18 - Bocah

24 5 2
                                    

" Jeong sewoon - it's you "

***

Setelah pertengkaran hebat itu. Aidan dan Zahra memilih diam-diaman saja di dalam kelas. Ketika keluar di sekitar pekarangan rumah juga sama seperti itu. Kelas jadi sepi tanpa keributan mereka berdua. Keyna pun merasakan hal janggal itu.

"Bisma jadian sama lo biar bisa gabung sama geng nya Bayu. Gue gak tau kenapa dia mau gabung?"

"Jangan mau di bodohi sama orang brengsek kayak dia. Dia gak beda dari seorang banci di pinggir jalan!"

"Ra. Bertahun-tahun kita sahabatan, dan lo lebih milih Bisma yang baru datang entah darimana ke kehidupan lo."

Arghh!

Semua ini membuat Zahra tak tenang. Terus terang saja, Zahra kalut saat ini. Memikirkan sahabatnya dan pacarnya secara bergantian. Keduanya sama-sama penting di hidupnya.

Tapi itu semua seakan hilang ketika mengingat lagi penuturan Aidan yang menyakitkan hatinya dan membuat emosinya memuncak. Zahra juga tak terima Bisma dikata-katain seperti itu.

Aidan juga masih dendam batin dan pikiran. Bayangkan. Zahra lebih memilih Bisma ketimbang dirinya. Bukankah itu tak adil? Aidan tak peduli bahwa Bisma adalah pacarnya sekali pun. Toh bukan suami sahnya juga kan?

***

Keesokan harinya. Zahra telah sampai di sekolah tepat waktu. Bodyguardnya ia suruh pulang duluan. Beruntung hari ini tak macet lagi seperti kemarin. Hatinya begitu tenteram.

Bisma menunggunya lagi di dekat parkiran seraya melambaikan tangan ke arah Zahra. Zahra pun berlari menghampirinya.

"Gak macet lagi?" Tanya Bisma. Zahra hanya menggeleng.

"Udah sarapan kan?"

"Udah kok. Aku gak bisa kalau gak sarapan dulu. Kurang afdol gitu"

Bisma menganggukan kepalanya. Kini mereka menyusuri kelas 11. Memang benar, kalau ingin menuju ke kelasnya harus melewati beberapa rintangan. Salah satunya kelas adik-adik kelasnya.

"Mirip banget yah mukanya. Relationshipgoals banget kan?" Lagi-lagi ada berceletuk seperti itu. Zahra juga bingung kenapa harus seperti itu. Apa memang mereka di takdirkan bersama?

Bisma tak memedulikan itu. Itu tak ada faedahnya sama sekali baginya. Mungkin Zahra sudah besar kepala.

Mereka pun telah sampai di depan kelas. Zahra dan Bisma menduduki tempatnya lalu menaruh tas tepat di belakang nya. Sekedar menaruh barang-barang yang sedaritadi di bawa nya.

Zahra membuka kembali novel yang kemarin ia baca. Mencari halaman bertuliskan angka lima kembar. Garis pembatas ia letakkan di atas meja. Bisma tak mau mengganggu Zahra dulu. Ia pun lebih memilih membuka ponselnya saja.

Beberapa menit kemudian. Muncullah Aidan dan Keyna. Zahra melirik sedikit lalu pura-pura fokus lagi dengan novelnya.

"Key. Ntar temenin gue ke toko buku yah? Pengen borong lima komik dari sana." Ucap Aidan. Keyna pun menoleh.

"Iya yang holkay mah bebas!" Jawab Keyna seraya terkekeh pelan.

Zahra memperhatikan mereka berdua. Tak sengaja mata Zahra dan Aidan bertemu. Zahra terkejut dan langsung membuang muka dengan wajah datar tak lupa juga mata sinisnya. Aidan pun sebaliknya.

Apakah persahabatan mereka akan runtuh seketika?

Atau Aidan yang menyerah saja dengan kisah cintanya?

COSINUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang