Namaku Evan.
Kemarin, aku khawatir karena sahabat baikku, si Pangeran, pulang sendiri saat sedang dibuntuti oleh entah siapa dia.
Dan hari ini, aku harusnya merasa lega, karena melihat dia dalam keadaan sehat tak kurang apapun saat hadir di sekolah.
Tapi wajahnya yang terlalu berkerut, seakan-akan sehabis memakan lemon, membuatku merasa di ambang kebingungan.
Kenapa lagi sih dia?
"Jadi," Aku berusaha membuka mulut, "Cewek yang kita lihat kemarin itu... ternyata pengawalmu?"
"...Ya," Joe menjawab dengan malas, membiarkan pipinya menyatu dengan meja yang licin itu, "Dan July kayaknya suka banget padanya."
"Sudah ketemu dengan July juga?"
"Mh-hm." Joe menangguk saja walau mukanya masih menempel pada meja.
Begini nih, sikapnya kalau dapat pengawal.
Sudah berapa kali dia begini setiap ada pengawal baru.
"Jadi, gimana? Dia bakal mengawal ke sekolah juga?"
Aku ingat, setiap kali Joe punya pengawal, pengawalnya hanya menunggu dari luar sekolah, karena Joe nggak mau terlalu menyolok di sekolah, katanya.
"Nggak. Aku suruh jangan ikut masuk ke dalam kelas. Sudah besar begini masa dikawal di dalam kelas."
Kalo anak orang kaya iya. Tapi kan kau anak pemimpin negara.
"Eh, ada apa ini?" Zizy baru saja mau menimbrung obrolan kami, saat wali kelas kami, Pak Anton, memasuki kelas, "Ayo, semua duduk! Kita akan mulai pelajaran hari ini."
Mau tidak mau pembicaraan ini pun kami sudahi tanpa melibatkan Zizy.
Ah, sayang banget pengawalnya Joe nggak ikut mengawas ke dalam. Padahal aku ngga sabar pengen lihat wajahnya secara langsung.
"Oh, iya. Sebelum kita mulai, ada murid baru yang masuk. Kita sambut dia dulu, ya," ucap Pak Anton tiba-tiba.
Tentu saja semua murid berbisik-bisik.
Baru sehari lewat sudah ada murid baru?
"Silakan, masuk saja," ucap Pak Anton.
Harusnya aku sudah tahu siapa yang jadi murid baru.
Tuh, kan. Perempuan berambut cokelat gelap itu melangkah masuk dengan cepat, aku hanya berharap badannya yang tinggi itu tidak tersangkut di pintu.
Setelah menulis namanya di papan tulis, ia pun memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, saya Indah Edelweiss. Saya terlambat masuk karena ada keperluan keluarga yang mendesak sampai saya harus menunda hari masuk saya."
Aku lirik semua laki-laki yang ada di kelas.
Eeeh, tentu saja. Siapa sih yang nggak terpukau lihat wajahnya yang bening begitu.
Kecuali satu orang.
Si Joe. Wajahnya makin mengkerut dan terlihat kesal.
Oh Tuhan, beri aku kekuatan agar aku bisa menahan tawaku ini.
Wajahnya benar-benar menggelikan.
* * *
"Harus banget ya, kau satu sekolah denganku?"
Ucapan si Joe membuyarkan rencana yang sedang kubuat untuk makan siang hari ini.
Indah mengangkat kepalanya yang tadi menghadap tablet digitalnya, untuk menghadap Pangeran yang sedang dikawalnya itu, "Tadinya juga s—aku tidak mau."
YOU ARE READING
Revenger Attack (Remake)
FantasyKau mau tahu sesuatu? Segala hal yang diatasnamakan dendam, tidak akan pernah berakhir baik. Bahkan jika kau berhasil, untuk membalas dendam, walau kau benar, walau mereka salah, semua itu takkan ada artinya. Kau harus percaya padaku, aku yang salah...