10

11.8K 756 31
                                    

===========================================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===========================================================================

DI BAWAH INI ADALAH VERSI REVISI "THE BOSSES FOR ME"

DIPUBLIKASIKAN PADA:

29 FEBRUARI 2024

===========================================================================

Kutolak. Lagi dan lagi. Panggilan masuk. Lagi dan lagi. Kutolak lagi untuk kesekian kalinya. Panggilan masuk dari Alan dan Britt, puluhan kali mereka menelepon dan mengirimiku pesan. Kuabaikan mereka sejak sore hingga mendekati pukul sepuluh malam ini. Aku tidak tahu, mendadak mood-ku hanya ingin menyendiri dan terlepas dari siapa pun. Siapa pun termasuk bos pertamaku.

Setelah kejadian tadi siang, ia memerintahkan Jhon untuk mengantarkanku pulang ke rumah Tatter. Saat sampai di rumahnya aku langsung diarahkan menuju kamarku. Setelah itu aku mengurung diri hingga malam tiba. Aku bahkan belum sempat berkenalan dengan pelayan wanita yang sudah bulak-balik mengetuk kamarku. Ia melakukannya sejak aku tiba di sini, dan sekarang ketukannya terdengar lagi.

"Nona, saya mohon. Tolonglah buka sebentar pintunya. Saya harus memeriksa keadaan anda, Nona. Memastikan anda baik-baik saja," bujuk pelayan itu.

Langkahku mengarah pada jendela kamar, mengabaikan ketukan itu lagi dan membiarkan diriku bergelung dengan perasaan kacau ini. Aku memejamkan mata, memeluk diri dan memandang kosong pada taman yang tepat berada di bawah kamarku. Beberapa patung di sana diberikan lampu sorot hingga membuatnya terlihat indah.

Pikiranku tidak berhenti memutar kejadian tadi siang. Membuat air mataku kembali turun dan dadaku sesak. Aku telah kehilangan buku catatan itu. Tidak tahu harus memeluk apa lagi saat aku mengalami hari yang berat. Memang beberapa foto di dalamnya sudah dicadangkan secara digital. Tetapi catatan itu sudah lama bersamaku, jauh sebelum keluargaku hancur. Benda itu menyimpan banyak kenangan. Tulisan tangan ayah dan ibuku juga ada di sana. Setiap kali aku menyentuh itu, hatiku menghangat. Sekarang wujud catatan tersebut hilang.

Kuhapus air mata dengan punggung tangan. Tubuhku menjerit kelelahan. Sudah saatnya aku memejamkan mata dan beristirahat. Kepalaku juga pusing bukan main, akibat terlalu banyak menangis di bawah pancuran air kamar mandi. Di satu sisi perutku berbunyi, baru kusadari aku belum makan sejak tadi siang. Kuputuskan untuk mengabaikan rasa lapar itu. Aku tidak memiliki gairah untuk mengunyah dan menelan.

"Nona, biarkan saya mengantarkan makan malam untuk anda. Tuan berpesan agar Nona harus makan. Tolonglah, buka sebentar pintu ini, Nona." Aku sedikit terkejut, kupikir pelayan itu menyerah kepadaku, ternyata ia masih berusaha.

Aku mendekati pintu dan menyahuti pelayan itu. "Terima kasih sudah menyiapkan makan malam untukku. Tetapi aku tidak lapar. Aku akan sangat berterima kasih lagi jika diberi kesempatan untuk tidur. Kau tidak perlu repot-repot. Istirahatlah. Ini sudah malam."

Hening. Hanya terdengar suara langkah mondar-mandir. "Hmmm, Nona. Tolonglah bantu aku. Tuan memerintahkanku untuk memastikan Nona makan malam."

"Katakan saja aku sudah melakukannya. Kujamin ia tidak akan peduli jika aku makan atau tidak. Aku ingin beristirahat. Terima kasih," ucapku tidak ingin dibantah. Aku segera mematikan lampu kamar dan meringkuk di ranjang. Aku ingin merayakan kesedihanku dengan beristirahat.

***

Bunyi dentingan alat makan saling bersahutan. Tidak ada obrolan di antara penyantap sarapan. Tidak peduli secerah apa cuaca di luar sana. Tidak peduli wangi makanan yang menggoda. Kesunyian seakan menjadi menu utamanya. Tidak ada yang memiliki niat untuk membuka obrolan hangat di pagi hari.

Kugenggam pisau dan garpu di kedua tanganku. Aku tidak memiliki semangat untuk mengisi perut, padahal aku tidak melakukannya sejak kemarin siang. Kubiarkan pelayan wanita itu menuangkan jus apel di gelasku. Ia memberikanku senyuman yang mana itu berhasil membuat lesung pipinya terlihat.

"Maria, lain waktu berikan dia jus cranberry," perintah Tatter dengan nada dingin. Kedua matanya menatap lurus kepadaku selama mulutnya mengunyah.

Aku mengernyit, meletakkan peralatan makan yang kugenggam di samping piring. Entah kekuatan dari mana, aku juga tidak kalah menatapnya. Sementara pelayan yang bernama Maria itu hanya menjawab Tuannya dengan anggukan dan memilih pergi. Seakan ia tahu suasana mulai menegang, dan ia memberikan kami ruang.

"Why cranberry?" Entahlah, kembali bertatapan dengan Tatter membuat perasaanku bergolak. Teringat kejadian yang begitu menyayat hatiku. Sejak hari itu perasaan kesal dan dendam perlahan merasukiku. Ia seharusnya tidak menyerang bagian personalku. Menurutku itu sebuah pelanggaran kontrak kerja kami. Membakar buku catatan pribadiku yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku.

"Cause I'm your boss," .......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

*****
BACA SELENGKAPNYA DI:

LINK TERSEDIA DI BIO PROFIL PENULIS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LINK TERSEDIA DI BIO PROFIL PENULIS.


==========================================================================

VERSI WATTPAD PERNAH DIPUBLIKASIKAN PADA:

*INA.V.LEON.MSTR.PST.2019.10.06*

Written and published by: @xVLeonx

07.45 p.m.

===========================================================================

THE BOSSES FOR ME (TheBossesSeries#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang