Waktu makan siang itu seharusnya waktu yang menyenangkan.
Kalau saja pikiranku tidak terganggu dengan cewek yang kulihat barusan.
"Hmmmm." Evan membuyarkan pikiranku dengan gumamannya, "Bisa saja dia salah satu penggemarmu, yang tak mampu mengatakannya seperti Zizy?"
"Hei, apa maksudmu menyeret-nyeret aku seperti itu?" Zizy memprotes sambil berusaha menendang Evan agar dia jatuh dari kursinya.
"Aku hanya bercanda," Evan membalas dengan tawa, "Tapi, serius deh. Apa jangan-jangan, dia penguntit?"
"Atau lebih gawat lagi," Zizy memotong, "Dia orang yang berusaha mengincar nyawamu?"
Perkataan Zizy membuat keringat di punggungku terasa dingin.
"Abisnya gimana ya, kau kan Pangeran. Tentu saja nggak sedikit yang berusaha menghabisimu."
Ya, itu benar juga.
"Ya udah, kamu pulangnya hati-hati. Habis ini, aku mau ke rumah sakit," ucap Evan.
"Aku juga mau ketemu kakakku setelah ini, maaf ya Joe, nggak bisa temani pulang. Tapi kamu harus hati-hati," Zizy juga berkata.
Sepertinya, pulang sekolah kali ini, akan sangat merepotkan.
* * *
Sifatku ini sangat jelek dan jelek sekali.
Penasaran.
Siapa sih, yang membuang waktunya untuk membuntutiku siang bolong begini?
Aku sengaja pulang tidak pakai motor, motornya sudah kusimpan di cloud-ku. Aku berjalan di antara keramaian, mencari tahu apakah ada yang berusaha mengikutiku.
Bingo.
Cewek itu ada beberapa langkah di belakangku, tidak terlihat seperti orang yang berusaha menguntit. Tapi setiap aku belok ke arah yang aneh, dia juga belok. Sudahlah, memang menguntit.
Baiklah, begini saja.
Akan kupancing dia ke belakang istana. Di sana sepi, nyaris tidak ada kehidupan. Maklum, di sana hutan belukar. Kalau dia menguntitku sampai ke sana, fix, dia memang penguntit. Akan kukejutkan dia dan memanggil pengawal istana yang ada di dekat sana dan menangkapnya.
Atau akan kulayangkan satu-dua tinju ke wajahnya. Kurus-kurus begini aku ahli bela diri. Guru bela diriku sangat bersemangat mengajariku berbagai ilmu bela diri, jadi aku tahu banyak cara untuk melindungi diri sendiri.
Tahu-tahu saja aku sudah ada di tengah-tengah hutan yang cukup lapang.
Dan aku sempat melihatnya masuk ke hutan ini saja.
Dengan suaraku yang lantang, aku pun berkata, "Sudah, aku tahu kau di sana. Cepat keluar dan tunjukkan siapa dirimu sebenarnya."
Sang penguntit pun keluar.
Tapi masalahnya sekarang, yang keluar bukan cewek tadi.
Tapi, tiga pria berbadan kekar dan wajahnya seram sadis.
Wajahku pucat seketika.
"Bagaimana kau tahu kami sudah menguntitmu sejak tadi?" Satu penguntit bertanya padauk sambil menunjukkan celuritnya.
Sial, mana kutahu. Kan bukan kalian yang kumaksud.
"Ah, sepertinya dia sudah tau. Sudah deh, kalau gitu serahkan aja pulpenmu dan kau akan kami biarkan," si penguntit satunya memotong.
"Pulpen? Maksudmu, pulpenku yang ini?" Aku mengeluarkan pulpen yang sejak tadi ada di balik blazer-ku dengan tanda tanya.
Pulpen yang, ehm, memang kusam ini?
YOU ARE READING
Revenger Attack (Remake)
FantasyKau mau tahu sesuatu? Segala hal yang diatasnamakan dendam, tidak akan pernah berakhir baik. Bahkan jika kau berhasil, untuk membalas dendam, walau kau benar, walau mereka salah, semua itu takkan ada artinya. Kau harus percaya padaku, aku yang salah...