4

11.8K 752 42
                                    

===========================================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===========================================================================

DI BAWAH INI ADALAH VERSI REVISI "THE BOSSES FOR ME"

DIPUBLIKASIKAN PADA:

29 FEBRUARI 2024

===========================================================================

Aku menatap lurus, kepalaku terasa sedikit berat dan pandanganku berbeda. Tubuhku telentang dengan kepala sengaja menjuntai ke bawah di pinggiran kasur. Aku melihat dengan keadaan terbalik. Kaki jenjang Alan yang sangat mempesona mondar-mandir ke setiap sudut ruangan. Walau kepalanya tidak mengeluarkan asap, aku dapat melihat kepulan dari sana. Ia nampak sangat berpikir keras dan terus bergumam sendiri. Jari lentiknya bergerak gesit mengetik sesuatu di atas layar iPad-nya.

Tidak berani mengganggunya, aku akhirnya mengangkat kepala, darah yang berkumpul di sana mulai membuatku pusing. Kupandangi langit-langit kamar, sambil menikmati kekhawatiranku yang kian menjadi.

Tiga bulan, waktu yang dijanjikan Brant pada komplotan penagih hutang itu. Aku memikirkan hitungan kasar waktu yang bisa kuoptimalkan, agar aku tidak telat membayar hutang adikku. Jemariku tanpa sadar membuat gerakan menghitung.

Sudah dua minggu aku berada di bawah asuhan Alan, aku menginap dan dirawat oleh pria itu di rumahnya. Terhitung setelah aku menandatangani kontrak itu, maka hari esoknya secara resmi aku sudah bekerja. Sebagai pelacur. Urusanku dengan Dex Club, Alan yang mengaturnya agar aku keluar tanpa perlu menunggu karyawan penggantiku. Entah apa yang pria cantik itu lakukan, yang jelas uangnya tentu berbicara.

Saat aku sedang asyik dengan pikiranku sendiri, secara mendadak langit-langit kamar berubah menjadi muka mulus Alan. Pria itu memeriksa keadaanku dan memukul-mukul pipiku dengan telapak tangannya. "Aku pikir kau sudah mati sebelum berperang," ejeknya.

Aku menutupi wajah Alan dengan telapak tanganku dan mendorongnya, seraya aku bangkit dari rebahanku.

"Nanti siang kau akan pergi ke salon kecantikan bersamaku."

"Untuk apa?" Aku terdengar seperti memprotes perintah Alan.

"Untuk mempercantik diri, dasar kau wanita jelek! Aku tidak bisa memberikan barang lusuh kepada para pejantan itu," jawab sahabatku setengah kesal.

Aku pun merasa sama kesalnya. Siapa yang tidak muak jika dua minggu terakhir ini aku hanya menghabiskan waktu dengan mengurusi rambut, badan, dan kuku-kuku, diperparah semua treatment mempercantik diri itu memakan waktu lama. Belum lagi dengan belanjaan yang menumpuk di dekat walk-in closet. Sekarang aku mengerti apa yang membuat Alan pusing.

THE BOSSES FOR ME (TheBossesSeries#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang