23 - Jatuh

30 5 1
                                    

" Blackpink - Hope Not "

***

"Makasih banyak!"

Zahra mengatakan itu sambil memeluk Onni erat. Onni terpaku karena pelukan dari Zahra itu. Pasalnya, baru kali ini ia dipeluk wanita. Tapi tenang, dia masih doyan cewe kok.

"Bisa berdiri?"

"Bisa kok." Zahra menjawabnya denhan senyuman manisnya. Pipi Onni bersemu merah. Zahra memperhatikan pipi Onni juga.

"Bang. Pipi lo kenapa merah gitu?" Tanya Zahra penasaran pada Onni. Onni menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lupakan. Ayo balik." Jawab Onni singkat. Lalu berjalan kembali ke Bakafe. Zahra pun heran atas kelakuannya itu.

Akhirnya mereka berdua balik ke Bakafe. Mereka diam-diaman saja sejak Zahra memeluk Onni tadi.

Onni pun menelpon Zidan menyuruh Zahra membawanya pulang.

"Bawa Zahra pulang." Ucap Onni dingin.

"Kenapa? Ada apa? Apa ada masalah? Rinda gakpapa kan?" Onni baru tiga kata. Zidan sudah beberapa kata. Onni menghela napas.

"Intinya lo cepetan kesini." Onni langsung mematikan sambungannya pada Zidan. Lalu meletakkan ponselnya kembali ke tempat asalnya.

"Rinda nama panggilan kecil lo?" Tanya Onni dengan raut wajah biasa.

"Iya hehe. Imut kan? Imut kan? iya dong!" Jawab Zahra semangat dengan raut wajah yang di buat-buatnya.

Onni memilih diam saja lalu berjalan masuk ke dapurnya lagi. Zahra memperhatikan Onni sampai masuk ke dapurnya itu. Lalu ia mengendikkan bahunya, sikap Onni tak bisa di tebaknya sama sekali. Kadang baik dan kadang galak. Tapi ia memang baik walau sering tak diperlihatkan kepada orang lain.

Dalam dapur, Onni hanya tersenyum kecil.

"Lucu."

***

Jalan di ibukota terlihat macet. Itu sangat mengganggu pengemudi yang lain. Klakson-klaksom dibunyikan secara terus-menerus. Di depan juga enggan untuk bergerak sedikit pun.

Hari ini Zidan dan Zahra satu mobil. Zidan menjemputnya dari Bakafe karena suruhan Onni tadi. Orang itu memintanya tanpa mengatakan kata 'Tolong' sedikit pun.

Zidan menatap Zahra yg menunduk saja. Daritadi dia tidak membuka suara sebebas seperti dahulu kala. Biasanya mereka berdua selalu berebut untuk mendengarkan lagu di mobil. Entah itu lagu BTS atau Twice. Keduanya sama-sama tak mau mengalah. Sayangnya, itu dulu.

"Mau ke mall dulu gak?" Zidan menatap depan dan Zahra secara bergantian. Ia juga harus fokus menyetir.

"Tadi papa pulang cepat loh." Zidan kini memancing Zahra untuk berbicara padanya lagi.

"Mama masakin menu kesukaan lo." Bahkan Zahra tak tahu harus menganggap apa orang tua angkatnya selama ini.

"Mau abang beliin tiket konser BTS?" Dan juga abangnya saat ini. Apa ia masih bisa menganggapnya sebagai abangnya. Zahra memilih untuk diam saja, tak berniat sedikit pun untuk menjawab semua perkataan Zidan.

Zidan akhirnya memilih diam saja. Ia pasrah saja dengan apa yang terjadi. Ia pun menambah kecepatan mobilnya di kala macet telah berhenti.

***

Malam hari telah tiba begitu cepat. Zahra belum siap menjalani hari esok. Dia bahkan tak tahu akan ada rintangan apa lagi yang menimpa dirinya. Itu lah yang ia takutkan sekarang. Coba saja ia bisa mengendalikan waktu. Ia ingin menghentikan waktu itu sekarang juga.

COSINUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang