bisma membuka suara lagi.

"Jawab Ra. Lo mau apa enggak?" Kali ini terdengar seperti memohon. Zahra makin bingung dan tak enak.

Pikirannya hanya mengarah ke Aidan. Apa ia benar juga suka padanya? Semua pemikiran itu mengganggu otak nya.

Kalau disuruh memilih antara Bisma dan Aidan. Sudah pasti dia memilih Oppa BTS nya, walaupun tak ada dalam option sekali pun.

"Hmm. Bis, gue belum siap buat pacaran." Jawab Zahra sambil merunduk.

"Ohh gakpapa. Gue ngerti. Salah gue juga terlalu tiba-tiba nyatain perasaan ini ke elo." Kata Bisma dengan lembut sambil memandang Zahra dalam.

Zahra bahkan tak bisa berkata-kata sekarang. Pipinya kini memerah. Jantungnya berdegup. Sebenarnya ia menyukai siapa? Masih penuh tanda tanya.

"Bis. Gue bakal pikirin lagi yah. Gue bener-bener belum siap pacaran, dan ini juga di luar nalar gue. Apalagi kita baru kenal selama sepuluh hari." Jelas Zahra merasa sedikit tak enak dan canggung.

"Ok. Apapun jawaban lo, gue terima. Tapi jangan terlalu lama yah Ra." Ucap Bisma sambil mengacak rambut Zahra. Zahra hanya mengangguk.

"Ok. Sekarang kita lanjut ngerjain tugas aja." Zahra menurut lalu mengambil buku tulis serta pulpennya yang berada lumayan jauh dari genggamannya.

Mereka mengerjakan tugas itu dengan diam. Tanpa berucap lagi. Ini sangat aneh dan tak nyaman bagi Zahra sendiri.

***

Pagi hari telah menyambut keluarga Zahra dengan ceria. Zidan sudah stand by duluan di meja makan. Ia memang suka gercep kalau soal makanan.

Zidan tengah mengoles selai coklat diatas roti nya. Lidahnya sudah tak sabar untuk mencicipi ini. Setidaknya dua roti sudah ada di dalam mulutnya. Ah kurang. Harusnya lima bukan dua. Papa dan mamanya hanya bisa tepuk jidat melihat kelakuan Zidan.

"Zidan. Panggil Rinda ke bawah untuk sarapan!" Suruh papanya yang sibuk mengoles selai itu ke rotinya juga.

"Befnnter pfa." (Bentar pa.) Ucap Zidan tak jelas.

Zidan pun pergi ke kamar Zahra. Sebenarnya ia tak ikhlas sama sekali melakukannya.

Tok tok

"Woi. Bangun sarapan! Papa sama mama udah miscall-miscall di bawah."

"Iye sabar bang." Zahra pun membuka pintu kamarnya. Ia pun menatap Zidan yang ada di depan pintu kamarnya sambil mengunyah.

"Makan itu duduk, Junedi!" Omel Zahra kepada Zidan. Memang adabnya seperti itu kan?

Zidan pun langsung jongkok sambil cepat-cepat mengunyah rotinya. Ia pun berdiri lagi.

"Kuy kebawah." Zahra mengangguk lalu mengikuti Zidan ke bawah.

COSINUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang